Berita Keimanan

Berita Keimanan penjelasan dan perkongsian

𝕄𝕖𝕟𝕘𝕙𝕒𝕜𝕚𝕞𝕚 𝕆𝕣𝕒𝕟𝕘 𝕃𝕒𝕚𝕟: ℂ𝕖𝕣𝕞𝕚𝕟 𝔻𝕚𝕣𝕚 𝕊𝕖𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕄𝕖𝕟𝕚𝕝𝕒𝕚𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰...
25/12/2024

𝕄𝕖𝕟𝕘𝕙𝕒𝕜𝕚𝕞𝕚 𝕆𝕣𝕒𝕟𝕘 𝕃𝕒𝕚𝕟: ℂ𝕖𝕣𝕞𝕚𝕟 𝔻𝕚𝕣𝕚 𝕊𝕖𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕄𝕖𝕟𝕚𝕝𝕒𝕚

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

Dalam dunia yang semakin moden ini, kecenderungan untuk menghakimi orang lain seolah-olah menjadi kebiasaan yang sukar dielakkan. Media sosial, khususnya, telah menjadi platform utama untuk menyuarakan pendapat tanpa batas. Namun, adakah kita sedar bahawa sikap ini mencerminkan kelemahan diri kita sendiri?

Perumpamaan yang terkenal mengatakan, "Jangan menuding jari kepada orang lain, kerana tiga jari yang lain sedang menuding ke arahmu." Perumpamaan ini mengingatkan kita bahawa setiap kali kita menghakimi, kita sebenarnya menilai diri sendiri.

Ini selaras dengan ajaran Al-Quran:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
🕊️(Surah Al-Hujurat, 49:12)

Begitu juga dalam Alkitab, Rasul Isa A.S mengingatkan kita dengan kata-kata:

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
🕊️(Matius 7:1-2)

Kedua-dua kitab suci Allah ini menekankan pentingnya introspeksi diri sebelum menilai orang lain. Ibarat menatap cermin, kita perlu memeriksa noda di wajah sendiri sebelum menegur wajah orang lain.

Sebagai motivasi, renungkanlah kisah seorang lelaki yang membawa sekarung garam dan sekarung kapas di bahunya. Ketika bertemu orang lain, dia hanya memperhatikan sekarung kapas mereka tanpa menyedari betapa beratnya garam yang dibawanya. Hakikatnya, setiap manusia mempunyai beban dan kelemahan tersendiri.

Mari kita berubah menjadi masyarakat yang lebih memahami dan menyokong. Dengan berusaha mengelakkan sikap menghakimi, kita tidak hanya membawa kebaikan kepada orang lain tetapi juga kepada jiwa dan Akal fikiran kita sendiri. Tuhan melihat hati, bukan penampilan luar.

Bersama, kita mampu mencipta dunia yang lebih damai dan penuh kasih.

📌 Jangan Lupa - Like Follow Share





"𝕄𝕖𝕟𝕪𝕠𝕟𝕘𝕤𝕠𝕟𝕘 𝔽𝕒𝕛𝕒𝕣 𝕂𝕙𝕚𝕝𝕒𝕗𝕒𝕙: 𝔸𝕟𝕥𝕒𝕣𝕒 ℍ𝕒𝕣𝕒𝕡𝕒𝕟 𝕕𝕒𝕟 ℝ𝕖𝕒𝕝𝕚𝕥𝕚"𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷...
15/12/2024

"𝕄𝕖𝕟𝕪𝕠𝕟𝕘𝕤𝕠𝕟𝕘 𝔽𝕒𝕛𝕒𝕣 𝕂𝕙𝕚𝕝𝕒𝕗𝕒𝕙: 𝔸𝕟𝕥𝕒𝕣𝕒 ℍ𝕒𝕣𝕒𝕡𝕒𝕟 𝕕𝕒𝕟 ℝ𝕖𝕒𝕝𝕚𝕥𝕚"

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐭𝐮𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐢𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐡𝐢𝐥𝐚𝐟𝐚𝐡: 𝐉𝐚𝐧𝐣𝐢 𝐈𝐥𝐚𝐡𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛 𝐔𝐦𝐚𝐭 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐧𝐝𝐮𝐤 𝐏𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡

Dalam lipatan sejarah, peristiwa kebangkitan dan kejatuhan suatu peradaban bukanlah satu kebetulan, tetapi sunnatullah yang berjalan mengikut aturan-Nya. Sunnatullah ini mengajarkan kita bahawa umat yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, keadilan, dan syariat Allah pasti akan menjadi bangsa yang terkemuka.

Sebaliknya, jika mereka lalai, zalim, dan meninggalkan petunjuk-Nya, kehancuran adalah ketetapan yang tidak dapat dielakkan. Dalam konteks ini, kebangkitan khilafah menjadi manifestasi janji Ilahi yang telah dinyatakan dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah.

Allah berfirman dalam surah
🕊️(An-Nur : ayat 55)
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal yang soleh bahawa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa."

Ayat ini bukan sekadar janji, tetapi satu seruan untuk bertindak. Kebangkitan khilafah bukan sekadar wacana sejarah, tetapi adalah tanggungjawab yang perlu dipikul oleh setiap Mu'min. Ia bukan hanya tentang sistem pemerintahan, tetapi mencerminkan ketinggian sistem yang membawa rahmat ke seluruh alam.

