11/12/2024
[Bedah Buku] “Subjek Sunda”
Pengetahuan mengenai ke-Sunda-an hari ini adalah suatu yang berbeda dari bayangan kita mengenai Sunda di masa lampau. Bagaimanapun juga, patut dimaklumi bahwa perubahan pengetahuan muncul seturut dengan masuknya arus modernisasi yang dibawa oleh penjajah. Politik etis oleh Belanda membawa pengaruh yang besar terhadap pengetahuan mengenai diri kita sendiri. Dan hal ini tak berhenti pada Sunda, tetapi juga Jawa dan suku-suku yang lain.
Pengaruh itu muncul misalnya pada pembentukan wacana ke-Sunda-an pada majalah Papaes Nonoman tahun 1914. Sunda digambarkan melalui upaya menggapai wacana kemajuan—mengenai ilmu-ilmu modern yang diajarkan melalui kebijakan politik etis Belanda seperti kedokteran dan lain sebagainya—dengan mengangkat isu kebangsaan Sunda yang dikontraskan dengan kebangsaan Jawa. Mereka menggarisbawahi bahwa jumlah kaum Sunda terdidik lebih sedikit ketimbang kaum Jawa dan hal ini adalah masalah yang harus dipecahkan agar Sunda dapat meraih kemajuan lebih dari kemajuan Jawa. “Ini pasti ada yang mengatur dengan sendirinya bahwa mereka mengakui itu sebagai kebenaran, bahwa kita (Sunda) berbeda dengan Jawa,” terang Holy Rafika Dhona, penulis buku Subjek Sunda.
Kesadaran ini justru menguat melalui fakta bahwa Indonesia terbagi melalui wilayah-wilayah tertentu. Hal ini menguatkan pendefinisian identitas sebagai sesuatu yang tunggal dan asal. Pada akhirnya, Jawa dan Sunda benar-benar terpisah, baik secara teritori maupun identitas. “Misalnya ada Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat,” ujar Irfan Afifi, pembedah buku Subjek Sunda.
Bagi Sobat Abu yang belum sempat hadir dalam diskusi kemarin, tenang saja. LPM Himmah akan terus menghadirkan wacana-wacana semacam ini untuk memperkuat pembacaan kita atas realitas yang kita hadapi hari ini. Pantengin terus Himmahonline dan nantikan diskusi-diskusi berikutnya. Salam.