Belajar Ngaji

Belajar Ngaji Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Belajar Ngaji, Video Creator, Jakarta, Jakarta.

30/04/2020

CARA MASUK SURGA TANPA HISAB.. 😊
Sungguh Bahagianya Masuk Surga

Sungguh merupakan suatu kebahagiaan apabila kelak kita dapat tinggal di surga dan merasakan segala kemewahan yang ada di dalamnya. Merasakan kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga atau bahkan tidak pernah terbetik dalam hati setiap manusia. Merasakan nikmatnya sungai dari susu dan madu, mendapatkan isteri yang cantik jelita, diberi umur muda dan hidup kekal, abadi selama-selamanya. Dan kenikmatan yang lebih dari itu semua, kita dapat memandang wajah Allah Ta’ala, pandangan yang menyejukkan mata-mata kita dan dapat membuat kita lupa dengan berbagai kenikmatan lainnya yang telah kita rasakan. Duhai siapakah yang tidak ingin merasakannya? Lalu bagaimana kita dapat meraihnya?

Janji Surga bagi Ahli Tauhid

Di antara keistimewaan tauhid adalah bahwa Allah Ta’ala telah menjanjikan surga dengan segala kemewahan di dalamnya bagi para ahlinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah ’laa ilaaha illallah’(tiada sesembahan yang hak selain Allah), pasti dia akan masuk surga” (HR. Abu Dawud no. 3116. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Dari hadits ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa barangsiapa yang konsekuen dengan syahadat laa ilaaha illallah, baik secara ilmu dan amal, maka dia adalah ahli tauhid yang mendapatkan jaminan kepastian untuk masuk surga. Rasulullah juga telah menjanjikan bahwa ahli tauhid akan terbebas dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ

”Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang berkata,’laa ilaaha illallah’, dengan mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425, 1186, 5401 dan Muslim no. 263).

Namun, yang penting untuk menjadi catatan adalah bahwa yang dimaksud dengan “perkataan” dalam hadits di atas bukanlah sekedar perkataan belaka, yang sangat ringan dan mudah untuk diucapkan. Tetapi yang dimaksud adalah perkataan yang memenuhi syarat dan rukunnya, melaksanakan konsekuensi-konsekuensinya serta tidak melakukan pembatal-pembatalnya. Masuknya seseorang ke dalam surga ini bisa jadi setelah Allah Ta’ala meng-hisab amal-amal kita terlebih dahulu, kemudian Allah mengampuni dosa-dosa kita kemudian langsung memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Namun bisa jadi Allah tidak mengampuni dosa-dosa kita tersebut, sehingga Allah memasukkan kita ke dalam neraka terlebih dahulu sebelum Allah membebaskan kita kemudian memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Oleh karena itu, di sana ada keistimewaan yang lebih dari itu semua, yaitu bahwa Allah akan langsung memasukkan kita ke dalam surga tanpa harus diazab atau bahkan dihisab terlebih dahulu. Lalu bagaimana meraihnya?

Membersihkan Tauhid

Puncak keistimewaan bagi orang-orang yang bertauhid adalah Allah Ta’ala akan memasukkannya ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa azab. Hal ini hanya Allah janjikan bagi orang-orang yang benar-benar membersihkan dan memurnikan tauhidnya. Yang dimaksud dengan membersihkan tauhid adalah seseorang meninggalkan syirik dengan segala macamnya, baik syirik akbar, syirik ashghar atau syirik khafi (yang tersembunyi) sebagai konsekuensi dari syahadah “laa ilaaha illallah”. Dia juga harus meninggalkan bid’ah dan maksiat dengan segala jenisnya sebagai konsekuensi dari syahadah “Muhammad rasulullah.”

Membersihkan dan memurnikan tauhid ini memiliki dua tingkatan, yaitu tingkatan yang wajib dan tingkatan yang sunah. Tingkatan wajib adalah meninggalkan segala sesuatu yang wajib untuk ditinggalkan, yaitu syirik, bid’ah, dan maksiat sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Inilah tingkatan minimal untuk mendapatkan predikat sebagai orang yang bersih tauhidnya. Namun ada tingkatan yang lebih tinggi dan lebih utama lagi dari itu. Yaitu tingkatan sunnah, di mana hati seseorang seluruhnya hanya menghadap kepada Allah Ta’ala dan tidak pernah condong atau berpaling kepada selain Allah. Maka perkataannya adalah semata-mata karena Allah, perbuatan dan amalnya hanya untuk Allah, dan bahkan setiap gerak-gerik hatinya hanya untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala semata. Dia juga meninggalkan sesuatu yang sebenarnya pada asalnya bukan perbuatan dosa, namun hanya semata-semata karena takut bahwa perbuatan tersebut akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan nikmat yang akan dia peroleh di akhirat. [1]

Namun, orang yang sempurna bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah dan dosa. Orang yang sempurna adalah orang yang apabila berbuat salah dan dosa dia segera menyesal dan segera bertaubat dari dosa-dosanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

”Setiap manusia pasti berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat” (HR. Tirmidzi no. 2499 dan Ibnu Majah no. 4251. Dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani).

