Rabath Aswaja

Rabath Aswaja من يرد الله به خيرا يفقهه فى الدين

06/12/2023

Saya telah mencapai 300 pengikut! Terima kasih atas dukungan berkelanjutan Anda. Saya tidak mungkin berhasil tanpa Anda semua. 🙏🤗🎉
Silahkan dishare

Musyawarah pembentukan AD/ART RABATH-ASWAJA Peusangan Siblah Krueng, Bireuen.
22/05/2022

Musyawarah pembentukan AD/ART RABATH-ASWAJA Peusangan Siblah Krueng, Bireuen.

08/05/2022

Silaturrahmi dan musyawarah Rabath Aswaja - Peusangan Siblah Krueng.

Abi Hasbi Al-Hajary
Muhammad Rizal Dahlan
Nazarunnas
Dan Gure² yang lain...

Kunci Keberhasilan Hidup Berumah TanggaOleh Drs. Tgk Usman Husein, M.AgPada suatu hari Al-Qadhi Syuraih berjumpa dengan ...
08/12/2021

Kunci Keberhasilan Hidup Berumah Tangga
Oleh Drs. Tgk Usman Husein, M.Ag

Pada suatu hari Al-Qadhi Syuraih berjumpa dengan salah seorang sahabat baiknya Al-Fudhail. Syuraih adalah salah seorang qadhi adil, ahli hadits, luas wawasan serta tegas dalam menetapkan keputusan hukum. Dia memangku jabatan ini mulai dari khalifah kedua Umar bin Khaththab sampai dengan zaman Mu‘awiyah bin Abi Sofyan. Ada pendapat yang menyatakan beliau memangku jabatan mulia ini selama 75 tahun, ada p**a yang menyatakan selama 70 tahun, namun ada p**a yang berpendapat 60 tahun. Semua pernyataan ini menunjukkan bahwa Qadhi Syuraih adalah seorang yang lama menjabat jabatan ini. Dia meminta dirinya untuk berhenti dari jabatan qadhi kepada Hajjaj bin Yusuf satu tahun sebelum meninggal, yang umurnya ketika meninggal telah melebihi 100 tahun.

Dalam pertemuan dua sahabat ini, Al-Fudhail menanyakan perihal keadaan hidupnya berumah tangga. Syuraih menjawab: “Alhamdulillah rumah tangga yang telah kami bina selama 20 tahun tidak ada suatu masalah pun yang menyebabkan terjadi kekeruhan dan redup hidup kami berdua. Lalu Fuddhail bertanya lagi. Mengapa bisa terjadi keharmonisan demikian? Syuraih menjawab: Aku meminang seorang gadis dari keluarga yang saleh, maka di hari pesta kami, Aku menemukan padanya kesalehan dalam agamanya dan kesempurnaan pada akhlaknya. Ketika itu Aku segera bangun untuk mendirikan shalat dua rakaat sebagai bentuk syukur ku kepada Allah yang telah memberikan nikmat besar kepadaku, yaitu istri yang salihah. Ketika Aku memberi salam ke kanan, baru Aku menyadari bahwa istriku juga ikut shalat berjama‘ah denganku, dan dia memberi salam beri-ringan dengan salam shalatku.

