29/09/2021
Mukmin VS Ahli Maksiat..
عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا
Daripada Abdullah bin Mas’ud ra berkata, bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin (ketika) ia melihat dosa-dosanya, adalah seperti (ketika) ia duduk di lereng sebuah gunung, dan ia sangat bimbang gunung itu akan menimpanya. Sedangkan seorang fajir (orang yang selalu berbuat dosa), ketika ia melihat dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang (ia menganggap remeh dosa).” (HR Bukhari No: 6309) Status: Hadis Sahih
Pengajaran:
1. Di antara ciri keimanan seseorang kepada Allah adalah rasa takut dan bimbang yang sangat besar dan mendalam terhadap dosa yang dilakukannya.
2. Orang Mukmin, sentiasa merasa kepedihan yang mendalam jika berbuat dosa dan merasa takut, seolah ia seperti berada di lereng sebuah gunung dan ia bimbang gunung tersebut akan jatuh menimpanya.
3. Seorang ahli maksiat ia tidak takut akan perbuatan maksiat dan dosa-dosanya, sehingga setiap hari hidupnya bergelumang dengan kemaksiatan dan dosa.
4. Orang yang biasa berbuat dosa, ia menganggap remeh dosa-dosanya, seakan seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu ia mengusirnya. (Menganggap dosanya seperti hinggapan lalat saja).
5. Seorang pelaku maksiat, apabila dilakukan berterusan, hatinya menjadi keras, maka mereka tidak akan peduli, atau malah berbangga diri ketika melakukan kemungkaran dan dosa. (Lihat Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah, hlm. 294-295)
6. Ibn al-Qayyim menyebut: “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.” (Lihat Madarij al-Salikin, 2/292)
Seorang Mukmin, apabila dia melihat sesuatu perbuatan dosa pada dirinya, maka ia harus bersungguh-sungguh menjauhinya.
Negara Rahmah Ummah Sejahtera