𝙈𝙚𝙣𝙜𝙖𝙥𝙖 𝙆𝙝𝙞𝙡𝙖𝙛𝙖𝙝 𝙋𝙚𝙧𝙡𝙪 𝘽𝙖𝙣𝙜𝙠𝙞𝙩?
Khilafah adalah simbol perpaduan umat yang taat pada aturan Allah. Dalam era moden ini, umat manusia berpecah-belah (Kemusyrikan ) oleh sempadan nasionalisme, ideologi yang bercanggah dengan Dien( Sistem/Aturan Allah), dan budaya asing yang melemahkan identiti kita.

Contoh sejarah- Kejatuhan Khilafah Uthmaniyah pada tahun 1924 meninggalkan kekosongan besar, yang telah menyaksikan penindasan terhadap umat di pelbagai bahagian dunia. Palestin, Kashmir, Syria, dan Nusantara adalah saksi bisu kelemahan kita tanpa naungan khilafah.

Namun, sunnatullah juga mengajar kita bahawa setiap kejatuhan pasti diikuti kebangkitan, seperti malam diikuti fajar. Kebangkitan ini bukanlah utopia tetapi memerlukan usaha yang sistematik, bermula dengan membangun jiwa individu Muslim, keluarga, dan masyarakat yang kuat dalam aqidah dan amal soleh.

𝘽𝙖𝙜𝙖𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙆𝙚𝙗𝙖𝙣𝙜𝙠𝙞𝙩𝙖𝙣 𝙄𝙩𝙪 𝙏𝙚𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞?

Pendidikan dan Kesedaran: Umat manusia perlu kembali kepada ilmu yang benar, memahami Islam bukan sekadar ritual tetapi sebagai cara hidup yang menyeluruh untuk seluruh bangsa dan kaum yang ada di muka bumi. Generasi yang jelas makna sebenar khilafah akan memimpin jalan perubahan.

Persatuan Umat: Kebangkitan hanya dapat dicapai melalui persatuan. Umat manusia perlu mengatasi perbezaan mazhab, bangsa, dan bahasa, bersatu atas dasar Diennul Islam.

Amal Jama'i (Usaha Kolektif): Sunnatullah menunjukkan bahawa kebangkitan hanya terjadi melalui usaha kolektif. Setiap Muslim mesti memainkan peranannya dalam mendukung kebangkitan ini, sama ada melalui dakwah, pendidikan, atau pembangunan ekonomi umat.

𝙃𝙖𝙧𝙖𝙥𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙏𝙖𝙣𝙜𝙜𝙪𝙣𝙜𝙟𝙖𝙬𝙖𝙗 𝙆𝙞𝙩𝙖

Janji kebangkitan khilafah adalah harapan bagi umat manusia yang ditindas dan solusi kepada kekacauan dunia moden. Namun, ia memerlukan komitmen yang besar. Kita perlu bermuhasabah dan memperbaiki diri, menghidupkan semula ruh jihad dalam maknanya yang luas, dan terus berjuang dengan penuh kesabaran.

Sebagai Mu'min, kita bukan hanya pewaris janji ini, tetapi juga pemegang amanah untuk merealisasikannya. Dengan keyakinan kepada sunnatullah, kita bangkit bersama, menyongsong fajar khilafah yang akan menerangi dunia dengan keadilan, rahmat, dan kemuliaan.

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (Dien) Allah, nescaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
🕊️(QS Surah Muhammad:ayat 7)

Kebangkitan khilafah bukanlah satu impian, tetapi tanggungjawab yang menanti untuk direalisasikan.

Sudahkah kita bersedia?





𝕂𝕖𝕕𝕒𝕥𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝔼𝕣𝕒 𝔹𝕒𝕣𝕦𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽Ruh atau Ilmu Allah...
05/12/2024

𝕂𝕖𝕕𝕒𝕥𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝔼𝕣𝕒 𝔹𝕒𝕣𝕦

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

Ruh atau Ilmu Allah adalah esensi abadi yang harus menjadi pedoman dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai kehidupan yang lebih mulia, manusia harus membuka kesadaran dan menjadikan Ruh Allah sebagai panduan hidupnya. Namun, menjalani kehidupan spiritual tidak berarti meninggalkan dunia. Sebaliknya, manusia diamanahkan untuk menjadi khalifah di bumi, mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan di bawah naungan Kerajaan Allah.

Allah berfirman dalam Alquran:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." 🕊️(QS Adh-Dhariyat: 56).

Ayat ini mengingatkan bahwa tujuan utama kehidupan adalah ibadah kepada Allah, yang meliputi menegakkan keadilan dan kebaikan di dunia.

Dalam Alkitab, Rasul Isa a.s berkata:
"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." 🕊️(Matius 5:9).

Ayat ini mendorong umat untuk menjadi pembawa damai di dunia, mencerminkan tugas sebagai wakil Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia yang menjadikan Ilmu Allah sebagai dasar hidupnya tidak hanya meraih kebahagiaan di dunia, tetapi juga keberuntungan di akhirat. Jadilah khalifah yang berperan aktif dalam peradaban dunia, sembari terus terhubung dengan Allah sebagai sumber kekuatan dan kebijaksanaan.

Mari kita cerdasi Kata kata dari Allah Tuhan Pengatur Semesta Alam melalui KitabNya -

1. Manusia sebagai Khalifah di bumi:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.'"
🕊️(QS. Al-Baqarah: 30)
Ayat ini menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab atas peradaban dunia.

2.Keselarasan kehidupan dunia dan akhirat:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia."
🕊️(QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini mengingatkan agar manusia menjaga keseimbangan antara ibadah kepada Allah dan tanggung jawab duniawi.

3.Keberkahan ilmu dan hidayah:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
🕊️(QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan martabat manusia.