Ketika rumah kami telah sunyi dari tamu pengunjung, yaitu dari keluarga dan sahabat-sahabat kami, Aku mendekatinya, dan dia memohon padaku untuk bersabar sejenak. Secara tiba-tiba dia bangun dan menyampaikan pesan. Setelah memuji Allah serta berselawat kepada Rasulullah, dia menyampaikan pesannya. Wahai suamiku! Sesungguhnya Aku adalah seorang wanita asing bagimu. Pasti Aku tidak tahu apa yang engkau s**ai dan apa p**a engkau benci. Oleh karena itu katakanlah padaku akan hal-hal yang engkau s**ai agar Aku melaksanakannya dengan baik, dan sampaikan juga kepadaku hal-hal yang engkau benci agar Aku menjauhinya. Suamiku! Aku sadar bahwa masih banyak wanita dari kaummu yang lebih sekufu/sederajat dan sangat layak menjadi istrimu. Saya juga banyak laki-laki dari kalangan kaumku yang sekufu/sederajat denganku. Tapi Aku menyadari bahwa kita menjadi suami istri dari perkawinan ini adalah sebuah qadha’/ketetapan Allah bagi kita berdua sejak azali. Maka kita perlu takut kepada Allah dalam hal perkawinan ini. Seandainya engkau menemukan Aku sebagai istri yang baik pertahankanlah secara makruf, dan sebaliknya jika engkau menganggap Aku istri yang tidak sesuai untukmu, lepaskan Aku secara baik-baik. Sementara Aku, kata Syuraih: duduk terpana serta terdiam mendengar penyampaian pesan yang begitu terbuka dari istriku, dan kemudian dia meminta Aku p**a untuk menyampaikan pesan-pesan untuknya. Aku bangkit bak seorang penceramah di hadapan khalayak. Setelah memuji Allah Aku katakan “Amma ba‘du”! Engkau mengungkapkan untaian kalam yang sekiranya engkau benar-benar melakukannya dan engkau istiqamah padanya, sungguh itu menjadi khazanah amal baikmu yang luar biasa serta engkau memperoleh pahala yang melimpah dari Allah. Dan, jika engkau campakkan apa yang engkau janjikan ini, maka itu menjadi pegangan yang dapat ditagih darimu nanti. Adapun pribadi-ku sendiri adalah menyukai yang ini, dan yang ini. Aku secara urut menjelaskan kepadanya satu per satu. Dan Aku membenci yang ini, dan yang ini, juga Aku jelaskan kepadanya satu per satu. Apa saja yang Kamu temukan kebaikan padaku, Kamu boleh menyampaikannya kepada orang lain, sebagai bentuk pembelajaran. Sementara jika engkau menemukan keburukan pada diriku tutuplah sebatas dirimu saja dan tidak usah engkau sebarkan-nya kepada orang lain.

Pernyataan dua suami istri di atas menjadi pedoman hidup ketahanan dan keharmonisan seseorang dalam mengarungi bahtera rumah-tangga bahagia. Yaitu; konsep berpegang teguh pada takwa kepada Allah dan saling terbuka antara suami istri sejak dari awal perkawinan, dan itu lah kunci keberhasilan hidup berumah tangga.

Gambar google

Dalam ar-Risaalah, imam Abul Qasim al-Qusyairi bercerita:وكان بعض المشايخ يصلي في مسجد في الصف الأول سنين كثيرة، فعاقه ي...
03/06/2021

Dalam ar-Risaalah, imam Abul Qasim al-Qusyairi bercerita:

وكان بعض المشايخ يصلي في مسجد في الصف الأول سنين كثيرة، فعاقه يومًا عن الابتكار إلى المسجد عائق، فصلى في الصف الأخير، فلم ير بعد ذلك مدة،

"Dahulu ada tokoh sufi yang bertahun-tahun lamanya rajin salat berjemaah di mesjid, tepat di shaf pertama. Lalu pada suatu hari, ada satu hal yang menghalanginya untuk bisa cepat hadir ke mesjid, sehingga akhirnya beliau salat di shaf akhir. Semenjak itu, beliau tidak terlihat lagi salat di situ dalam beberapa waktu lamanya".

فسئل عن السبب، فقال : كنت أقضي صلاة كذا وكذا سنة صليتها؛ وعندي أني مخلص فيها لله، فداخلني يوم تأخري عن المسجد من شهود الناس إياي في الصف الأخير نوع خجل، فعلمت أن نشاطي طول عمري إنما كان رؤيتهم، فقضيت صلواتي.

"Lantas beliau ditanya tentang penyebabnya. Menurut pengakuannya, saya tidak terlihat selama ini karena saya mengulang kembali (qadha) salat-salat yang pernah saya lakukan selama setahun. Selama ini, saya merasa diri saya sudah ikhlas melaksanakan salat-salat tersebut. Tapi saat saya terlambat hadir ke mesjid, saya dihinggapi perasaan malu karena orang-orang melihat saya salat di shaf paling belakang. Akhirnya, saya menyadari bahwa selama ini saya rajin salat berjemaah di mesjid di shat pertama itu, hanyalah karena dilihat orang lain. Karena itu, saya memutuskan untuk meng-qadha salat-salat saya selama ini".

Qultu:
Subhanallah, beginilah ijtihad kaum sufi dalam memeriksa ketulusan amal ibadah, yang justru mereka lakukan secara giat.

Ya, memang secara tekstual, tidak ada ayat atau hadis yang menyebutkan apalagi menganjurkan cara seperti ini dalam mengevaluasi amal ibadah. Ini hanyalah ijtihad para sufi dalam dunia ibadahnya kepada Allah, sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ibnu Taimiyah menjelaskan, ijtihad kaum Zuhhad atau Sufi dalam 'taqarrub' mereka kepada Allah, sama statusnya dengan ijtihad para ahli Fikih dalam menggali hukum agama. Mereka sama-sama bisa benar dalam berijtihad, dan juga bisa tersalah.