Bagaimana Jalan untuk Membersihkan Tauhid?

Untuk membersihkan dan memurnikan tauhid kita, harus terpenuhi tiga hal.

Pertama, memiliki ilmu yang sempurna tentang tauhid. Karena tidak mungkin seseorang membersihkan sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui dan memahami sesuatu tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah saja” (QS. Muhammad [47]: 19).

Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengilmui terlebih dahulu, sebelum mengucapkan kalimat tauhid.

Kedua, meyakini kebenaran tauhid yang telah diilmuinya. Apabila seseorang hanya mengilmui (mengetahui) saja, akan tetapi tidak meyakininya, maka hal itu adalah suatu kesombongan. Allah Ta’ala berfirman tentang kesombongan orang-orang kafir yang tidak meyakini keesaan Allah sebagai satu-satunya sesembahan,

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

”Mengapa ia (Muhammad) menjadikan sesembahan-sesembahan itu sebagai sesembahan yang satu saja? Sungguh ini adalah suatu hal yang sangat mengherankan” (QS. Shaad [38]: 5).

Ketiga, mengamalkan tauhid tersebut dengan penuh ketundukan. Jika kita telah mengilmui dan meyakini akan tetapi kita tidak mau mengamalkannya dengan penuh ketundukan, maka kita belum bersih tauhidnya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ

”Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘laa ilaaha illallah’, mereka menyombongkan diri” (QS. Ash-Shaaffat [37]: 35).

Apabila ketiga hal ini telah terpenuhi dan seseorang benar-benar membersihkan serta memurnikan tauhidnya, maka jaminan surga tersedia menjadi miliknya tanpa hisab dan tanpa azab. [2]

Membenci dan Memusuhi Amalan Syirik

Bersihnya tauhid yang kita miliki juga harus disertai dengan kebencian, permusuhan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya. Apabila kita tidak membenci dan memusuhi perbuatan syirik dan pelakunya atau bahkan ridha serta merasa tenang-tenang saja dengannya, maka ketahuilah bahwa tauhid kita belum bersih dan harus dibenahi lagi.

Kita bisa melihat seseorang menjadi sangat marah dan murka ketika hak manusia dilecehkan, seperti kasus anak yang diperkosa oleh ayah kandungnya sendiri atau perempuan yang dirampok hartanya, dinodai kehormatannya dan setelah itu masih dibunuh p**a. Semua hati kita pasti miris dan tidak akan pernah bisa menerimanya. Akan tetapi sayang, ketika hak Allah yang dilecehkan, dengan tidak menujukan ibadah hanya kepada-Nya saja, kuburan wali disembah, kotoran kerbau atau nasi tumpeng dijadikan rebutan untuk dimintai berkahnya, maka hati siapakah yang miris? Hati siapakah yang marah dan murka? Justru kemudian menayangkannya di televisi, diliput dan diiklankan di koran-koran dan majalah-majalah? Dan orang-orang pun merasa enjoy dengan kejahatan syirik itu? Bahkan menjuluki orang-orang yang membenci dan memusuhinya sebagai orang yang tidak tahu adat atau tidak mau menghargai budaya bangsa? Lantas adakah kejahatan yang lebih besar daripada perbuatan melecehkan Allah?

Oleh karena itu, bersihnya tauhid kita tidak akan tercapai sampai kita berlepas diri dari syirik dan dari orang-orang musyrik. Serta memisahkan diri, mengingkari, memusuhi dan membenci mereka. Allah Ta’ala berfirman menceritakan tentang kekasih-Nya, Ibrahim ‘alaihis salam sebagai pemimpin orang-orang yang bertauhid,

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

”Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4).

Bahkan meskipun pelaku syirik itu adalah kerabat kita, atau bapak kita sendiri, kita tetap harus berlepas diri darinya. Allah Ta’ala juga mengisahkan tentang Ibrahim ketika berkata kepada ayahnya, Azar,

وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ

”Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah” (QS. Maryam [19]: 48).

Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjadi hamba-Nya yang bersih tauhidnya dan jauh dari kesyirikan. Dan semoga dengan sebab itu Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam surganya yang penuh dengan kenikmatan tanpa hisab dan tanpa adzab..

29/04/2020

Yaa Allaah..
Jadikanlah kami umat yang senantiasa selalu merindukan beliau.. 😢

27/04/2020

JAMINAN UNTUK ORANG YANG HIJRAH.

25/04/2020

"Sesungguhnya manusia dalam kerugian"
======================================

Allah Ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Demi Masa

Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur. Karena umur inilah nikmat besar yang diberikan kepada manusia. Umur ini yang digunakan untuk beribadah kepada Allah. Karena sebab umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah menetapkan, ia akan masuk surga.

Manusia Benar-Benar dalam Kerugian

Manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan. Kerugian sendiri ada dua macam kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah.

Yang pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka jahim.

Yang kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat: (1) iman, (2) beramal sholeh, (3) saling menasehati dalam kebenaran, (4) saling menasehati dalam kesabaran.

1- Mereka yang Memiliki Iman

Yang dimaksud dengan orang yang selamat dari kerugian yang pertama adalah yang memiliki iman. Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah perintah beriman kepada Allah dan beriman kepada-Nya tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Iman itu diperoleh dari ilmu.

Syaikh Sholeh Alu Syaikh berkata bahwa iman di dalamnya harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan (i’tiqod) inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Jadi orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian.

2- Mereka yang Beramal Sholeh

Yang dimaksud di sini adalah yang melakukan seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah.

3- Mereka yang Saling Menasehati dalam Kebenaran

Yang dimaksud adalah saling menasehati dalam dua hal yang disebutkan sebelumnya. Mereka saling menasehati, memotivasi, dan mendorong untuk beriman dan melakukan amalan sholeh.

4- Mereka yang Saling Menasehati dalam Kesabaran

Yaitu saling menasehati untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat, juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan. Karena sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam melakukan ketaatan, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.

Sukses pada Diri dan Orang Lain

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Dua hal yang pertama (iman dan amal sholeh) untuk menyempurnakan diri manusia. Sedangkan dua hal berikutnya untuk menyempurnakan orang lain. Seorang manusia menggapai kesempurnaan jika melakukan empat hal ini. Itulah manusia yang dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keberuntungan yang besar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 934).

Sudah Mencukupi dengan Surat Al ‘Ashr

Seandainya Allah menjadikan hujjah hanya dengan surat Al ‘Ashr ini, maka itu sudah menjadikan hujjah kuat pada manusia. Jadi manusia semuanya berada dalam kerugian kecuali yang memiliki empat sifat: (1) berilmu, (2) beramal sholeh, (3) berdakwah, dan (4) bersabar.

Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,

هذه السورة لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هي لكفتهم

“Seandainya Allah menjadikan surat ini sebagai hujjah pada hamba-Nya, maka itu sudah mencukupi mereka.” Sebagaimana hal ini dinukil oleh Syaikh Muhammad At Tamimi dalam Kitab Tsalatsatul Ushul.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan selamat dari kerugian dunia lan akhirat.

semoga bermanfaat..

24/04/2020

Penuhi panggilan Allah SWT.

23/04/2020

TANAM TAUHID SEJAK DINI..

Tauhid itu ibarat pohon
Allah berfirman:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ ۙ

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,”
(QS. Ibrahim 14: Ayat 24)

Seperti itulah ketika seorang muslim melakukan amalan dengan pondasi Tauhid, Tauhid yang baik akan menghasilkan amalan dan akhlak yang baik, yang kelak akan menghasilkan buah kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Orang yang bertauhid memiliki kontrol atau pengawasan ruh yang kuat. kontrol pengawasan ada dua, diantaranya :
1. Kontrol spiritual/ruh
2. Kontrol fisik

Salah satu cara menanamkan kontrol ruh kepada anak yakni melalui kisah, seperti : ( kisah didalam Al qur’an , kisah nabi , sahabat dan para ulama )

Penanaman tauhid merupakan pondasi paling penting di dunia pendidikan islam, dan tauhid harus diajarkan sejak dini seperti
keimanan kehidupan setelah kematian, adzab kubur, yaumul mizan, shirot , Dsb

Dan itu semua harus dihadirkan untuk anak-anak diawal pertumbuhan mereka agar mereka menghafalnya dan tertanam di dalam jiwa dan hati mereka . Selanjutnya dibuka sedikit demi sedikit ,sesuai dengan tahapan usia sang anak, agar anak berinteraksi secara baik dengan Allah .

