12/29/2024
ISTRI TERABAIKAN MILIK TUAN FU
Part 1
Di sebuah rumah sakit jiwa seorang wanita terbaring lemah di atas tempat tidur kecil yang hanya di tempati satu orang.
Di samping tempat tidurnya seorang gadis perempuan berusia 5 tahun dengan setia menemani mamanya yang sedang sakit kanker.
"Eghhhh," Wanita itu membuka matanya perlahan lalu mengedarkan pandang ke sekitar hingga pandangannya tertuju pada putri kecilnya yang terlelap dengan posisi duduk di samping bangkar tempat tidurnya.
Wanita itu terkekeh pelan menertawakan dirinya sendiri.
"Aku kira di saat terakhirku kau datang ternyata itu hanya mimpiku saja," ucapnya sambil mengusap air matanya pelan.
"Lima tahun sudah berlalu tak sekali pun kau datang menjemputku," ucapnya sambil memejamkan matanya pelan mengingat kejadian di masalalu yang membuat dirinya berakhir hidup di rumah sakit jiwa ini sampai melahirkan putrinya.
Pricilla Jhosep mengusap air matanya yang hendak menetes, dia merasakan kepalanya terasa sakit setiap kali mengingat kenangan di masalalu dengan suaminya, Pricilla menarik rambutnya kasar sambil menghempas barang di sampingnya sampai terjatuh.
Gadis kecil yang terlelap di sampingnya terbangun saat mendengar suara barang jatuh, dia menerjabkan matanya pelan namun seketika panik melihat mamanya yang nampak kesakitan.
"Mama," Pekiknya.
Pricilla menatap ke arah putrinya dengan wajah pucatnya.
"Kezia," Lirihnya sambil mengusap pucuk kepala putrinya pelan sambil menahan rasa sakit yang selama ini di deritanya.
"Jika mama tiada nanti, jadilah anak yang baik, papa akan menjemputmu nanti, dia akan memberikanmu kebahagian yang tak pernah kamu dapatkan di sini," ucapnya sambil tersenyum kecil.
Kezia mengelengkan kepalanya pelan. "Tidak, Zia hanya ingin bersama mama, meski di tempat seperti ini, lagi p**a selama ini papa tak pernah menjemput kita di tempat ini, pasti dia bukan papa yang baik," ucap Kezia.
Pricilla tersenyum kecut sambil menekan rasa sakit di kepalanya.
"Umur mama sudah tak lama lagi Zia, papa orang baik, nanti jika papa bertemu denganmu pasti dia langsung jatuh hati padamu," ucapnya.
"Arghhhhhh," Pricilla mengeram kesakitan sambil memegang kepalanya sampai kehilangan kesadarannya.
Kezia yang melihat mamanya tak sadarkan diri sangat panik.
"Mama bangun," Panggilnya sambil menguncang tubuh mamanya pelan namun mamanya tak meresponnya sama sekali.
Kezia berlari keluar mencari dokter untuk memerikasa keadaan mamanya, tak butuh waktu lama beberapa tim medis yang ada di rumah sakit jiwa itu datang untuk memeriksa keadaan Pricilla.
Dokter yang meriksa Pricilla mengelengkan kepalanya pelan.
"Dia sudah tiada," ucapnya membuat suster yang bersamanya menutupkan kain putih di wajah Pricilla.
Kezia yang mendengar itu mengelengkan kepalanya ribut.
"Tidakkk, mama pasti dokter salah. Mama tidak akan pergi meninggalkanku sendiri," ucapnya mendekat ke arah mamanya.
Kepala rumah sakit jiwa yang melihat itu hanya tersenyum sinis tanpa rasa iba sedikit pun.
Mereka segera pergi dari sana meninggalkan gadis kecil itu sendirian bersama dengan jenazah mamanya sambil menunggu kedatangan tuan Fu.
********
Perusahan keluarga Fu
Seorang pria dengan wajah dingin dan datar menatap foto gadis cantik yang berada di tangannya.
"Kenapa kau sekejam itu, Cilla" Tanyanya sambil memejamkan matanya.
Brakkk
Pintu di buka kasar membuat pria yang duduk tenang itu membuka matanya menatap siapa yang menganggunya.
"Maaf tuan Fu," ucap pria itu sambil menudukan kepalanya.
Alvian Fu menatap tajam asisten pribadinya.
"Katakan!" titahnya saat tau pasti ada hal penting yang akan di sampaikan asistennya hingga membuat dia terburu-buru masuknya.
"Tuan Fu, Nyonya Fu telah tiada," ucapnya dengan hati-hati keringat dingin sudah membasahi wajahnya sedari tadi.
Brakkk
"APA?" Bentaknya sambil mengebrak meja kerjanya keras.
Alvian Fu langsung berdiri dan berlari keluar ruangannya dengan terburu-buru, beberapa karyawan yang melihat itu heran dengan wajah panik bosnya.
"Tuan Fu tunggu!" ucap Asitennya yang tertinggal.
Alvian yang hendak masuk ke dalam mobil menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ke arah bawahanya.
"Lambat," Cibir nya.
Hah hah
Asitennya mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal.
"Anda yang terlalu cepat jalannya tuan," ucapnya.
"Ahhh, iya aku yang lambat," ucapnya dengan gugup melihat tatapan tajam bosnya.
Alvian Fu mendengkus pelan lalu masuk ke dalam mobilnya.
"Kau tak boleh pergi Cilla, aku belum selesai membalas dendamku, kau tak ku izinkan mati tanpa seizinku," Ucapnya dalam hati yang merasa kesal bercampur hatinya resah mendengar kabar istrinya meninggal.
"Tuan Anda memiliki seorang putri dengan Nyonya Pricilla," Ucapnya saat mobilnya sudah melenggang di jalan raya yang nampak padat itu.
"Apa kau bercanda, Dira?" Tanyanya dengan tatapan tajamnya.
"Benar tuan saat anda memas**an Nyonya ke rumah sakit jiwa, Nyonya saat itu sedang mengandung anak anda," Jelasnya.
"Kenapa kau baru memberitahuku masalah sebesar ini, Dira!" bentaknya saat dirinya tak tau jika dirinya memiliki seorang putri dari istrinya.
"Maaf, Tuan... "
"Ahh, sudahlah. Jelaskan nanti saja percepat mobilnya!" Titahnya dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan mendengar kabar duka sekaligus kabar bahagia yang dia dengar hari ini.