`Ala kulli hal, pengalaman ruhani seperti di atas itu, juga pernah saya pribadi rasakan. Saya termasuk orang yang agak malas melakukan salat sunat Rawatib, seusai salat sendiri di rumah. Kalau sudah salat sendiri, rasa malas kerap menghantui dan menghalangi untuk melaksanakan salat Rawatib.

Namun, saat melaksanakan salat berjemaah, entah itu di mesjid, surau atau lainnya, maka salat Rawatib itu terasa ringan dilakukan. Anehnya, itu justru bukan karena ada sosok manusia di situ yang ingin saya kejar pujian dan perhatiannya.

Awalnya, saya menilai itu hanyalah efek atau keberkahan dari salat berjemaah. Rasa malas berubah menjadi rajin. Tapi setelah saya coba sekali atau duakali untuk tidak melakukan salat Rawatib, seusai melaksanakan salat berjemaah, tiba-tiba saat itu saya merasa malu pada para jemaah yang hadir. Rasanya, para jemaah mencibir seolah-olah mereka mengatakan, ustad kok malah nggak salat Rawatib!?.

Setelah itu, barulah saya sadari bahwa selama ini saya rajin salat Rawatib seusai salat berjemaah itu, ternyata bukanlah karena efek atau keberkahan dari salat berjemaah, melainkan hanya karena semata-mata menjaga 'image'.

Wallaahu`lam

BAB HUDUD TENTANG JARIMAH RIDDAH (MUTTAD)Riddah terkecil ialah dengan perbuatan hati, seperti membenci Allah dan Rasul-N...
12/01/2021

BAB HUDUD TENTANG JARIMAH RIDDAH (MUTTAD)

Riddah terkecil ialah dengan perbuatan hati, seperti membenci Allah dan Rasul-Nya, atau sombong terhadap perintah Allah. Seperti yang dilakukan oleh Iblis ketika tidak mau melaksankan perintah Allah swt untuk sujud kepada Adam, karena kesombongannya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Kemudian Allah memberitakan bahwa Dia Maha Kaya terhadap alam semesta dan bahwa barang siapa yang murtad dari agamanya, maka dia tidak merugikan Allah sedikitpun, akan tetapi merugikan dirinya sendiri. Dan bahwasanya Allah mempunyai hamba-hamba yang ihklas, dan jujur dalam imannya dan Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang telah menjamin hidayah bagi mereka. Mereka adalah makhluk dengan sifat yang sempurna dengan jiwa yang paling kuat, dan dengan ahklak yang paling baik.

Sifat pertama mereka yang paling mulia adalah bahwa Allah “ mencintai mereka dan bahwa mereka mencintai Allah.” Karena kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah nikmat yang paling mulia yang di berikan kepadanya dan keutamaan yang paling utama yang Dia anugrahkan kepadanya. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka dia akan memudahkan sebab-sebab untuk meraih yang benar, memudahkan semua baginya yang sulit, memberinya taufik untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran dan menyambut hati hamba-hambaNya dengan kecintaan dan kasih sayang. Di antara konsekuensi kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah bahwa Dia harus siap mengikuti RasulNya, lahir dan batin, pada perkataan, perbuatan, dan seluruh kepadaanya sebagaimana firman Allah, "katakanlah: jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kalian" (Ali-Imran: 31).

Sebagaimana konsekuensi kecintaan Allah kepada hambanya adalah seorang hamba memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah fardu dan ibadah-ibadah Sunnah sebagaimana sabda Nabi dalam hadits shahih dari Allah, “ Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada dengan sesuatu yang telah aku wajibkan kepadanya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah Sunnah sehingga aku mencintainya.

Jika Aku mencintaiNya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia medengarkan, penglihatan yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengan tangannya dia bekerja dan kakiNya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepadaKu, niscaya Aku memberinya, dan jika dia memohon perlindungan kepadaKu niscaya Aku melindunginya.” Diantara konsekuensi kecintaan kepada Allah adalah mengenal Allah, memperbanyak dzikit kepadaNya, karena kecintaan tanpa mengenal sangatlah kurang bahkan tidak ada walaupun dia di klaim, dan barang siapa yang mencintai Allah, maka Dia akan banyak menyebutNya. Dan jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia meneriman amal yang sedikit dan memaafkan kesalahan yang banyak.