Ayat-ayat ini memberikan motivasi untuk memanfaatkan ilmu Allah sebagai panduan, menjalani kehidupan yang bermanfaat, dan tetap terhubung dengan visi ilahi dalam membangun peradaban.







"𝐘𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐠𝐚𝐤𝐤𝐚𝐧 𝐃𝐞𝐢𝐧, 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚."𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.🄿🄴...
17/11/2024

"𝐘𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐌𝐞𝐧𝐞𝐠𝐚𝐤𝐤𝐚𝐧 𝐃𝐞𝐢𝐧, 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚."

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

Dien/Aturan/Sistem/Undang-undang adalah asas kehidupan yang memberi panduan ke arah kebenaran dan kesejahteraan. Menegakkan Dien bukan sekadar tanggungjawab individu, tetapi tugas bersama yang menuntut keyakinan, kesungguhan, dan perpaduan.

Firman Allah dalam Al-Quran menyebut:

🕊️Surah Ali-Imran(3):ayat 104
𝓓𝓪𝓷 𝓱𝓮𝓷𝓭𝓪𝓴𝓵𝓪𝓱 𝓪𝓭𝓪 𝓭𝓲 𝓪𝓷𝓽𝓪𝓻𝓪 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓼𝓮𝓰𝓸𝓵𝓸𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓾𝓶𝓪𝓽 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓮𝓷𝔂𝓮𝓻𝓾 𝓴𝓮𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓴𝓮𝓫𝓪𝓳𝓲𝓴𝓪𝓷, 𝓶𝓮𝓷𝔂𝓾𝓻𝓾𝓱 𝓴𝓮𝓹𝓪𝓭𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓪𝓴𝓻𝓾𝓯 𝓭𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓬𝓮𝓰𝓪𝓱 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓾𝓷𝓴𝓪𝓻; 𝓶𝓮𝓻𝓮𝓴𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰-𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰.

Ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya usaha kolektif untuk menegakkan Dien melalui ajakan kepada kebaikan.

Dalam Alkitab, seruan untuk menegakkan nilai rohani turut ditekankan:

"𝓓𝓮𝓶𝓲𝓴𝓲𝓪𝓷𝓵𝓪𝓱 𝓱𝓮𝓷𝓭𝓪𝓴𝓷𝔂𝓪 𝓽𝓮𝓻𝓪𝓷𝓰𝓶𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓬𝓪𝓱𝓪𝔂𝓪 𝓭𝓲 𝓭𝓮𝓹𝓪𝓷 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰, 𝓼𝓾𝓹𝓪𝔂𝓪 𝓶𝓮𝓻𝓮𝓴𝓪 𝓶𝓮𝓵𝓲𝓱𝓪𝓽 𝓹𝓮𝓻𝓫𝓾𝓪𝓽𝓪𝓷𝓶𝓾 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓪𝓲𝓴 𝓭𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓶𝓾𝓵𝓲𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓑𝓪𝓹𝓪𝓶𝓾 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓭𝓲 𝓼𝓸𝓻𝓰𝓪." (Matius 5:16).

Ayat ini mengajar bahawa setiap individu mempunyai peranan sebagai cahaya kepada masyarakat, menyebarkan kasih dan kebaikan demi memuliakan Tuhan.

Menegakkan Dien memerlukan sikap saling menghormati, tolong-menolong, dan pengorbanan. Dalam dunia yang penuh cabaran ini, kita perlu kembali kepada prinsip-prinsip Dien yang mendorong keseimbangan antara iman dan amal. Hanya dengan keyakinan teguh dan usaha bersama, kita mampu mencipta komuniti yang berlandaskan kasih sayang dan kedamaian.

Maka menegakkan Dien adalah tanggungjawab yang memerlukan keberanian, kesabaran, dan kebijaksanaan. Dengan berpegang teguh kepada ajaran Al-Quran dan Alkitab, kita dapat menjadi agen perubahan yang positif. Marilah kita berganding bahu, memperkuat keimanan, dan membangun masyarakat yang harmoni, agar Dien terus menjadi sumber kekuatan dan cahaya kepada dunia.





Page Kami kini di Telegram!!  📌Jom support Ikuti Channel rasmi Berita Keimanan di Telegram supaya anda tidak terlepas be...
03/11/2024

Page Kami kini di Telegram!!

📌Jom support

Ikuti Channel rasmi Berita Keimanan di Telegram supaya anda tidak terlepas berita-berita, penulisan & perkongsian terkini daripada kami. Yok Mikir!!

📝 Jika anda ada sebarang perkongsian boleh email kepada kami :-
[email protected]

Klik di sini 👇

Page Kami kini di Instagram!! 📌Jom support Ikuti Channel rasmi Berita Keimanan di Instagram supaya anda tidak terlepas b...
03/11/2024

Page Kami kini di Instagram!!

📌Jom support

Ikuti Channel rasmi Berita Keimanan di Instagram supaya anda tidak terlepas berita-berita, penulisan & perkongsian terkini daripada kami. Yok Mikir!!

