08/02/2024
🔘﷽ 🖊️
Kalau kita mau merenungi, dari satu butir nasi pun untuk bisa sampai di piring kita karena ada proses yang teramat panjang: ditanam, tanahnya dibajak, diairi, dicangkul, sampai panen membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sesudah jadi beras pun, harus didistribusikan ke pasar, sampai ke warung beras, dibeli ibu kita sampai ke dapur, dibersihkan, ditanak sampai matang, dan tersaji di hadapan kita.
Sungguh ada banyak tangan yang memiliki andil dalam sebutir nasi. Orang-orang tua kita pada zaman dahulu selalu mengajarkan untuk menghargai prosesnya. Sehingga kita bisa bersyukur dan menghargai apa yang kita makan. Namun kadang dalam rizki yang sangat kecil (sebutir nasi) saja kita lupa untuk bersyukur, bagaimana bisa kita akan bersyukur untuk hal-hal yang besar?
Dan inilah contohnya, Salah satu pemandangan yang menyedihkan banyak terjadi di zaman ini yaitu sikap sebagian orang yang s**a membuang-buang makanan. Bahkan kadang membuang makanan yang masih sangat layak untuk dikonsumsi.
Padahal yang demikian ini adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah karena termasuk membuang-buang harta.
Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا قِيلَ وَقَالَ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
Sesungguhnya Allah membeci kalian karena 3 hal: “katanya-katanya” (berita dusta), menyia-nyiakan harta, dan banyak meminta. (HR. Bukhari 1477 & Muslim 4578).
Lalu bagaimana solusinya agar makanan tidak terbuang atau mubadzir ? Maka kita cukup mengambil sesuai porsi, adapun jika kenyang lbh baik jgn dimakan sekalian, dengan demikian makanan akan habis atau tetap utuh.
Semoga hal ini menjadi perhatian kita, agar kedepan lbh bijak memperlakukan makanan, ingatlah di luar sana masih banyak saudara2 kita yg kelaparan, maka tak pantas kita yg diberi kemampuan untuk menikmati makanan nmn justru kita sia-siakan.