Yang kedua dari sifat mereka adalah, “ bersikap lemah lembut terhadap orang-orang Mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” Mereka bersikap lembut kapada orang-orang Mukmin, mencintai, memberi nasihat, bersikap lunak dan halus, mengasihi, menyayangi, memperlakukan orang-orng Mukmin dengan baik dan apa yang diharapkan dari mereka begitu dekat di gapai. Sebaliknya mereka bersikap keras terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah, yang menentang ayat-ayatNya yang medustakan RasulNya. Semangat dan keiman mereka terkonsentrasi pada permusuhan terhadap mereka. Mereka mengeluarkan segala upaya demi meraih sarana yang menjadi kemenangan atas mereka Firman Allah, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu" (Al Anfal: 60).

Dan "dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" (Al-Fath:29). Bersikap keras dan tegas kepada musuh-musuh Allah termasuk perkara yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah, seorang hamba menyepakati Tuhannya dalam kemarahanNya kepada mereka. Sikap keras dan tegas tidak menghalanginya mengajak mereka ke dalam agama Islam dengan cara yang lebih baik. Keras terhadap mereka sekaligus lunak dalam mendakwahi mereka, keduanya bermanfaat dan bermaslahat bagi mereka.

Yang ketiga, “ berjiahad di jalan Allah,” dengan harta dan jiwa mereka, dengan ucapan dan perbuatan mereka. “ Tidak takut kepada celaan orang-orang yang s**a mencela,” justru mereka mendahulukan rida Allah dan takut kepada celaaNya daripada celaan mahkluk. Ini membuktikan kuatnya semangat dan keinginan mereka, karena orang yang hatinya lemah, maka semangatnya juga lemah. Semangatnya akan goyah jika Dia mengahapai orang yang mencela, dan kekuatannya akan luluh jika dia menjadi sasaran cibiran. Di dalam hati mereka terdapat penghambaan kepada selain Allah sesuai dengan kadar perhatiannya kepada kerelaan mahkluk, mendahulukan keridhaan mereka dan celaan mereka atas perintah Allah. Hati seseorang tidak akan bersih dari penghambaan kepada selain Allah, sehingga ia tidak takut celaan orang yang mencela di jalan Allah.

Manakala Allah menyanjung mereka dengan sipat-sipat yang luhur dan perangai yang mulia yang Dia berikan kepada mereka, di mana sipat dan perangai itu menuntut sipat-sipat lain yang belum di sebut, maka Dia memberitakan bahwa hal itu termasuk karunia dan kebaikanNya kepada mereka agar mereka tidak membanggakan diri mereka, dan agar mereka mensyukuru apa yang telah manganugrahkan itu kepada mereka supaya Dia menambah karunia itu. Dia samping itu agar selain mereka mengetahui bahwa karunia Allah tidak terdapat penghalang padanya. Dia berfirman, “ Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya Lagi Maha Mengetahui.” Maksudnya, luas karunia dan kebaikanNya, besar nikmatNya, dan rahmatNya meliputi segala sesuatu, melapangkan karuniaNya kepada para waliNya yang tidak di berikanNya kepada selain mereka. Akan tetapi Dia mengetahui siapa yang berhak mendapatkan karunia itu, maka Dia memberiNya. Allah kebih mengetahui dimana Dia meletakakan risalahnya; pokok maupun cabangnya.

*Inspirasi diawal Tahun 2021Di z͟a͟m͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟, a͟d͟a͟ s͟e͟p͟a͟s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ i͟s͟t͟r͟i͟ y͟a͟n͟g͟...
05/01/2021

*Inspirasi diawal Tahun 2021

Di z͟a͟m͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟, a͟d͟a͟ s͟e͟p͟a͟s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ i͟s͟t͟r͟i͟ y͟a͟n͟g͟ h͟i͟d͟u͟p͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ n͟a͟m͟u͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟i͟n͟y͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟s͟a͟b͟a͟r͟a͟n͟.

