14/09/2020
Mengenal Franco Morbidelli, Murid Kesayangan Valentino Rossi di VR46 Academy
14-09-2020 13:50 | Anindhya Danartikanya
Bola.net - Pembalap Petronas Yamaha SRT, Franco Morbidelli, sukses menggebrak dengan kemenangan perdananya di MotoGP San Marino, yang digelar di sirkuit kandangnya sendiri, Misano World Circuit Marco Simoncelli pada Minggu (13/9/2020). Ini merupakan kemenangan perdananya di ajang tertinggi.
Morbidelli, yang lahir di Roma pada 4 Desember 1994 dari ibu yang berasal dari Brasil dan ayah yang berasal dari Italia, telah mengendarai motor sejak usia belia. Sang ayah, Livio Morbidelli, yang ingin anaknya menjadi pembalap motor dan meminta bantuan kepada ayah Valentino Rossi, Graziano Rossi.
Pada 2010, saat ia berusia 16 tahun, Morbidelli dan keluarganya pun pindah ke Tavullia untuk lebih intensif berlatih dengan Rossi, juga dengan mendiang Marco Simoncelli. Pada 2011, ia pun turun empat balapan di European Superstock 600 (STK600), membela Yamaha YZF-R6 bersama Forward Racing.
Pada 2012, Morbido pun pun turun sepenuhnya di STK600 dan mengakhiri musim di peringkat keenam, dan sukses jadi juara setahun setelahnya bersama San Carlo Team Italia di atas Kawasaki ZX-6R. Pada tahun yang sama, Rossi meluncurkan program VR46 Riders Academy untuk pertama kalinya, dan Morbidelli menjadi anggota pertama.
Debut di Arena Grand Prix Tanpa Moto3
Sebagai bagian dari program pertama, Morbidelli pun didorong Rossi untuk mencoba turun di Moto2, ketika ia sudah mulai terlalu nyaman di jalan menuju arena WorldSBK. Rossi dan VR46 mempromosikan Morbidelli kepada Gresini Racing dan Italtrans Racing untuk diberi fasilitas wildcard pada 2013.
Gresini akhirnya memberi tiga wildcard di San Marino, Jepang, dan Valencia, dengan Suter MMX2. Morbidelli gagal meraih poin, namun dapat kontrak dari Italtrans Racing untuk banting setir sepenuhnya ke Moto2 2014. Awalnya, ia kesulitan, namun menunjukkan potensi ketika mulai konsisten masuk 10 besar, terutama saat finis kelima di Aragon.
Morbidelli mengakhiri musim perdananya di Moto2 di peringkat 11 dengan 75 poin, hingga dipertahankan Italtrans semusim lagi. Pada 2015, Morbidelli lebih konsisten dan meraih podium perdana di Indianapolis usai finis ketiga. Meski harus absen empat seri akibat retak tulang tibia dan fibula kaki kanan akibat kecelakaan, ia mampu duduk di peringkat 10 pada akhir musim.
Prestasi ini pun membuatnya dilirik oleh salah satu tim paling prestisius di Moto2, Estrella Galicia 0,0 Marc VDS. Morbidelli diminta untuk menggantikan juara dunia Moto2 2014, Tito Rabat, yang naik ke MotoGP pada 2016. Sepanjang musim, Morbidelli pun sukses meraih 8 podium, dan mengakhiri musim di peringkat 4 pada klasemen rider.
Juara Dunia Moto2 dan Debut di MotoGP
Rider yang dikenal dengan gayanya yang 'woles' ini pun bertahan di tim yang sama pada 2017, memulai musim dengan pole sekaligus kemenangan di Qatar. Ia bahkan memenangi dua balapan berikutnya, yakni Argentina dan Austin, menjadi rider pertama yang mampu meraih tiga kemenangan beruntun di kelas intermediate sejak Daijiro Kato di GP250 2001.
Morbidelli pun meneruskan tren positif ini dengan koleksi 12 podium, yang 8 di antaranya merupakan kemenangan. Ia dinyatakan sukses mengunci gelar dunia 2017, bahkan saat ia masih di dalam mobil menuju Sirkuit Sepang beberapa jam sebelum balapan di Malaysia digelar, usai rival terdekatnya, Thomas Luthi tepaksa absen akibat cedera kaki.
Morbidelli sukses menjadi pembalap Italia pertama yang mampu menjuarai kelas intermediate sejak Marco Simoncelli di GP250 2008, dan menjadi rider Italia pertama yang mampu merebut gelar dunia sejak Valentino Rossi menjuarai MotoGP 2009. Ia juga menjadi murid VR46 Riders Academy pertama yang mampu merebut gelar dunia.
