25/07/2024
IMAN DENGAN PARA RASUL ALLAH
(Bagian 6 / 9) | Oleh Dr. K.H. Kholilurrohman, MA
Sifat-sifat Nabi Dan Rasul
Sesungguhnya Allah mengutus para Nabi untuk menyampaikan kepada umat manusia perkara-perkara yang menjadi kemaslahatan manusia itu sendiri, baik kemaslahatan dunia maupun kemaslahatan agama dan akhirat. Para Nabi adalah manusia-manusia panutan dan teladan bagi seluruh manusia. Mengikuti segala teladan dan perbuatan mereka adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Karena itu sudah pasti Allah telah menganugerahkan kepada mereka sifat-sifat terpuji dan budi pekerti yang mulia. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِينَ (الأنعام: 86)
“… dan kepada masing-masing (para Nabi itu) Kami (Allah) lebihkan derajat mereka di atas sekalian alam”. (QS.al-An’am: 86).
Diantara sifat-sifat terpuji yang ada pada diri mereka adalah jujur (as-Sidq), mustahil pada diri mereka terdapat sifat dusta (al-Kidzb). Nabi Muhammad misalkan, sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau sudah terkenal di kalangan penduduk Mekah sebagai orang yang jujur dan terpercaya (ash-Shadiq al-Amin). Kejujuran beliau ini diakui oleh setiap orang yang beriman kepadanya, dan bahkan juga diakui oleh orang-orang kafir yang sangat memusuhinya.
Para Nabi juga memiliki sifat cerdas (al-fathanah). Mustahil pada diri mereka terdapat sifat bodoh dan bebal (al-Ghabawah). Karena seandainya para Nabi sebagai orang-orang bebal dan bodoh maka umat yang merupakan obyek dakwah mereka tidak akan pernah menerima, bahkan akan menyingkir. Para Nabi juga memiliki sifat amanah. Artinya bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat dipercaya. Mustahil pada diri mereka terdapat sifat khianat. Mereka juga memiliki sifat Shiyanahdan ‘Iffah, artinya terjaga dari segala perbuatan tercela. Mustahil mereka memiliki sifat Radzalah, yaitu sifat yang menjadikan seseorang berbuat tercela dan tidak senonoh, seperti mencuri-curi pandang terhadap perempuan yang bukan mahramnya, atau mencuri sebiji anggur, dan semisalnya. Juga mustahil bagi mereka sifat Safahah, seperti berkata-kata dengan keji dan kotor.
Kemudian, para Nabi pasti memiliki sifat Syaja’ah. Artinya bahwa mereka adalah orang-orang yang berani. Mustahil mereka memiliki sifat pengecut (al-jubn). Sebagian sahabat Rasulullah dalam menggambarkan sifat Syaja’ah-nya berkata: “Apa bila kami sedang berada di tengah peperangan berkecamuk, maka kami semua berlindung di belakang Rasulullah”. Allah telah menganugerahkan kekuatan kepada Nabi Muhammad setara dengan kekuatan empat puluh orang laki-laki paling kuat di antara manusia-manusia biasa.
Demikian p**a para Nabi memiliki sifat tabligh. Artinya bahwa mereka telah menyampaikan segala perkara yang diperintahkan oleh Allah untuk disampaikan kepada umatnya dengan sempurna. Mustahil bagi mereka menyembunyikan apa harus disampaikan (al-Kitman).
Para Nabi mustahil terjangkit penyakit gila, atau penyakit-penyakit yang menyebabkan orang lain tidak mau mendekat dan menyingkir, serta tidak mau mendengar dakwah mereka. Seperti penyakit lepra, borok-borok yang menjijikan hingga mengeluarkan belatung darinya.
Para Nabi juga memiliki sifat Fashahah. Artinya, mereka adalah orang-orang yang sangat fasih dalam berbicara. Tidak ada seorangpun dari mereka yang gagap, atau ta’ta’; yaitu yang selalu terdengar huruf ta’ dalam setiap pembicaraan, juga tidak ada yang alstagh; yaitu seperti yang mengucapkan huruf ra’ menjadi huruf ghain, atau huruf lam menjadi huruf tsa’.
Juga mustahil bagi para Nabi berbicara salah dalam berkata-kata (Sabq al-Lisan; keseleo lidah), baik dalam perkara-perkara syari’at maupun dalam perkara-perkara biasa. Karena bilahal ini terjadi dalam perkataan mereka maka segala kebenaran yang diucapkannya akan diragukan oleh umatnya. Tentu p**a umatnya akan berkata kepadanya: “Mungkin ia salah ucap ketika menyampaikannya”. Demikian p**a mustahil p**apara Nabi terpangaruh akal mereka oleh sihir.
Kemudian para Nabi juga terpelihara, -baik sebelum diangkat manjadi nabi atau sesudahnya-, dari segala kekufuran, dari dosa-dosa besar, dan dari dosa-dosa kecil yang mengandung kekeruhan dan kerendahan jiwa (al-Khisah Wa ad-Dana’ah). Dosa kecil yang mengandung kerendahan jiwa, seperti mencuri-curi pandang terhadap perempuan yang bukan mahram, atau mencuri sebiji anggur, dan lain sebagainya. Adapun dosa kecil yang tidak mengandung kerendahan dan kekeruhan jiwa, maka pendapat yang kuat dan didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an mengatakan bahwa hal tersebut mungkin terjadi pada diri mereka. Akan tetapi mereka langsung diingatkan oleh Allah untuk bartaubat sebelum perbuatan mereka tersebut diikuti oleh orang lain. Contoh dalam hal ini adalah perbuatan Nabi Adam ketika di surga, beliau mamakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah. Perbuatan beliau ini adalah dosa kecil yang sama sekali tidak mengandung kerendahan dan kekeruhan jiwa. Karenanya didalam al-Qur’an Allah berfirman tentang Nabi Adam:
وَعَصَى آَدَمُ (طه: 121)
“Dan Adam telah berbuat maksiat kepada Tuhannya”. (QS. Thaha: 121)
Yang dimaksud “maksiat” dalam ayat ini bukan sebagai dosa besar, juga bukan merupakan dosa kecil yang mengandung kehinaan dan kekeruhan jiwa. Melainkan hanya dosa kecil saja, yang hal itu sama sekali tidak mengandung kerendahan dan kekeruahan jiwa.
Selain memiliki sifat-sifat wajib dan sifat-sifat mustahil sebagaimana telah diuraikan di atas, para Nabi juga memiliki sifat Ja’iz. Yaitu sifat-sifat yang terjadi pada diriumumnya manusia yang hal tersebut sama sekali tidak merendahkan derajat kenabian, seperti makan, minum, tidur, sakit dengan penyakit yang tidak menyebabkan orang lain menjauh dan menyingkir, pingsan yang disebabkan rasasakit, dan meninggal. Termasuk kemungkinan buta beberapa saat; artinya tidak selamanya dan bukan buta sebagai bawaan dari lahir, seperti buta beberapa saat yang terjadi pada diri Nabi Ya’qub, yang kemudian beliau dapat melihat normal kembali seperti sediakala.
____
Follow medsos kami
Facebook | Instagram | TikTok | YouTube
Jangan lupa share jika tulisan ini bermanfaat!
Buku-Buku karya Dr. K.H. Kholilurrohman, MA Tema Aqidah Tauhid Tasawuf Fiqih >>> https://id.shp.ee/a3p7Cyk