📝 Jika anda ada sebarang perkongsian boleh email kepada kami :-
[email protected]

Klik di sini 👇

7 Followers, 6 Following, 2 Posts - See Instagram photos and videos from BERITA KEIMANAN ()

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽𝕄𝕖𝕞𝕦𝕝𝕒𝕜𝕒𝕟 𝕡𝕖𝕣𝕟𝕚𝕒𝕘𝕒𝕒𝕟 𝕚𝕥𝕦 𝕤𝕖𝕡𝕖𝕣𝕥𝕚 𝕥𝕖𝕣𝕛𝕦...
31/10/2024

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

𝕄𝕖𝕞𝕦𝕝𝕒𝕜𝕒𝕟 𝕡𝕖𝕣𝕟𝕚𝕒𝕘𝕒𝕒𝕟 𝕚𝕥𝕦 𝕤𝕖𝕡𝕖𝕣𝕥𝕚 𝕥𝕖𝕣𝕛𝕦𝕟 𝕕𝕒𝕣𝕚 𝕥𝕖𝕓𝕚𝕟𝕘 𝕕𝕒𝕟 𝕞𝕖𝕞𝕒𝕤𝕒𝕟𝕘 𝕡𝕖𝕤𝕒𝕨𝕒𝕥 𝕕𝕒𝕝𝕒𝕞 𝕡𝕖𝕣𝕛𝕒𝕝𝕒𝕟𝕒𝕟 𝕜𝕖 𝕓𝕒𝕨𝕒𝕙.

Memulakan perniagaan adalah satu langkah yang penuh cabaran dan keberanian, seperti analogi "terjun dari tebing dan memasang pesawat dalam perjalanan ke bawah." Dalam kehidupan, keberanian untuk bertindak walaupun dalam ketidakpastian adalah satu sifat yang dihargai.

Dalam Al-Quran, Tuhan Yang Esa berfirman:

🕊️Al-Ankabut(laba laba)29 ayat 69
"ᴅᴀɴ ᴏʀᴀɴɢ-ᴏʀᴀɴɢ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀᴜꜱᴀʜᴀ ʙᴇʀꜱᴜɴɢɢᴜʜ-ꜱᴜɴɢɢᴜʜ ᴜɴᴛᴜᴋ (ᴍᴇɴᴄᴀʀɪ ᴋᴇʀᴇᴅʜᴀᴀɴ) ᴋᴀᴍɪ, ʙᴇɴᴀʀ-ʙᴇɴᴀʀ ᴀᴋᴀɴ ᴋᴀᴍɪ ᴛᴜɴᴊᴜᴋᴋᴀɴ ᴋᴇᴘᴀᴅᴀ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ᴊᴀʟᴀɴ-ᴊᴀʟᴀɴ ᴋᴀᴍɪ. ᴅᴀɴ ꜱᴇꜱᴜɴɢɢᴜʜɴʏᴀ ᴀʟʟᴀʜ ʙᴇɴᴀʀ-ʙᴇɴᴀʀ ʙᴇꜱᴇʀᴛᴀ ᴏʀᴀɴɢ-ᴏʀᴀɴɢ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀʙᴜᴀᴛ ʙᴀɪᴋ.”

Ayat ini menunjukkan bahawa Tuhan Yang Esa akan membimbing dan membantu mereka yang berusaha dengan tekun dan berani.

Begitu juga dalam Alkitab, terdapat dorongan untuk percaya dan tidak takut kepada risiko:

"ᴘᴇʀᴄᴀʏᴀʟᴀʜ ᴋᴇᴘᴀᴅᴀ ᴛᴜʜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ꜱᴇɢᴇɴᴀᴘ ʜᴀᴛɪᴍᴜ, ᴅᴀɴ ᴊᴀɴɢᴀɴ ʙᴇʀꜱᴀɴᴅᴀʀ ᴋᴇᴘᴀᴅᴀ ᴘᴇɴɢᴇʀᴛɪᴀɴᴍᴜ ꜱᴇɴᴅɪʀɪ. ᴀᴋᴜɪʟᴀʜ ᴅɪᴀ ᴅᴀʟᴀᴍ ꜱᴇɢᴀʟᴀ ʟᴀᴋᴜᴍᴜ, ᴍᴀᴋᴀ ɪᴀ ᴀᴋᴀɴ ᴍᴇʟᴜʀᴜꜱᴋᴀɴ ᴊᴀʟᴀɴᴍᴜ”
📝(Amsal 3:5-6)

Ini adalah panggilan untuk mempercayakan hasil kepada Tuhan Yang Esa sambil tetap berusaha dengan yakin dan teguh.

Justeru, memulakan perjalanan dalam perniagaan adalah satu bentuk kebergantungan dan keyakinan bahawa walaupun kita tidak melihat masa depan dengan jelas, Tuhan Yang Esa sentiasa membimbing dan menyediakan kekuatan untuk setiap langkah yang kita ambil.

Perkongsian Sahabat kepada Sahabatnya -

Sahabat, usaha atau perniagaan sebenarnya mendekatkan kita dengan Sang Pencipta, kerana dalam setiap langkah, kita bertawakal kepada Dia dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan Semesta Alam dengan rezeki yang telah Dia tentukan. Percayalah, Tuhan Semesta Alam tidak pernah zalim, sahabatku. Selagi kita berusaha, Dia pasti memberikan rezeki-Nya. Seperti dalam gambar yang saya kongsikan kepada sahabat, kita perlu "terjun dulu, baru bina kapal terbang,..kan? " Namun, ini bukan bermaksud bertindak tanpa ilmu. Dalam keadaan mendesak, kita akan berusaha sedaya upaya untuk terus hidup, dan pasti Tuhan Semesta Alam akan membuka jalan-Nya.

Renungan untuk sahabatku:

Tuhan Semesta Alam mungkin tidak memberi kita apa yang kita mahukan, tetapi selalunya Dia akan memberikan apa yang kita perlukan.