S͟u͟a͟t͟u͟ k͟e͟t͟i͟k͟a͟, t͟a͟t͟k͟a͟l͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟e͟r͟i͟s͟t͟i͟r͟a͟h͟a͟t͟, s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟:
_"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ M͟u͟s͟a͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ N͟a͟b͟i͟ y͟a͟n͟g͟ b͟i͟s͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ T͟u͟h͟a͟n͟n͟y͟a͟ (A͟l͟l͟a͟h͟)..?"_

L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟ :
_"Y͟a͟, b͟e͟n͟a͟r͟."_

S͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ l͟a͟g͟i͟:
_"K͟e͟n͟a͟p͟a͟ k͟i͟t͟a͟ t͟i͟d͟a͟k͟ p͟e͟r͟g͟i͟ s͟a͟j͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟-n͟y͟a͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟d͟i͟s͟i͟ k͟i͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ p͟e͟n͟u͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟m͟i͟n͟t͟a͟n͟y͟a͟ a͟g͟a͟r͟ i͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ R͟a͟b͟b͟-n͟y͟a͟, a͟g͟a͟r͟ D͟i͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟n͟u͟g͟e͟r͟a͟h͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟i͟t͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ ?"_

A͟k͟h͟i͟r͟n͟y͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟n͟y͟a͟ i͟t͟u͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟.

L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟m͟u͟n͟a͟j͟a͟t͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ k͟e͟l͟u͟a͟r͟g͟a͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟.

A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ M͟u͟s͟a͟:
_*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, k͟a͟t͟a͟k͟a͟n͟l͟a͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, a͟k͟u͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ a͟k͟u͟ b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, d͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, a͟k͟a͟n͟ a͟k͟u͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟."*_

L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟ t͟e͟l͟a͟h͟ M͟e͟n͟g͟a͟b͟u͟l͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟m͟o͟h͟o͟n͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟y͟a͟r͟a͟t͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ l͟a͟m͟a͟n͟y͟a͟.

M͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟e͟r͟i͟m͟a͟ k͟a͟b͟a͟r͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟b͟a͟h͟a͟g͟i͟a͟a͟n͟ d͟a͟n͟ k͟e͟g͟e͟m͟b͟i͟r͟a͟a͟n͟.

B͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ h͟a͟r͟i͟ k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ d͟a͟t͟a͟n͟g͟l͟a͟h͟ r͟i͟z͟q͟i͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟ j͟a͟l͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ t͟a͟k͟ d͟i͟k͟e͟t͟a͟h͟u͟i͟ d͟a͟r͟i͟m͟a͟n͟a͟ a͟r͟a͟h͟n͟y͟a͟.
D͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟p͟u͟n͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ t͟e͟r͟k͟a͟y͟a͟ p͟a͟d͟a͟ s͟a͟a͟t͟ i͟t͟u͟.

K͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟u͟b͟a͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟.

L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟:
_"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, s͟e͟l͟a͟m͟a͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ i͟n͟i͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ m͟a͟k͟a͟n͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟n͟t͟u͟n͟i͟ a͟n͟a͟k͟-a͟n͟a͟k͟ y͟a͟t͟i͟m͟ m͟u͟m͟p͟u͟n͟g͟ k͟i͟t͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ p͟u͟n͟y͟a͟ k͟e͟s͟e͟m͟p͟a͟t͟a͟n͟, k͟a͟r͟e͟n͟a͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟."_

S͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟: _"B͟a͟i͟k͟l͟a͟h͟, k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟n͟g͟g͟u͟n͟a͟k͟a͟n͟ h͟a͟r͟t͟a͟ i͟n͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟n͟y͟a͟."_

K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟, d͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟g͟u͟n͟ t͟e͟m͟p͟a͟t͟-t͟e͟m͟p͟a͟t͟ s͟i͟n͟g͟g͟a͟h͟ p͟a͟r͟a͟ M͟u͟s͟a͟f͟i͟r͟, s͟e͟r͟t͟a͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟ g͟r͟a͟t͟i͟s͟ b͟a͟g͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟.

S͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ b͟e͟r͟l͟a͟l͟u͟, m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ t͟e͟t͟a͟p͟ s͟i͟b͟u͟k͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟a͟n͟ s͟a͟m͟p͟a͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ s͟u͟d͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ k͟a͟y͟a͟ d͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟.

