19/04/2018
Pengantar Redaksi
Tulisan ini dikopas dari postingan hari ini, Kamis, 19 April 2018 di Grup WA PEDULI INDONESIA, dengan seizin Penulisnya, tanpa editing sedikitpun. Terima kasih.
==================================================
Hari ini, Setahun Lalu, jam 10.00 pagi, TPS belum menghitung suara, tapi saya sudah WA ke banyak teman: Selamat Datang Gubernur Baru! Ahok dikalahkan. Kok Bisa?
Denny JA
Ibu dari segala pilkada. itulah kesan saya mengenang hari ini setahun lalu, hari pencoblosan dan penentuan siapa yang akhirnya mendapat mandat rakyat pada Pilkada Jakarta, 19 April 2018.
Saya acapkali dianggap sebagai pendiri profesi konsultan politik di Indonesia. Saya sudah di sana, sejak hari pertama pilkada langsung diputuskan di tahun 2005. Bahkan saya sudah di sana sejak pilpres dipilih langsung pertama kali di tahun 2004.
Dari ratusan pilkada yang pernah saya terlibat langsung, dari Aceh hingga Papua, bagaimana saya dapat melupakan Pilkada Jakarta? Setahun saya tenggelam tunun naik bersama gelombang histeria ruang publik.
Saya ingat hari ini setahun lalu, sekitar jam 10.00 pagi. TPS bahkan banyak yang belum memulai menghitung suara yang masuk.
Tapi pasukan saya sejak jam 7.00 pagi sudah tersebar di seluruh Jakarta, secara random di TPS, untuk melakukan Exit Poll. Jam 10.00 kurang saya sudah dapatkan data yang cukup untuk menyimpulkan: telah datang gubernur baru.
Namun jam 10.00 pagi itu bahkan banyak TPS yang belum mulai perhitungan suara. Konferensi Pers tak elok dilakukan. Tak kehilangan akal, saya sebar berita itu melalui japri WA.
Heboh seketika. Saya membaca respon banyak di WA grup. LSI Denny JA sudah mengabarkan Anies-Sandi gubernur baru.
Seorang politisi senior menelfon saya. Bagaimana jika data saya salah. Berita itu sudah menyebar. Saya hanya tertawa. Politisi itu mengerti karena ini bukan yang pertama saya umumkan paling awal pemenang pilkada bahkan sebelum TPS menghitung suara.
Walau ia yakin kesimp**an saya bersandar pada riset ilmiah, dan Exit Poll LSI tak pernah melewet, ia sendiri masih ragu apa iya Ahok bisa dikalahkan?
Satu teman yang saya kirimkan WA kemenangan Gubernur baru di pagi hari adalah Geisz Chalifah. Ia teman sejak mahasiswa. Saya mengenalnya sebagai aktivis yang bergerak dengan hati. Sekali ia terlibat dan berkomitmen atas apapun, seluruh diri ia berikan.
Tak saya duga, WA saya pagi itu, ternyata meneteskan air matanya.
Saya membaca Geisz berkisah soal momen itu. Gantian, kini saya yang bergetar membacanya.
Saya muat lengkap tulisan Geisz.
-000-
Dari Jakarta Kita Rebut Indonesia
(19 April 2018 Setahun Kemenangan Anies Sandi)
Oleh Geisz Chalifah
Hari ini 19 April setahun lalu, hari masih terbilang pagi, Denny JA mengirim WA pada saya memberi khabar hasil Exit Poll LSI. juga Berisi ucapan :
Selamat Datang Gubernur Baru.
Hari masih pagi, perhitungan suara belum dimulai. Saya baru saja kembali kerumah dari beberapa TPS, mengontrol jalannya pemilihan di wilayah saya.
Membaca WA dari Denny JA, mata saya basah.
Istri saya bertanya : Ada apa ?
Saya mengabarkan Anies Menurut perhitungan LSI Denny JA menang telak.
Spontan dia berucap : "Alhamdulillah" terlihat matanya berkaca - kaca.