Credit :
Malik Alam
30 Oktober 2024





23/10/2024

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

𝐇𝐈𝐃𝐔𝐏 𝐀𝐓𝐀𝐔 𝐌𝐀𝐓𝐈?

𝐀𝐥-𝐀𝐧’𝐚𝐦 (𝟔):𝟏𝟐𝟐⁣⁣
⁣⁣
"𝐷𝑎𝑛 𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎 𝐾𝑎𝑚𝑖 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔, 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑑𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ-𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎, 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑝 𝑔𝑢𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖-𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑛𝑦𝑎? 𝐷𝑒𝑚𝑖𝑘𝑖𝑎𝑛𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑚𝑖 𝑗𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑓𝑖𝑟 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛."

⁣Pasangan sejati dan fitrah bagi Qalbu (akal fikiran) manusia ialah wahyu (Ruhul Qudus).

Intipati manusia bukan terletak pada fizik jasmaninya, melainkan pada apa yang berada dalam kesedaran qalbunya.⁣⁣
⁣⁣
Setiap aktiviti manusia didorong dan diperintah oleh ruh yang ada di dalam kesedaran qalbunya.

Manusia tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang tidak ada dalam kesedaran akal fikirannya.⁣⁣
⁣⁣
Ayat di atas tidak berbicara soal menghidupkan mereka yang mati secara fizik kerana hal itu tidak pernah terjadi, bahkan mustahil.⁣⁣
⁣⁣
Yang dihidupkan ialah 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐝𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐢𝐝𝐞𝐨𝐥𝐨𝐠𝐢 𝐬𝐩𝐢𝐫𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 seseorang oleh Allah melalui orang-orang yang menyampaikan ruh Allah (firman) kepadanya.⁣⁣
⁣⁣
Ketika seseorang tidak memiliki ruh Allah (Ruhul Qudus;wahyu) dalam kesedarannya, di mata Allah dia adalah mayat yang berjalan; manusia yang spiritualnya mati.

Mereka buta; tidak memahami intipati ayat yang menyebabkan mereka tersesat bagaikan berada di dalam ruangan yang gelap gelita tanpa cahaya sedikit pun.⁣⁣
⁣⁣
Adakah anda termasuk dalam golongan orang yang mati spiritualnya ?⁣

Kesimp**an perkongsian di atas hidup sebenar manusia terletak pada kesedaran spiritual, bukan pada jasad fizikalnya. Kesedaran spiritual dihidupkan oleh wahyu (Ruhul Qudus) yang membawa cahaya kebenaran kepada Qolbu. Seseorang yang tidak menerima atau memahami wahyu dianggap "mati" secara spiritual dan hidup dalam kegelapan tanpa petunjuk. Oleh itu, pelajaran yang boleh diambil ialah pentingnya membina kesedaran spiritual melalui pencerahan wahyu agar hidup dengan bimbingan yang benar dan bermakna di mata Allah.

Sekiranya ada pandangan dan perkongsian boleh klik link di bawah👇🏼

https://bit.ly/3jHKqbi

atau

email kepada kami :-
[email protected]

Sila saudara saudari follow -

Telegram Channel
https://t.me/beritakeimananchannel

Instagram Akaun :-
https://www.instagram.com/berita_keimanan/profilecard/?igsh=MTgxNHR1NTIwNjJoaA==

TikTok Akaun :-
https://www.tiktok.com/.keimanan?_t=8qm0ivTdOg4&_r=1





𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽𝐊𝐄𝐃𝐀𝐌𝐀𝐈𝐀𝐍 𝐏𝐀𝐋𝐒𝐔 𝐁𝐄𝐑𝐍𝐀𝐌𝐀 𝐒𝐄𝐊𝐔𝐋𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄Int...
08/10/2024

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

𝐊𝐄𝐃𝐀𝐌𝐀𝐈𝐀𝐍 𝐏𝐀𝐋𝐒𝐔 𝐁𝐄𝐑𝐍𝐀𝐌𝐀 𝐒𝐄𝐊𝐔𝐋𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄

Inti daripada ajaran Islam ialah dunia nilai, iaitu ukuran haq dan batil, benar dan salah, baik dan buruk.

“𝐾𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑅𝑎𝑏𝑏𝑚𝑢 (𝐴𝑙-𝑄𝑢𝑟𝑎𝑛), 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑔𝑢 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐴𝑙-𝑄𝑢𝑟𝑎𝑛.” [Al-Baqarah (2):147]

Masalah benar dan salah, baik dan buruk, merupakan masalah kualitatif yang sifatnya sangat sentimental, subjektif dan bersyarat.

Oleh sebab itu, Allah menurunkan timbangan (𝑚𝑖𝑞𝑑𝑎𝑟) yang wajib dijadikan qadar atau tolok ukur oleh manusia, iaitu Kebenaran. Inilah rahmat Allah yang terbesar yang diberikan kepada manusia.

Masyarakat jahiliah ialah mereka yang merasa beriman kepada Allah, mereka mengimani Lima Rukun Iman tetapi dalam kehidupan seharian, mereka tunduk patuh kepada ilah (Tuhan) selain Allah, Tuhan Semesta Alam.

𝐏𝐞𝐫𝐛𝐮𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐬𝐲𝐢𝐫𝐢𝐤 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮𝐢 𝐤𝐞𝐰𝐮𝐣𝐮𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐜𝐢𝐩𝐭𝐚 𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐬𝐲𝐢𝐫𝐢𝐤 𝐢𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡, 𝐚𝐝𝐚 𝐑𝐚𝐛𝐛 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚 𝐌𝐚𝐥𝐢𝐤 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡.