N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ p͟u͟n͟ h͟e͟r͟a͟n͟ m͟e͟l͟i͟h͟a͟t͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ y͟a͟n͟g͟ t͟e͟t͟a͟p͟ k͟a͟y͟a͟.
K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟p͟d͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ :
_"Y͟a͟ R͟a͟b͟b͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ b͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ s͟a͟j͟a͟, k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ i͟t͟u͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟a͟d͟a͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ s͟e͟p͟e͟r͟t͟i͟ s͟e͟m͟u͟l͟a͟?"_

A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟:
_*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ s͟a͟t͟u͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟q͟i͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ b͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟k͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ h͟a͟m͟b͟a͟-h͟a͟m͟b͟a͟ K͟u͟."*_

_*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, m͟a͟k͟a͟ A͟k͟u͟ t͟i͟t͟i͟p͟k͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ l͟a͟m͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟."*_

_*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ s͟a͟n͟g͟a͟t͟ m͟a͟l͟u͟ j͟i͟k͟a͟l͟a͟u͟ a͟d͟a͟ h͟a͟m͟b͟a͟-K͟u͟ y͟a͟n͟g͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟u͟l͟i͟a͟ d͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ p͟e͟m͟u͟r͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟p͟a͟d͟a͟ A͟k͟u͟."*_

N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟:

سبحانك اللهم ماأعظم شأنك وأرفع مكانك

_"M͟a͟h͟a͟ S͟u͟c͟i͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ Y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟, b͟e͟t͟a͟p͟a͟ M͟a͟h͟a͟ M͟u͟l͟i͟a͟ u͟r͟u͟s͟a͟n͟-M͟u͟ d͟a͟n͟ M͟a͟h͟a͟ T͟i͟n͟g͟g͟i͟ k͟e͟d͟u͟d͟u͟k͟a͟n͟-M͟u͟."_

_the moral of the story is..._
*HIDUP BUKANLAH BAGAIMANA MENJADI YG TERBAIK TETAPI BAGAIMANA KITA BANYAK BERBUAT BAIK*

Cerita saya copas

07/11/2020

*SAAT TELINGA BERDENGING*

Ternyata adalah Panggilan Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.
Banyak orang bertanya kenapa terkadang telinga bersuara “Nging” ? Apa sebab musababnya, karena musababnya ada yang mengatakan dengan tidak berpedoman, bertahayul dan sangkaan jelek terhadap hal itu? Sesungguhnya suara “NGING” dalam telinga, itu ialah Sayyidina Rasulullah Saw sedang menyebut orang yang telinganya bersuara “NGING” dalam perkump**an yang tertinggi (malail a’laa) dan supaya ia ingat pada sayyidina Rasulullah Saw dan membaca shalawat.

Hal ini berdasarkan keterangan dari kitab ( AZIZI ‘ALA JAMI’USH SHAGHIR)
“Jika telinga salah seorang kalian berdengung(nging) maka hendaklah ia mengingat aku (Sayyidina Rasulullah Saw) dan membaca shalawat kepadaku. Serta mengucapkan “DZAKARALLAHU MAN DZAKARANII BIKHAIR”, (artinya, Allah ta’ala akan mengingat yang mengingatku dengan kebaikan)”.

Imam Nawawi berkata : Sesungguhnya telinga itu berdengung Hanya ketika datang berita baik ke Ruh. Bahwa sayyidina Rasulullah Saw telah menyebutkan orang ( pemilik telinga yang berdengung”Nging”) tersebut dengan kebaikan di al mala’al a’la (majelis tertinggi) di alam ruh.
( Kitab Azizi ‘Ala Jami'ush Shagir ).

"Jika kalian memiliki kesempatan untuk bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad Saw maka ketahuilah kalian telah Allah SWT beri kesempatan untuk memiliki hubungan langsung dengan Nabi Muhammad Saw Karena jauh dan dekatnya hubungan kalian dengan Baginda Nabi Muhammad Saw tergantung dengan sedikit dan banyaknya sholawat kalian atas Beliau Saw.
Kalam Al 'Alim Al 'Alamah Ad Da'ilallah Syekh 'Aun bin Mu'in Al Qaddumi Al Hasani (Pimpinan Lembaga Studi Syari'ah Al Maarij, Jordania).

Salah satu ciri orang mencintai Rasulullah Saw adalah orang tersebut banyak bershalawat kepada Rasulullah Saw.

Semoga berkat Rasulullah Saw, berkat para Wali dan Auliya Allah serta guru-guru kita dan orang-orang shaleh Allah mengampuni dosa dan kesalahan kita serta dikabulkan segala hajat-hajat kita dan Allah kumpulkan kita semua di surga kelak bersama Rasulullah Saw.Aamiin

🌹ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ🌹

❤️ Hikmah Pagi ❤️Al Habib Umar bin Hafidz :"Apapun keadaanmu, baik duduk, berdiri atau berjalan, hadirkan di Hatimu Alla...
01/11/2020

❤️ Hikmah Pagi ❤️

Al Habib Umar bin Hafidz :
"Apapun keadaanmu, baik duduk, berdiri atau berjalan, hadirkan di Hatimu Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad".