Fitrah-fitrah tauhid sebenarnya telah ada dalam diri anak, maka tugas kita adalah menjaga fitrah itu dan terus menyiraminya hingga ia tumbuh kokoh

Allah berfirman:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا ۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَـلْقِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ۙ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 30)

Dan hadits dari nabi shollahu ‘alaihi wassalam

آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”

Para ulama mengingatkan kita momentum mahal,” waktu dimana seorang anak mengharapkan jawaban dari orangtuanya merupakan waktu terbaik dan utama mengarahkan anak dan menanamkan fitrah dalam dirinya.
Tidak boleh mengabaikan pertanyaan-pertanyaan anak, khususnya yang berhubungan dengan aqidah, jangan mengira karena mereka masih sangat kecil lantas kita menjawab dengan jawaban sekedarnya bahkan asal-asalan .
Karena sesungguhnya fitrah telah terbangun dan terkait dengan Robb dan penciptanya diusia sangat awal. Semisal ..” Kenapa hujan turun? ” Maka kita kenalkan Allah sebagai sang Kholiq dan menjelaskan kenikmatan yang telah Allah berikan kepada hambaNya.

Ajaklah anak mengamati atau mentadabburi ciptaan Allah, caranya dengan melihat, memperhatikan, menganalisanya, menyimpulkan dan mensyukuri.

Allah berfirman:

يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

“(Luqman berkata), Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui.”
(QS. Luqman 31: Ayat 16)

Kenalkan anak tentang muroqobatullah atau merasa diawasi oleh Allah. Selanjutnya adalah melatih ibadah-ibadah wajib bersama anak langsung dan menanamkan tauhid uluhiyah ,kisahkan p**a kisah-kisah tauhid dan keutamaannya.
Allah berfirman:

لَـقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَ لْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَـرٰى وَلٰـكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّـقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Yusuf 12: Ayat 111)

Penanaman Tauhid menurut fase perkembangan anak adalah :

* Usia 0-2 tahun
Talqin Komunikasi dengan kalimat thoyyibah (Pembiasaan)

* Usia 2-5 tahun Mengajarkan ucapan kalimat thoyyibah (Talaqqi)
Peneladanan ibadah
– Menggendong anak ketika sholat
– Membaca dzikir dengan jahr (keras)
– Membaca Al quran dan memperdengarkan kepada anak
– Mengajak ketempat yang baik (Majlis ilmu)
– Mengaitkan segala sesuatu kepada Allah : (Ketika terjatuh, atau ketika mengalami peristiwa alam seperti hujan atau bencana)

* 5-12 tahun
Penerapan Ibadah
Karena usia Tamyis bisa membedakan baik buruk, mereka sudah bisa diberikan Amanah dan tetap untuk memberika kisah dan nasihat

* 13-15 Tahun
Baligh
– Evaluasi dari penanaman tauhid
– Akhlak dan adab
– ihsan

Tauhid adalah sebuah pondasi dasar pendidikan islam sebagaimana rasulullah mendidik para sahabat dengan tauhid sebelum mengajarkan Al qur’an

عن جندب بن عبد الله قال كنا مع النبى -صلى الله عليه وسلم- ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا »

Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, kami telah bersama Nabi shallallahu’ alaihi wa sallam , kami masih anak-anak yang berusaha baligh. Kami mengunjungi iman sebelum memulai Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami menambah Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah, no. 61. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Maka jika kita ingin berhasil dalam mendidik anak-anak kita , Wajib bagi kita mengikuti suri tauladan kita yaitu rasulullah, manusia terbaik didunia. Semoga Allah menjadikan anak-anak kita anak yang sholih dan sholihah dan semoga mereka dapat menjadi sfaya’at bagi kedua orangtua nya.

22/04/2020

Tujuan berhijab

17/04/2020

Hal yang pertama yang akan hilang seketika..
"Aku mati.. adalah nama yang dengannya aku di panggil di dunia ini.

Seketika aku mati mereka memanggilku dengan sebutan jasad.
Waktu shalat mereka menyebutku jenazah.
Ketika mènguburku mereka menyebutku dengan mayyit.

Jelas sekali kala itu, bahwa nasabku, sukuku, status sosialku, dan ketenaranku tak berarti apa apa, sama sekali tidak layak di agung agungkan..