Secara biologi, manusia merupakan makhluk yang dicipta untuk dapat berkembang menuju paripurna (kesempurnaan) sebagai insan kamil iaitu manusia yang berakhlak dengan Tuhan Semesta Alam.

Jika disebabkan intelektualnya, manusia merasa cukup sempurna dan tidak memerlukan apa-apa lagi dari Rabbnya, bererti dia memutuskan silah (hubungan) dengan Rabbnya.

Sikap sedemikian disebut sebagai “𝑡ℎ𝑎𝑔ℎ𝑎”; takabbur atau sombong, kerana merasakan dirinya sudah menjadi makhluk mandiri tanpa pertolongan Allah.

Kemampuan manusia untuk berfikir bukanlah pengakhiran bagi proses perkembangan jiwa manusia. Sempurnanya manusia ialah apabila dia mengabdi sepenuhnya kepada “𝑚𝑎'𝑏𝑢𝑑 -nya” manusia, iaitu Allah.

𝑇ℎ𝑎𝑔ℎ𝑎; manusia yang melampaui batas fitrahnya.

Bentuk kata jamak bagi 𝑡ℎ𝑎𝑔ℎ𝑎 adalah "Taghut". Maka taghut bukanlah berhala atau patung.

Menurut Kitab Suci, taghut ialah mereka yang tidak mahu menerima Al-Quran sebagai 𝑚𝑖𝑞𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙-ℎ𝑎𝑞; tidak mahu menjadikan Kitab Allah sebagai ukuran keadilan, hukum dan jalan yang lurus.

“𝐴𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘𝑢 𝑑𝑖𝑟𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑘𝑎𝑚𝑢? 𝑀𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 ℎ𝑒𝑛𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑘𝑖𝑚 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎𝑔ℎ𝑢𝑡, 𝑝𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑙 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑔ℎ𝑢𝑡 𝑖𝑡𝑢. 𝐷𝑎𝑛 𝑠𝑦𝑎𝑖𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑢𝑑 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑠𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 (𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛) 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑠𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑢ℎ-𝑗𝑎𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎.” [An-Nisa (4):60]

Ketika mereka mengadakan musyawarah dalam hal muamalah, politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum, yang digunakan sebagai dasar pemikiran mereka adalah teori-teori yang ditulis oleh orang-orang besar mereka.

Ayat-ayat Allah yang ada di dalam Taurat, Injil dan Suhuf Ibrahim bahkan dalam Al-Quran tidak mendapat tempat dalam masyarakat dunia.

Kehidupan dunia politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum bangsa musyrik dipisahkan daripada nilai, moral dan wahyu Allah.

Pemisahan itu menjadikan aktiviti muamalahnya tidak terikat dengan hukum-hukum Allah.

Ruang kerja bagi ilmu ialah rasional dan akal; namun dalam dunia akal, kaedah moral tidak diperlukan.

Oleh sebab itu, tidak hairanlah jika dalam dunia politik berbagai-bagai cara ; benar atau salah, baik atau buruk, halal untuk dilakukan.

Semangat politik yang penuh dengan tipu daya kekuasaan terpisah daripada nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Ilmu pengetahuan (rasional) tidak mampu menyentuh perihal akhlak.

Dalam dunia ekonomi yang berlaku ialah prinsip ekonomi yang hanya berdasarkan pada pertimbangan untung rugi.

Nilai-nilai ihsan iaitu naluri untuk berbuat baik kepada sesama manusia menjadi tumpul, simp**an ikatan persahabatan terurai, bahkan ikatan adik beradik pun terputus.

Jika dalam dunia hukum, manusia melepaskan hubungannya dengan Allah selaku Sang Hakim tanpa beban moral dapat mempermainkan hukum demi kepentingan hawa nafsu peribadi dan/atau golongannya.





𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽Apa itu Khilafah?Kenapa kita perlu ber...
03/10/2024

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

Apa itu Khilafah?

Kenapa kita perlu berbicara tentang khilafah? Adakah khilafah itu perlu? Dan mengapa kebanyakan negara begitu anti terhadap khilafah?

Setiap pergerakan yang berunsurkan khilafah sering dianggap radikal, ekstrem, fundamentalis, anti-nasionalis, dan anti-demokrasi. Namun, kita tidak boleh sekadar terpengaruh dengan satu istilah sahaja. Walaupun istilah "khilafah" berasal dari bahasa Arab, kita perlu memahami esensi sebenarnya. Apakah makna khilafah yang sebenarnya?

Khilafah adalah sebuah institusi kepemimpinan dan sistem hidup yang bersumber dari Tuhan semesta alam. Tujuannya adalah untuk menata dunia ini agar hidup dalam damai dan sejahtera di bawah satu sistem yang kita kenal sebagai "Darussalam"atau "Yerussalem" . Orang Kristian menyebutnya "Kerajaan Tuhan," atau kota cahaya Allah.

Esensi Khilafah: Tidak Terbatas kepada Agama Tertentu

Ketika kita berbicara tentang khilafah, esensinya tidak terhad kepada satu agama sahaja, kerana semua agama percaya bahawa kehidupan harus diatur oleh hukum yang satu, yang berasal dari Tuhan. Khilafah memerlukan seorang khalifah, seorang pemimpin yang akan mengelola dan menata dunia ini mengikut sistem yang ditetapkan oleh Tuhan semesta alam.

Khilafah berlandaskan prinsip tauhid, iaitu menyatukan bangsa-bangsa di dunia. Namun, realiti hari ini menunjukkan bahawa bangsa-bangsa dunia lebih cenderung memecahbelahkan manusia melalui ideologi nasionalisme yang kolot, yang menjadi punca permusuhan antarabangsa. Akibatnya, kedamaian dunia seolah-olah menjadi impian semata-mata.