"Dengan itu kamu akan Mendapat 10 Shalawat Dari ALLAH satu Shalawat".

"Satu Shalawat Dari ALLAH akan mengungguli semua Ibadah Hamba dari zaman Nabi Adam sampai Kiamat...Karena satu Shalawat itu Amal Sang Pencipta, sedangkan yang lain Amalan Hamba, maka tidak mungkin disamakan".

اللهم صل على سيدنا محمد و على ال سيدنا محمد

Qosidah karya AlHabib Umar bin Hafidz‎رَبِيْع أَقْبَل عَلَيْنَا مَرْحَباً بِالرَبِيْعِ رَبِيْعُنَا ذِكْرِ مَنْ جَاهُه لَ...
28/10/2020

Qosidah karya AlHabib Umar bin Hafidz

‎رَبِيْع أَقْبَل عَلَيْنَا مَرْحَباً بِالرَبِيْعِ رَبِيْعُنَا ذِكْرِ مَنْ جَاهُه لَدَى اللهِ وَسِيْع

Bulan Rabi’ul Awwal telah tiba kepada kita, selamat datang duhai musim bunga
Bulan Rabi’ kita mengingat dan menyebut makhluk yang kewibawaan dan kedudukannya luas di sisi Allah

‎المُصْطَفَى الزَيْن أَكْرَم بَل وَ أَوَّل شَفِيْع فَاسْمَعْ دُعَانَا بِه يَا رَبَّنَا يَا سَمِيْع

Nabi pilihan yang luhur dan paling mulia bahkan dialah pemberi syafaat pertama
Maka dengarlah seruan doa kami dengan keagungannya wahai Tuhan kami Sang Maha Mendengar

‎وَ رُقِّناَ بِه إِلَى أَعْلَى المَقَامِ الرَّفِيْع نَحُل بِهِ رَبِّي حِصْنِكَ القَوِيِ المَنِيْع

Angkatlah kami dengan keagungannya ke tempat kedudukan yang tinggi
Kami berlindung dengan keagungannya dalam benteng-Mu yang kuat dan mampu mencegah dari musuh

‎يَا سَيِّدَ الرُّسْلِ ذَا الحُسْنِ الزَهِيِ البَدِيْع بِكَ التَوَسُّل إِلَى المَوْلَى العَلِيِ السَرِيْع

Wahai pemimpin Rasul penyinar yang mengagumkan
Dengan mu kami bertawassul kepada Allah Sang Maha Tinggi yang cepat memberikan ijabah

‎يَا رَبِّ نَظْرَة تَعُمُّ أُمَّة حَبِيْبِ الجَمِيْع أَصْلِحْ لَهُمْ شَأْنَهُم وَ أَحْوَالَهُمْ يَا سَمِيْع

Wahai Allah kami memohon pandangan yang menyeluruh untuk semua umat Nabi sang kekasih
Perbaikilah keadaan dan kondisi mereka wahai Sang Maha Pendengar

‎بِجَاهِ طَهَ وَ مَنْ قَدْ حَلَّ أَرْضَ البَقِيْع خُصُوْص نُوْرِ السَرَائِر وَ الدَوَا لِلْوَجِيْعِ

Dengan kewibawaan Taha Rasulullah SAW serta mereka yang bersemayam di tanah Baqi
Lebih khusus lagi penerang sanubari dan obat penawar dari penyakit

‎البِضْعَة الطَاهِرَة ذَاتِ المَقَامِ الرَفِيْعِ وَ كُلِّ عَامِل بِشِرْعِك مُسْتَقِيْم مُطِيْع

Keturunan suci pemilik kedudukan yang tinggi
Serta seluruh orang yang mengamalkan syari’at-Mu dan taat dengan penuh istiqomah

‎عَجِّل بِكَشْفِ البَلاَء كُلِّ أَمْرِ شَنِيْعِ بِهِمْ ِبِهمْ رب عَجِّلْ بِالِإجَابَةِ سَرِيْع

Singkapkanlah segala bala dan hal yang buruk dengan segera
Dengan kemulian mereka percepatlah jawaban permintaan kami.

Referensi kitab;
Faidhotul Man Min Rohamati Wahhabil Minan (Diwan Bin Hafidz)

Karya;
Al Habib Al Allamah Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz Ra.

