24/11/2024
Kita mungkin berkeinginan hidup sederhana, namun adakalanya tergiur menikmati kehidupan mewah, punya rumah maupun mobil mewah, bisa pergi keliling dunia dan kemana s**a, belanja-belanja sepuasnya.
Kita mungkin ingin mematuhi ajaran agama dan tak mau melakukan dosa, tetapi adakalanya pikiran dipenuhi kebencian pada seseorang atau suatu golongan, meski masih yakin bahwa diri kita berjalan dalam jalur kebenaran.
Kita mungkin berkeinginan menerima diri kita apa adanya, terutama kekurangan kelemahan, namun adakalanya tak menerima kelebihan keistimewaan yang dimiliki orang lain.
Kita mungkin ingin hidup setia dan suci, namun adakalanya terangsang dan membayangkan seseorang ranjang, walau kita simpan rapat-rapat dan jangan sampai ada yang tahu.
Kita mungkin bertekad dan sering berkata hendak menciptakan kehidupan yang bahagia, namun syarat dan kondisi untuk mencapai hanya berdasarkan kemauan diri sendiri yang seenak jidat.
Disadari atau tidak, dalam diri manusia melekat kontradiksi-kontradiksi yang terdorong atau terbentuk oleh naluri, sifat, tabiat, kebutuhan dan godaan zaman.
Kemunafikan pun terjadi karena ketidakmampuan menjinakkan naluri dan kesediaan berdamai dengan diri sendiri, antara lain dengan mengakui kelemahan diri sendiri seraya mengakui kelebihan orang lain setidaknya untuk mereduksi hipokrisi dan iri hati.
Sedia berdamai dengan diri sendiri, sesungguhnya bisa melegakan dan menentramkan pikiran yang terkadang hiruk pikuk ini...
sedikit tambahan puisi dari Mitsuo Aida,
Karena telah menjalani hidup sepenuh-penuhnya, rerumputan yang kering gersang tetap menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang.
Bunga-bunga sekedar berbunga, dan ini mereka lalukan sebaik-baiknya.
Bunga lili putih yang mekar tak terlihat dilembah, Tak butuh menjelaskan dirinya pada siapa-siapa; Dia hidup hanya demi keindahan.
Namun kata "hanya" itu tak diterima manusia.
Andai tomat-tomat ingin menjadi melon, betapa menggelikannya.
Heran sungguh saya melihat, begitu banyak orang ingin menjadi yang bukan diri mereka; apa gunanya menjadikan diri sendiri bahan tertawaan?
Tak perlu kita selalu berpura-pura tangguh, Tak guna membuktikan sepanjang waktu bahwa semuanya baik-baik saja,
Usahlah memikirkan apa kata orang, menagislah kalau perlu
Menumpahkan air mata itu baik
(sebab hanya dengan begitu kita akan bisa tersenyum lagi).
Sedikit bahan perenungan sebelum tidur,
Seorang Guru mengumpulkan murid-muridnya dan bertanya pada mereka:
"Bagaimana kita tahu,kapan persisnya malam hari berakhir dan terang dimulai?"
"Kalau sudah cukup terang, kita bisa membedakan mana sapi mana kerbau," sahut salah seorang murid.
Murid lainnya berkata, 'Tidak, kalau sudah cukup terang untuk membedakan pohon kelapa dan pohon pinang."
"Tidak, itu juga bukan definisi yang bagus."
Murid-murid tersebut pun bingung dan bertanya balik, "Nah kalau begitu, apa jawaban yang benar?"
Sang guru itu berkata,
"Kalau seorang asing menghampirimu dan kau menganggap dia saudaramu, dan semua perselisihan lenyap, saat itulah malam berakhir dan terang hari dimulai."