Mengapa Khilafah Diperlukan?

Soalan sebenarnya bukan sama ada khilafah penting atau tidak, tetapi bagaimana kita hidup sesuai dengan kehendak dan rancangan Tuhan. Tuhan harus menjadi raja dan pengatur bagi manusia, manakala manusia p**a harus mengabdi kepada Tuhan yang satu.

Namun, di zaman ini, ada manusia-manusia yang cuba menggantikan posisi Tuhan dalam menata kehidupan dunia ini.

Sejarah Khilafah

Bukti nyata kewujudan khilafah dapat dilihat ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabat berjaya membangunkan peradaban Tuhan di Madinah. Madinah menjadi pusat dunia, dan sistem khilafah diteruskan selepas wafatnya Rasulullah SAW oleh para khalifah seperti Abu Bakar, Umar, Uthman, dan Ali, serta dinasti Umayyah dan Abbasiyah.

Pada masa itu, dunia tunduk kepada satu hukum, tanpa perbezaan agama dan bangsa. Bumi adalah negara, dan seluruh penduduk bumi adalah warganya. Para khalifah dilihat sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

Era Kesejahteraan di Bawah Khilafah

Masih ingatkah kita bagaimana kedamaian dan kesejahteraan dunia di era Khalifah Harun al-Rasyid? Pada zaman itu, segala aspek kehidupan—ekonomi, ketenteraan, ilmu pengetahuan, kesusasteraan, dan penegakan hukum—berjalan dengan lancar, semuanya berlandaskan hukum Tuhan dan kitab suci.

Hari ini, siapa yang tidak mengenal Nabi Muhammad SAW? Nama baginda dikenali di seluruh dunia, malah diakui oleh tokoh-tokoh bukan Islam. Michael Hart dalam bukunya menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai individu paling berpengaruh dalam sejarah dunia.

Khilafah: Tidak Terbatas kepada Zaman Nabi Muhammad SAW

Namun, adakah khilafah hanya wujud di zaman Nabi Muhammad SAW? Bagaimana p**a kehidupan dunia sebelum itu?

Perlu kita fahami bahawa khilafah bukan hanya ada di zaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan, khilafah telah wujud jauh sebelum itu. Nabi Adam AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS juga berjaya membangunkan khilafah dalam zaman masing-masing.

Kenapa saya menyatakan mereka berjaya membangunkan khilafah? Ini akan saya jelaskan dalam artikel yang akan datang.





𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽MASIH ADAKAH KEGEMILANGAN ISLAM YANG D...
01/10/2024

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

MASIH ADAKAH KEGEMILANGAN ISLAM YANG DIBAWA OLEH MUHAMMAD S.A.W PADA HARI INI?

Sejarah tamadun Islam telah mencatatkan bahawa sistem kekhalifahan Islam pernah berada di puncak dunia diwaktu kegemilangannya.

Setiap rasul Allah yang diutuskan, tugas utamanya adalah membangkitkan kembali kegemilangan ini dengan membangunkan Deenul Islam yakni Sistem Kehidupan berlandaskan hukum Allah.

Sememangnya setiap kebangkitan pasti ada kejatuhan, dan saat kejatuhan itu akan diselubungi kegelapan, kejahilan, kebathilan yang penuh kerosakan.

Kejatuhan kegemilangan Islam setelah berada di puncak silih berganti pada setiap zaman.

Setiap kejatuhan berpunca dari manusia yang merosak perjanjian setelah mereka jalini dengan Allah.

Begitulah yang diceritakan di dalam kitab Allah yang mewahyukan tentang kejatuhan Deenul Islam di zaman Nabi Musa dan Isa (bani Israel).

Tidak terkecuali juga kegemilangan yang dibangkitkan Nabi Muhammad di zamannya untuk bangsa Arab.

Maka setiap zaman pasti diutuskan Rasul untuk membangkitkan Deenul Islam agar menjadi tatanan hidup dengan menyeru manusia kembali mengika serta menyempurnakan perjanjian mereka dengan Allah melalui RasulNya sebagai utasan.

Di manakah kedudukan Deenul Islam dengan keadaan hari ini?

Pernahkah difikirkan mengapa begitu banyak Rasul yg diutuskan seperti nama-nama yang pernah kita dipelajari?

Apakah tindakan kita sekiranya kita yakin bahawa perlu ada kebangkitan tamadun Islam hari ini?

Kembali memahami petunjuk dari Allah iaitu kitab-kitabNya adalah langkah dasar yg wajib dilaksanakan.

Dengan memahami petunjuk inilah Allah akan menunjuki manusia itu ke jalan yg lurus untuk membawa kita menuju ke Darussalam iaitu tempat yang damai sejahtera.

Tempat yang menjadikan Deenul Islam sebagai sistem tatanan kehidupan yang hakikatnya merupakan kehidupan fitrah yg diinginkan oleh seluruh makhluk ciptaanNya.

"Allah menyeru ke Darussalam, dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus"
- surah Yunus, ayat 25 -

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽𝐒𝐈𝐀𝐏𝐀𝐊𝐀𝐇 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐍𝐀𝐑𝐍𝐘𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐙𝐀𝐋𝐈𝐌?Harus d...
15/06/2024

𝓐𝓽𝓪𝓼 𝓝𝓪𝓶𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓽𝓾𝓻 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓐𝓵𝓪𝓶 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓜𝓪𝓱𝓪 𝓟𝓮𝓷𝓰𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓓𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝔂𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰.

