Jumlah anak - anak yang menghadapi risiko kelaparan di Yaman telah mencapai 5,2 juta orang .
Hal ini dilaporkan lembaga kemanusiaan Save the Children yang juga mencatat peningkatan harga-harga pangan dan kemerosotan nilai mata uang Yaman.
"Jutaan anak tidak tahu apakah makanan berikutnya akan tersedia," kata direktur eksekutif Save the Children International, Helle Thorning-Schmidt.
"Di sebuah rumah sakit yang saya kunjungi di Yaman utara, bayi-bayi terlalu lemah untuk menangis, tubuh mereka letih akibat kelaparan.
"Perang ini berisiko membunuh satu generasi anak-anak di Yaman. Merka menghadapi beragam ancaman, mulai dari bom hingga kelaparan hingga penyakit yang sebenarnya bisa dicegah seperti kolera," paparnya.
Sepanjang 2018 saja, Save the Children mengaku telah menangani 400.000 anak berusia di bawah lima tahun yang menderita kekurangan gizi. (BBC :https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45569721)
Setidaknya 14 juta warga Yaman, atau separuh populasi negeri itu terancam 'kondisi ambang kelaparan,' demikian peringatan PBB.
Koordinator kemanusiaan PBB, Mark Lowcock mengatakan, hasil survei menunjukkan jumlah warga Yaman yang sepenuhnya bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup itu tiga juta lebih tinggi ketimbang yang diperkirakan.
Di Yaman, jelas ada bahaya kelaparan "jauh lebih besar dari apa pun yang dilihat kaum profesional di bidang ini selama masa kerja mereka," tambahnya. Tim Kesehatan mengatakan jumlah kematian terkait faktor yang berhubungan dengan makanan mengalami peningkatan.
Suatu wilayah dinyatakan berada dalam krisis kelaparan ketika masalah kerawanan pangan, kekurangan gizi akut dan kematian terjadi secara bersamaan. Lebih detilnya, inilah tiga kriteria tersebut:
Setidaknya satu dari lima rumah tangga menghadapi kekurangan makanan secara ekstrim
Lebih dari 30% anak balita menderita kekurangan gizi akut
Setidaknya dua orang dari setiap 10.000 mati setiap hari
Lowcock mengatakan penilaian yang dilakukan setahun silam, yang saat ini sedang diulang, telah menemukan bahwa di 107 dari 333 distrik di Yaman, dua ambang pertama sudah terlampaui atau hampir mendekati.
Adapun ambang ketiga, yaitu tentang jumlah kematian, lebih sulit untuk dikonfirmasi.
Dan sangatlah sedikit keluarga yang melaporkan kematian keluarganya di rumah.
Namun, pada akhir 2017, badan amal Save the Children memperkirakan bahwa 130 anak meninggal dunia setiap hari karena kelaparan dan penyakit ekstrim - atau hampir 50.000 selama setahun.
PBB memperingatkan kelaparan di Yaman pada tahun lalu, tetapi Lowcock mengatakan situasinya "sekarang lebih serius" karena dua alasan.
"Pertama, karena banyaknya orang yang berisiko," katanya. "Penilaian kami yang sudah direvisi ... adalah jumlah total orang yang menghadapi kondisi pra-kelaparan, yang berarti mereka sepenuhnya bergantung pada bantuan eksternal untuk bertahan hidup, dapat mencapai 14 juta dalam waktu dekat, dan bukan 11 juta seperti diperkirakan semula," kata koordinator kemanusiaan PBB, Mark Lowcock.
"Dan kedua, di luar jumlah yang sebenarnya, ada jutaan orang bertahan hidup dengan bantuan makanan darurat selama bertahun-tahun, bantuan yang mereka dapatkan cukup hanya untuk bertahan hidup. Tidak untuk berkembang lebih lanjut," tambahnya.
(BBC : https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45974151)