Prestasi ini pun membuat Morbidelli dipertahankan oleh Marc VDS, namun diturunkan di MotoGP bersama Honda pada 2018, lagi-lagi sebagai pengganti Tito Rabat yang pindah ke Reale Avintia Racing. Uniknya, Morbidelli bertandem dengan Luthi.
Masa Kelam di Honda dan Rayuan Petronas Yamaha SRT
Dari luar, Honda tampak perkasa berkat dominasi Marc Marquez. Namun, RC213V merupakan motor yang paling sulit dikendarai, bahkan oleh Morbidelli yang juga rider bergaya balap agresif. Hasil terbaiknya hanyalah posisi 8 di Australia. Namun, Morbidelli mengakhiri musim sebagai debutan terbaik dengan duduk di peringkat 15.
Pada pertengahan musim, Morbidelli dipastikan bergabung dengan Petronas Yamaha SRT, tim baru yang akan turun di MotoGP 2019. Tim ini dibentuk menyusul mundurnya Marc VDS dari MotoGP secara mendadak, akibat adanya cekcok internal antara sang pemilik tim, Marc van der Straten, dengan sang Manajer Tim, Michael Bartholemy.
Morbidelli pun menjadi pembalap pilihan utama SRT, mengingat prestasinya sebagai juara dunia Moto2 2017 dan statusnya sebagai murid Rossi yang merupakan ikon Yamaha. Usai SRT gagal mendapatkan kesepakatan dengan Dani Pedrosa, ia pun ditandemkan dengan rider berusia 19 tahun, Fabio Quartararo.
Morbidelli menjalani musim perdananya bersama Yamaha dengan cukup apik, dengan hasil terbaik finis keempat di Austin, Belanda, Inggris, dan San Marino. Ia bahkan mengakhiri musim di peringkat 10 dengan 115 poin. Namun, ia seolah tenggelam di bawah bayang-bayang Quartararo, yang justru mencuri perhatian dengan koleksi 6 pole dan 7 podium.
Kemenangan Perdana di MotoGP
Pada 2020, ia pun bertahan di Petronas Yamaha SRT. Jika semusim sebelumnya ia mendapatkan motor YZR-M1 spek pabrikan yang mirip dengan milik Rossi dan Maverick Vinales, musim ini Morbidelli sekadar mengendarai YZR-M1 'Spek A', yang mesinnya merupakan mesin terbaru namun perangkat lainnya berasal dari motor lama.
Meski begitu, ia justru pembalap Yamaha dengan performa yang paling konsisten, walau terjegal oleh gangguan eksternal seperti kerusakan mesin Andalusia dan kecelakaan hebat bersama Johann Zarco di Austria. Morbidelli pun sukses meraih podium perdananya usai finis kedua di Ceko.
Dalam menjalani pekan balap San Marino di Sirkuit Misano, Morbidelli pun merasa nyaman di atas YZR-M1 sejak sesi latihan pertama. Ia bahkan sengit memperebutkan pole dengan tiga rider Yamaha lain di sesi kualifikasi, walau harus puas duduk di posisi kedua.
Dalam balapan, Morbidelli menjalani start dengan baik, langsung memimpin sejak tikungan pertama dan melenggang bebas sampai finis. Ia pun menjadi pembalap kelima yang meraih kemenangan musim ini, sekaligus pembalap keempat yang sukses meraih kemenangan perdana sepanjang 2020.
Rasa Terima Kasih pada Valentino Rossi
Saat naik podium di Ceko, Morbidelli pun mempersembahkan hasilnya kepada Rossi yang telah membimbingnya sejak usia 10 tahun, dan menjadi sosok kakak yang memberinya banyak pelajaran hidup, mengingat sang ayah, Livio meninggal dunia pada 2013 akibat bunuh diri.
Usai menang di Misano, Morbidelli pun berterima kasih kepada tim dan semua pihak yang telah bekerja dengannya dan membantunya demi mewujudkan impiannya memenangi balapan di MotoGP, dan nama Valentino Rossi pun ia akui berada di peringkat teratas dalam daftar orang-orang tersebut.
"Dalam momen ini, ketika saya bilang bahwa saya harus berterima kasih kepada orang-orang yang telah bekerja dengan saya dan telah percaya pada saya, tentu Vale ada di posisi teratas. Ucapan terima kasih saja rasanya tidak cukup, karena ia telah melakukan segalanya untuk saya," ujar Morbidelli via MotoGP.com.
"Dapat kesempatan balapan dengannya adalah berkah, karena ia legenda, terbaik sepanjang masa. Balapan melawannya di hadapan dunia sungguh menyenangkan. Bisa mengalahkannya juga menyenangkan, karena saya memang ingin mengalahkannya demi membuktikan ia telah ambil keputusan tepat dengan memercayai saya. Saya harap bisa lebih sering bertarung dengannya," tutupnya.