🄿🄴🅁🄺🄾🄽🄶🅂🄸🄰🄽

𝐒𝐈𝐀𝐏𝐀𝐊𝐀𝐇 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐍𝐀𝐑𝐍𝐘𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐙𝐀𝐋𝐈𝐌?

Harus diingat bahawa kata zalim itu diangkat dari bahasa Arab melalui perbendaharaan kata (lafad) yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Quran (ظالم).

Maka kita harus menelusuri makna asal perkataan itu dari Al-Quran supaya kita mendapat petunjuk yang benar daripada penggunaan kata tersebut.

Kata ‘zalim’ menurut Kamus Dewan Edisi Keempat ialah tidak berperikemanusiaan, tidak adil, bengis, kejam.

Dari Al-Quran, kita tidak akan menemukan maksud yang pasti daripada kata tersebut seperti yang terdapat dalam kamus melainkan dalam bentuk petunjuk tentang siapakah atau apakah sikap dan perilaku yang disebut oleh Allah sebagai zalim.

Sebagai contohnya seperti berikut:

1. Menghukum atau menyatakan sesuatu tentang sesuatu perkara (menilai) tanpa berdasarkan kenyataan fakta yang dikemukakan oleh Allah (apa yang sebenarnya ada dan terjadi).

Mengenai hal ini, firman Allah adalah seperti berikut :

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“... 𝐷𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎 (𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎) 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑡𝑢𝑠𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑘𝑢𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖) 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛𝑘𝑎𝑛 (ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛/𝑘𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑘𝑎𝑛), 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑧𝑎𝑙𝑖𝑚.” [Al-Maidah (5) : 45]

Ramai orang yang menilai sesuatu berdasarkan sentimen emosi atau kepentingan tertentu dengan mengabaikan (pura-pura tidak tahu) tentang realiti sesuatu fakta yang ada.

2. Lebih mengikuti keinginan subjektif pihak-pihak tertentu dengan mengabaikan hasil analisa keilmuan yang berkaitan dengan suatu kes/fenomena.

Hal ini terkandung pada Kalamullah berikut:

وَلَٮِٕنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم مِّنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ‌ۙ إِنَّكَ إِذً۬ا لَّمِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

“...𝐷𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑘𝑒𝑚𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑙𝑚𝑢 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚𝑢, 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑚𝑢 (𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢) 𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑧𝑎𝑙𝑖𝑚.” (Al-Baqarah (2) : 145]

Sebagai contoh, sebuah loji kumbahan dibangunkan di atas tanah kampung berupa benteng yang telah membuatkan sungai menjadi sempit dan menyebabkan banjir, pencemaran alam sekitar, penyakit dan sebagainya.

Maka secara logiknya perlu dilakukan proses menormalkan semula aliran sungai dan memindahkan perkampungan tersebut.

Tetapi kemudiannya ada pihak tertentu yang menentang proses itu hanya kerana alasan-alasan atau sentimen subjektif tertentu ("𝑎ℎ𝑤𝑎𝑎ℎ𝑢𝑚").

Sekiranya keinginan tersebut dipenuhi dengan mengabaikan hasil analisis fakta (keilmuan) yang objektif, itu adalah keputusan/tindakan yang zalim.

3. Kezaliman yang paling besar ialah manusia yang mengada-adakan kebohongan atas Allah, yakni menyatakan sesuatu yang didakwa datangnya dari Allah (Islam) padahal itu hanyalah pemikiran/keinginan subjektifnya dan/atau memalsukan/memanip**asi ayat-ayat-Nya, sama ada dalam bentuk fakta kauniyah atau terlebih lagi ayat-ayat Al-Quran.

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بِـَٔايَـٰتِهِۦۤ‌ۗ إِنَّهُ ۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

“𝐷𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑧𝑎𝑙𝑖𝑚 (𝑘𝑒𝑧𝑎𝑙𝑖𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟) 𝑑𝑎𝑟𝑖𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎-𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑏𝑜ℎ𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ, 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑙𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑦𝑎𝑡-𝑎𝑦𝑎𝑡-𝑁𝑦𝑎? 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑧𝑎𝑙𝑖𝑚 𝑖𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙.” [Al-An'am (6) : 21]

Ramai orang menjadikan Kalamullah sebagai peluru untuk menyerang pihak lawan atau menjadikannya sebagai sebuah komoditi politik untuk mendapatkan sokongan.

Al-Quran yang suci dan mulia itu tidak mungkin boleh digunakan untuk perkara-perkara kotor yang negatif dan bertentangan dengan logik akal sihat dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal (fitrah manusia) kecuali dengan memutarkan (‘tahrif’) atau memanip**asi (‘takdzib’).

Dan ini ialah kezaliman yang paling besar.

Di penghujung ayat di atas (Al-An'am ayat 21), Allah menegaskan bahawa orang-orang yang zalim itu TIDAK AKAN BERHASIL (BERJAYA).

Jadi disarankan kepada mana-mana pihak yang sedang berjuang untuk mencapai sesuatu walau apa pun jua, jangan sekali-kali melakukan kezaliman dalam apa jua bentuk seperti yang disebutkan di atas.

Dan jangan bimbang jika pesaing lain melakukan kezaliman, bersabarlah untuk tidak membalasnya. Jangan bertindak seperti mereka kerana dengan tegas Allah telah memberikan jaminan bahawa mereka tidak akan berjaya.





Address

Klang

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Berita Keimanan posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Berita Keimanan:

Videos

Share