Alangkah sepele/ kecilnya dunia ini dan alangkah bodohnya kita yang selama ini menganggapnya penting / besar untuk yang masih hidup.

Ketika kita sudah meninggal..
- Teman2, karib akan bersedih dan merasa kehilangan hanya dalam beberapa minggu, setelahnya mereka kembali ke kehidupan masing masing.
- Orang2 yang kenal kita hanya akan megasihani kita sesaat.
- Keluarga/ ahlulbait, akan merasa bersedih, kehilangan cuma beberapa bulan, mungkin setahun, setelah itu, cuma hanya jadi kenangan.

Berakhirlah kisah kita di dunia
Bermulalah kisah kita di akhirat.
Tiada guna harta, jabatan, kecantikan, kewibawaan semuanya.

Inilah hidup kita yang sesungguhnya.
Apakah kita sudah menyiapkan bekal untuk di akhirat ?

13/04/2020

Masyaallaah.. 😊

Air Kencing Itu Najis...Air kencing manusia termasuk najis, maka badan, pakaian, atau tempat yang terkena air kencing ha...
11/04/2020

Air Kencing Itu Najis...
Air kencing manusia termasuk najis, maka badan, pakaian, atau tempat yang terkena air kencing harus dibersihkan. Jika tidak dibersihkan, maka itu bisa menjadi penyebab siksa kubur. عَنْ أَنَسٍ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : تَنَزَّهُوا مِنَ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersihkanlah diri dari air kencing. Karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur berasal darinya.” [HR. Ad-Dȃruquthnȋ dalam Sunannya, no. 459. Dan hadits ini dinilai shahȋh oleh Syaikh al-Albani dalam Irwȃul Ghalȋl, no. 280] Oleh karena itu Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Dosa Besar ke-36: Tidak Membersihkan Diri Dari Air Kencing, Dan Itu Termasuk Syi’ar Nashara”. [Al-Kabȃir, hlm. 141]

Penyebab Siksa Kubur ..
Hadits Abdullah bin ’Abbâs Radhiyallahu anhuma, dia berkata: مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan, lalu Beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya ini disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa dalam perkara yang berat (untuk ditinggalkan). Yang pertama, dia dahulu tidak menutupi dari buang air kecil. Adapun yang lain, dia dahulu berjalan melakukan namimah (adu domba)”. Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil sebuah pelepah kurma yang basah, lalu membaginya menjadi dua, kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menancapkan satu pelepah pada setiap kubur itu. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasûlullâh, kenapa anda melakukannya”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Semoga Allâh meringankan siksa keduanya selama (pelepah kurma ini) belum kering”. [HR. Bukhari, no. 218; Muslim, no. 292].

Jangan remehkan shalat..
06/04/2020

Jangan remehkan shalat..

06/04/2020

Sholat, sholat, sholat, karena sholat kepalanya ibadah..

03/04/2020

Assalaamu'alaikum wr.wb..

Para pembaca yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Ta'ala. Kita semua pasti tahu bahwa shalat adalah perkara yang sangat penting. Bahkan shalat termasuk salah satu rukun Islam yang utama yang bisa membuat bangunan Islam tegak. Namun, realita yang ada di tengah-tengah umat ini sungguh sangat berbeda. Jika kita melirik kita, ada saja orang yang ada di KTP-nya yang menerima Islam, tetapi biasa saja menerima rukun Islam yang satu ini. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya melakukan shalat sekali sehari, itu pun kalau ingat. Mungkin ada p**a yang hanya menjalankan shalat sekali dalam shalat Jum'at. Yang lebih parah lagi, tidak sedikit yang hanya ingat dan mengatur shalat dalam waktu dua kali lipat Idul Fithri dan Idul Adha saja.

Memang sungguh prihatin dengan kondisi umat saat ini. Banyak yang mengaku Islam di KTP, namun kelakuannya adalah ini. Oleh karena itu, pada tulisan yang singkat ini kami akan membahas tentang hukum p**ang shalat. Semoga Allah memberikannya dan memberi taufik kepada setiap orang yang membaca tulisan ini.

