12/01/2021
BAB HUDUD TENTANG JARIMAH RIDDAH (MUTTAD)
Riddah terkecil ialah dengan perbuatan hati, seperti membenci Allah dan Rasul-Nya, atau sombong terhadap perintah Allah. Seperti yang dilakukan oleh Iblis ketika tidak mau melaksankan perintah Allah swt untuk sujud kepada Adam, karena kesombongannya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Kemudian Allah memberitakan bahwa Dia Maha Kaya terhadap alam semesta dan bahwa barang siapa yang murtad dari agamanya, maka dia tidak merugikan Allah sedikitpun, akan tetapi merugikan dirinya sendiri. Dan bahwasanya Allah mempunyai hamba-hamba yang ihklas, dan jujur dalam imannya dan Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang telah menjamin hidayah bagi mereka. Mereka adalah makhluk dengan sifat yang sempurna dengan jiwa yang paling kuat, dan dengan ahklak yang paling baik.
Sifat pertama mereka yang paling mulia adalah bahwa Allah “ mencintai mereka dan bahwa mereka mencintai Allah.” Karena kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah nikmat yang paling mulia yang di berikan kepadanya dan keutamaan yang paling utama yang Dia anugrahkan kepadanya. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka dia akan memudahkan sebab-sebab untuk meraih yang benar, memudahkan semua baginya yang sulit, memberinya taufik untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran dan menyambut hati hamba-hambaNya dengan kecintaan dan kasih sayang. Di antara konsekuensi kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah bahwa Dia harus siap mengikuti RasulNya, lahir dan batin, pada perkataan, perbuatan, dan seluruh kepadaanya sebagaimana firman Allah, "katakanlah: jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kalian" (Ali-Imran: 31).
Sebagaimana konsekuensi kecintaan Allah kepada hambanya adalah seorang hamba memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah fardu dan ibadah-ibadah Sunnah sebagaimana sabda Nabi dalam hadits shahih dari Allah, “ Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada dengan sesuatu yang telah aku wajibkan kepadanya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah Sunnah sehingga aku mencintainya.
Jika Aku mencintaiNya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya dia medengarkan, penglihatan yang dengannya dia melihat, tangannya yang dengan tangannya dia bekerja dan kakiNya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepadaKu, niscaya Aku memberinya, dan jika dia memohon perlindungan kepadaKu niscaya Aku melindunginya.” Diantara konsekuensi kecintaan kepada Allah adalah mengenal Allah, memperbanyak dzikit kepadaNya, karena kecintaan tanpa mengenal sangatlah kurang bahkan tidak ada walaupun dia di klaim, dan barang siapa yang mencintai Allah, maka Dia akan banyak menyebutNya. Dan jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia meneriman amal yang sedikit dan memaafkan kesalahan yang banyak.
Yang kedua dari sifat mereka adalah, “ bersikap lemah lembut terhadap orang-orang Mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” Mereka bersikap lembut kapada orang-orang Mukmin, mencintai, memberi nasihat, bersikap lunak dan halus, mengasihi, menyayangi, memperlakukan orang-orng Mukmin dengan baik dan apa yang diharapkan dari mereka begitu dekat di gapai. Sebaliknya mereka bersikap keras terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah, yang menentang ayat-ayatNya yang medustakan RasulNya. Semangat dan keiman mereka terkonsentrasi pada permusuhan terhadap mereka. Mereka mengeluarkan segala upaya demi meraih sarana yang menjadi kemenangan atas mereka Firman Allah, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu" (Al Anfal: 60).
Dan "dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka" (Al-Fath:29). Bersikap keras dan tegas kepada musuh-musuh Allah termasuk perkara yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah, seorang hamba menyepakati Tuhannya dalam kemarahanNya kepada mereka. Sikap keras dan tegas tidak menghalanginya mengajak mereka ke dalam agama Islam dengan cara yang lebih baik. Keras terhadap mereka sekaligus lunak dalam mendakwahi mereka, keduanya bermanfaat dan bermaslahat bagi mereka.
Yang ketiga, “ berjiahad di jalan Allah,” dengan harta dan jiwa mereka, dengan ucapan dan perbuatan mereka. “ Tidak takut kepada celaan orang-orang yang s**a mencela,” justru mereka mendahulukan rida Allah dan takut kepada celaaNya daripada celaan mahkluk. Ini membuktikan kuatnya semangat dan keinginan mereka, karena orang yang hatinya lemah, maka semangatnya juga lemah. Semangatnya akan goyah jika Dia mengahapai orang yang mencela, dan kekuatannya akan luluh jika dia menjadi sasaran cibiran. Di dalam hati mereka terdapat penghambaan kepada selain Allah sesuai dengan kadar perhatiannya kepada kerelaan mahkluk, mendahulukan keridhaan mereka dan celaan mereka atas perintah Allah. Hati seseorang tidak akan bersih dari penghambaan kepada selain Allah, sehingga ia tidak takut celaan orang yang mencela di jalan Allah.
Manakala Allah menyanjung mereka dengan sipat-sipat yang luhur dan perangai yang mulia yang Dia berikan kepada mereka, di mana sipat dan perangai itu menuntut sipat-sipat lain yang belum di sebut, maka Dia memberitakan bahwa hal itu termasuk karunia dan kebaikanNya kepada mereka agar mereka tidak membanggakan diri mereka, dan agar mereka mensyukuru apa yang telah manganugrahkan itu kepada mereka supaya Dia menambah karunia itu. Dia samping itu agar selain mereka mengetahui bahwa karunia Allah tidak terdapat penghalang padanya. Dia berfirman, “ Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya Lagi Maha Mengetahui.” Maksudnya, luas karunia dan kebaikanNya, besar nikmatNya, dan rahmatNya meliputi segala sesuatu, melapangkan karuniaNya kepada para waliNya yang tidak di berikanNya kepada selain mereka. Akan tetapi Dia mengetahui siapa yang berhak mendapatkan karunia itu, maka Dia memberiNya. Allah kebih mengetahui dimana Dia meletakakan risalahnya; pokok maupun cabangnya.