Beberapa saat sebelumnya dia (Istri saya) sangat khawatir, ketika kami (sekeluarga) mendatangi TPS untuk memilih. Beberapa orang yg entah dari mana yang tak dikenal dan bukan warga sekitar, memvideokan saya dan anak-anak, Seorang perempuan dan beberapa laki-laki berbadan tegap.
Anak laki-laki saya mau bereaksi mempertanyakan siapa mereka, segera saya tahan. Saya katakan: Tenang saja, biarkan saja mereka mau melakukan apa saja, selama tak mengganggu. Ketidak adilan yang kami rasakan dari pihak berwenang selama pilkada membuat saya berhati-hati dalam bertindak. Pembiaran pada mereka pembuat onar namun cepat dan tanggap pada setiap laporan terhadap kami para pendukung Anies Sandi membuat emosi warga mudah tersulut.
Tak lama kemudian beberapa teman dari FBR datang mencari orang yg tak jelas tadi namun mereka sudah pergi. Saya menenangkan agar tak terjadi keributan.
Saya membaca berulang ulang WA dari Denny JA, kemudian dengan hati bergetar, segera mengambil wudhu lalu melakukan sholat sunah kemudian sujud sukur atas rahmat yg Allah berikan. Sepanjang sholat airmata tak henti-hentinya menetes. Hari itu rasa-rasanya bila nyawa diambilpun saya ikhlas setelah perjuangan panjang yang mendebarkan itu tuntas ditunaikan.
Masih sangat terbayang perlakuan tak adil dari penguasa selama Pilkada berlangsung. Pembiaran dari yang berwenang atas pelangaran demi pelanggarang kepada mereka pihak lawan. Namun sebaliknya penekanan demi penekanan yang diperlakukan terhadap kami para relawan Anies Sandi.
Seluruh rangkaian perjuangan seluruh ikhtiar dan doa yg tak pernah henti, hari itu terkabulkan.
Dari sejak semalam sehari sebelum pemilihan, masyarakat yang gerah terhadap ketidak adilan, pada keangkuhan kekuasaan. Berzikir tak pernah henti. Ibu2 mengaji dan berdoa. Ribuan bahkan mungkin jutaan manusia diberbagai pelosok Indonesia melakukan sholat malam. Ribuan ibu-ibu itu mengaji dengan linangan air mata, berharap mendapat pemimpin Jakarta yang baru.
Doa dari seluruh Indonesia di panjatkan untuk sebuah kemenangan dalam pilkada DKI melawan arogansi kekuasaan.
Dan dipihak sebelah sana sibuk mengirimkan sembako kerberbagai wilayah Jakarta agar memilih calon yang mereka dukung.
Segenap doa, segenap harapan, segala ikhtiar pada akhirnya di pasrahkan hanya kepada Ilahi Robbi penggemgam jiwa, pemilik alam semesta.
Tak lama kemudian ratusan ucapan selamat via WA mengalir.
Padahal perhitungan suara baru saja dimulai, namun aura kemenangan sudah sangat terasa. Exit Poll dari beberapa lembaga rupanya sudah bocor, para relawan saling memberi selamat dan eforia sudah merambah kehati setiap relawan tak ternilai.
Merenungkan kembali masa-masa Pilkada DKI, dan kelangsungan demokrasi di Republik ini, sepertinya kita harus berjuang terus agar demokrasi tegak pada aturan dan perjalanan bangsa ini bisa mencapai tujuan dengan tanpa melukai siapapun. Untuk itu mari secara bersama kita perjuangkan:
DARI Jakarta Kita Rebut Indonesia Di 2019 secara Konstitusional.
Dari Jakarta Kita Rebut Indonesia.
19 April 2018 Setahun Kemenangan Anies Sandi
https://jabartoday.com/opini/2018/04/19/0630/31794/dari-jakarta-kita-rebut-indonesia
Link: https://t.co/RfhTLS5I95
19 April 2018, Setahun Kemenangan Anies-Sandi Oleh Geisz Chalifah Hari ini 19 April setahun lalu, hari masih terbilang pagi, Deni JA mengirim pesan whatsap pada saya memberi kh abar hasil ex…