02/12/2023
fornews.co – Budaya dialog antarseniman lintas generasi di Yogyakarta terjadi hingga sekarang.
Peringatan 100 hari Djoko Pekik di Bentara Budaya Yogyakarta pada Rabu lalu tanggal 22 November 2023 adalah bukti dialog seniman antargenerasi di Yogyakarta masih terjaga.
Mengutip kalimat “pelukis celeng” sang maestro Djoko Pekik, yang ditujukan kepada perupa muda, menjadi pelukis itu harus berani. Haruslah menjadi kuda pacu bukan justru menjadi kuda penarik kereta.
Bicara seni rupa di Indonesia yang mengalami pergeseran, menurut Yaksa Agus, materi dan popularitas bukanlah segalanya.
“Menang bukan menjadi tujuan, tapi, tanggung jawab untuk sampai selesai,” kenang Yaksa meniru ucapan mendiang Djoko Pekik.
Meski sebenarnya pameran hanya diikuti oleh puluhan perupa yang melayat pada pemakan jenazah Djoko Pekik, namun, sebanyak 105 perupa melibatkan diri dalam pameran tersebut.
“Sebenarnya pameran ini diikuti mereka yang terlibat acara pelepasan jenazah waktu pemakaman pak Pekik. Seingat saya sekira 50-an perupa yang melayat ke Imogiri. Tapi, kemudian banyak ingin ikut pameran. Ya, panitia membuka siapa saja bisa ikut,” beber Yaksa.
Puluhan perupa yang melayat itu di antaranya Tulus Warsito, Godod, Pupuk, Nasirun, Hari Budiono, Budi Ubruk, Yaksa Agus, Yusa Dirgantara, Rifzika, Deden ketua SB hingga yang termuda Tantar Matano JR.
https://fornews.co/news/pameran-lukisan-peringatan-100-hari-djoko-pekik-di-bentara-budaya-yogyakarta/
Jadilah Watu Kali, tetap tegar kuat tak mudah terbawa arus. Jadi Pelukis itu, harus berani jadi Jaran Balap (Kuda Pacu) jangan jadi jaran Gendheng atau Jaran Andong. (Djoko Pekik) YOGYA, fornews.co…