13/12/2022
Filsuf asal Inggris, John Locke (1632-1704) lebih sering dibicarakan sebagai penganut empirisme. Akhirnya pembicaraan tentang pemikiran Locke hanya seputar teori tabula rasa, pengalaman sebagai sumber pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, atau seputar konsep sensasi sebagai cara manusia menghasilkan ide. Padahal, akan lebih menarik jika pembahasan mengenai Locke mengikutsertakan konsepsi realismenya mengenai dunia.
Hal tersebut penting agar kita tidak menyeret Locke dalam kubangan idealisme, dengan terus mengulang-ulangi tesisnya tentang aspek subjektif sensasi dalam mengenali dunia eksrternal. Sebab hal tersebut hanya menyamarkan aspek realis dari pemikiran empirismenya. Kondisi demikian membuat Locke nyaris tak bisa dibedakan dengan Uskup George Berkeley, misalnya, yang memegang prinsip esse est percipi: yang ada adalah yang dipersepsi. Artinya, sesuatu yang tak dipersepsi sama dengan tidak ada.
Realisme adalah aliran filsafat yang bertentangan dengan prinsip idealistik Berkeley tersebut. Tesis utama realisme adalah mengakui keberadaan realitas objektif yang bersifat independen di luar pikiran, mengakui objek pada dirinya yang tidak terikat pada kesadaran. Pandangan seperti itu sangat kental dalam filsafat Locke, dan bisa kita jumpai dalam masterpiece-nya berjudul An Essay Concerning Human Understanding. Artikel ini akan fokus menelisik pandangan realis Locke mengenai dunia, yang seluruhnya dikaji dalam buku tersebut. Meski artikel ini fokus pada realisme Locke. Namun pembahasan tentang epistemologi empirismenya perlu dibahas sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan filsafat realismenya.
Muhajir MA
John Locke dan Realisme Published: Desember 13, 2022 Category: Esai, Teori Tag: Descartes, Empirisme, Filsafat, Geprge Berkeley, Idealisme, John Locke, Quentin Meillassoux, Realisme Views: 3 Filsuf asal Inggris, John Locke (1632-1704) lebih sering dibicarakan sebagai penganut empirisme. Akhirnya pem...