Para Ulama Sepakat harus Meninggalkan Shalat Terkait Dosa Besar yang Lebih Besar dari Dosa Besar Lainnya

Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ” Kaum muslimin bersepakat memilih shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa, merampas orang lain, ber zina, minum, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan menerima hukuman dan kemurkaan Allah juga mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat. "( Ash Sholah , hal. 7)

Dinukil oleh Adz Dzahabi di dalam Al Kaba'ir , Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, "Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar dari dosa, harus shalat lebih jauh, dan mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan." ( Al Kaba'ir , hal. 25)

Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar termasuk termasuk dosa besar. Dan yang menerima shalat sepenuhnya -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan diterima. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya hingga berkali-kali termasuk dosa yang besar sampai dia bertaubat. Orang benar-benar keluar shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim . ” ( Al Kaba'ir , hal. 26-27)

Apakah Orang yang Meninggalkan Shalat Bisa Kafir alias Bukan Muslim?

Dalam poin sebelumnya telah disetujui, para ulama bersepakat meninggalkan shalat termasuk dosa besar bahkan lebih besar dari dosa berzina dan mendengarkan. Mereka tidak berselisih pendapat dalam masalah ini. Namun, yang menjadi masalah selanjutnya, apakah orang yang p**ang shalat masih muslim ataukah telah kafir?

Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada perbedaan pendapat di antara kaum muslimin tentang kafirnya orang yang p**ang shalat karena mengingkari diperlukannya . Namun demikian, mengapa harus menunggu untuk shalat karena tetap percaya pada shalat lima waktu itu wajib -sebagaimana persyaratan sebagian besar muslimin saat ini-, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat ( Lihat Nailul Penulis , 1/369).

Tentang meninggalkan shalat karena malas dan tetap percaya shalat itu wajib, ada tiga pendapat di antara para ulama tentang hal ini.

Pendapat pertama mengatakan bahwa orang harus meninggalkan shalat karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Sa'id bin Jubair, 'Amir Asy Sya'bi, Ibrohim An Nakho'i, Abu' Amr, Al Auza'i, Ayyub As Sakhtiyani, 'Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah,' Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafi'iyah, pendapat Imam Syafi'i (disetujui oleh Ath Thohawiy), ditegaskan Umar bin Al Khothob (didukung oleh Ibnu Hazm), Mu'adz bin Jabal, 'Abdurrahman bin 'Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.

Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dihukum dengan hukuman, namun tidak membantah kafir. Itulah pendapat Malik, Syafi'i, dan salah satu pendapat Imam Ahmad.

Pendapat mengatakan orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. ( Al Mawsu'ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah , 22 / 186-187)

Jadi, intinya ada perbedaan dalam masalah ini di antara para ulama termasuk p**a ulama madzhab. Bagaimana hukum meninggalkan shalat menurut Al Qur'an dan As Sunnah? Silakan simak pembahasan selanjutnya.

Pembicaraan Orang yang Meninggalkan Shalat dalam Al Qur'an

Banyak ayat yang membahas hal ini dalam Al Qur'an, namun yang kami bawakan adalah dua ayat saja.

Allah Ta'ala berfirman,

فخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل صالحا

“ Maka datanglah nanti mereka, ambil (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan mempertanyakan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemukan al ghoyya , kecuali orang yang bertaubat , beriman dan beramal saleh. "(QS. Maryam: 59-60)

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhuma mengatakan itu' ghoyya ' dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang mana sangat dalam. ( Ash Sholah , hal. 31)

Dalam ayat ini, Allah membuat tempat ini –yaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi orang yang menyumbangkan shalat dan syahwat (hawa nafsu) Seandainya orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di tempat paling atas, tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini ( ghoyya ) yang merupakan bagian paling bawah, tempat orang muslim, tempat orang-orang kafir.

Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah berfirman,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

" Kecuali orang yang bertaubat , beriman dan beramal saleh ". Maka seandainya orang yang menyiakan shalat adalah mu'min, tentu saja dia tidak dimintai taubat untuk beriman.

Dalam ayat yang lain, Allah Ta'ala berfirman,

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّيِ

" Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama ." (QS. Di Taubah [9]: 11). Dalam ayat ini, Allah Ta'ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Berarti jika shalat tidak dikerjakan, dapatkan saudara seiman. Konsekuensinya orang yang harus shalat disetujui mukmin karena orang mukmin itu bersaudara harus Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

" Orang-orang beriman itu sungguh bersaudara ." (QS. Al Hujurat [49]: 10)

Pembicaraan Orang yang Meninggalkan Shalat dalam Hadits

Ada beberapa hadits yang dibahas masalah ini.

Dari Jabir bin 'Abdillah, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

" (Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat ." (HR. Muslim no. 257).

Address

Jakarta
Jakarta
10110

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Belajar Ngaji posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category


Other Video Creators in Jakarta

Show All