IJAZAH OBAT MUJARAB AL FAQIH AL MUQODDAMSHOLAWAT PENYEMBUH PENYAKIT DARI SAYYIDINA AL FAQIH ALMUQQADAM MUHAMMAD BIN ALI ...
03/10/2020

IJAZAH OBAT MUJARAB AL FAQIH AL MUQODDAM
SHOLAWAT PENYEMBUH PENYAKIT DARI SAYYIDINA AL FAQIH ALMUQQADAM MUHAMMAD BIN ALI رضي الله عنه

Habib Ahmad bin Abdullah Bilfaqih memiliki seorang pembantu yang anak perempuannya terkena sakit kanker.

Habib Ahmad membawa pembantu dan anaknya berziarah ke pemakaman Zanbal.

Setelah berdoa kepada Allah dan bertawassul dengan kedudukan Sayyidina AlFaqih Muqoddam, yang tinggi disisi Allah. Tiba" Allah membuka hijab sehingga Habib Ahmad melihat secara langsung Sayyidina AlFaqih Muqaddam membaca dan memberikan Sholawat ini untuk kesembuhan segala penyakit baik Dhohir maupun Batin.

Hendaknya dibaca rutin 7 kali dipagi dan sore hari.

Kemudian anak tersebut membaca Sholawat ini secara terus menerus, hingga beberapa selang waktu, anak itu dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Seluruh dokterpun heran dan takjub, ternyata penyakit kankernya telah hilang, berkat kemuliaan Sholawat ini dan berkat keagungan Sholawat kepada Rasulullah ShollAllahu Alaihi wa sallam

20/09/2020

JANGAN SALAH MEMAHAMI KISAH NABI ADAM MEMAKAN BUAH KHULDI

Pemahaman masyarakat awam tentang kisah Nabi Adam makan buah khuldi itu karena godaan syaitan.

Nabi Adam diiming-imingi keabadian,
Sehingga Nabi Adam tertarik makan.
Bersama Ibu Hawa,
Nabi Adam akhirnya dinyatakan bersalah
Dan kemudian diturunkan ke bumi.

Karena dengan pemahaman seperti ini,
Kita kemudian menjustifikasi Nabi Adam ternyata juga tergoda oleh bujuk rayu syaian.

“Nabi Adam gak pernah salah.
Ketika beliau ditanya Allah kenapa memakan buah yang saya larang..?
Nabi Adam menjawab,
Demi Allah,
Saya tidak pernah menduga ada orang berani berbohong atas nama-Mu,”

Bukankah syetan menasehati Nabi Adam dengan bersumpah atas nama Allah...?
Jadi Nabi Adam sama sekali tidak tergoda dengan syetan untuk memakan buah tersebut kecuali setelah mendengar nama Allah dijadikan sumpah syaitan.

Maka karena menganggap agungnya
Nama Allah,
Nabi Adam tidak pernah mengira ada yang berani berbohong atas nama Allah,”

Sesungguhnya Nabi Adam adalah korban sumpah atas nama Allah.
Bukan korban godaan syaitan yang lemah.

Agar kita semua tidak banyak ngomong tentang salahnya Nabi Adam,
Apalagi itu karena tidak paham sejatinya peristiwa itu.

Kyai bisa kurang barokah ilmunya,
Karena kebanyakan ngomongin salah bapaknya yaitu Nabi Adam,
Tanpa menjelaskan kronologi kejadian yang sesungguhnya,”__ ٢٥

KH. Bahauddin Nor Salim (GusBaha)

اَللّٰهُمَّ حَبِّبْنِي إِلَى حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ

picture

hikmah kisah Tukang Batu yang Tangannya Dicium RasulullahDiriwayatkan karya Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani dalam kitabn...
16/09/2020

hikmah kisah Tukang Batu yang Tangannya Dicium Rasulullah

Diriwayatkan karya Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani dalam kitabnya, pada saat itu
Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.

Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.

Sang manusia Agung itupun bertanya, "Kenapa tanganmu kasar sekali?"

Si tukang batu menjawab, "Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar."

Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,

"Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada", inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.

Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.

Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya." Mendengar itu Rasul pun menjawab,

"Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah." (HR Thabrani).

* Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.

”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)



”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)



* ”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)



”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)



”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)



”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)



”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)



Demikian lah sebagan kecil tentang kisah teladan islami agar kita semakin tahu dan semakin giat dalam mencari rizki allah yang halal dan berkah.

Lahul Fatihah
http://t.me/ilmu_tareem

Address

Bireuen

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Rabath Aswaja posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Rabath Aswaja:

Videos

Share