AYO ALOR

AYO ALOR halaman ayo alor
ini adalah salah satu media
yang dapat mengupdate informasih informasi pembangunan

Selamat Malam Semua....
09/03/2022

Selamat Malam Semua....

09/02/2022

Iskandar Lakamau Bendahara Partai Gerindra Bersama mahasiswa Fakultas Hukum UNTRIB kalabahi di sekretariat Partai Gerindra.

29/12/2021
17/12/2021

Dukungan masyarakat mengalir mendukung Kejaksaan n Kegeri Kalabahi.

09/12/2021
17/10/2021
30/09/2021

Sala satu kader alor polisi
Berkarakter
Sederhana
Teruji
Berhati dingin
Membangun NTT
Gabriel Binna
Anggota DPRD NTT 3 periode.

07/09/2021

KALABAHI, WARTAALOR.com - Hampir sebagian masyarakat Alor - Pantar tidak mengenal sosok yang satu ini. Dia adalah Dr. Agripa Wally, SH, MH, putra kelahiran

31/08/2021
Ikatan Keluarga Peduli Jalan Desa Manetwati (IKPJDM) dibentuk karna adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan meng...
09/08/2021

Ikatan Keluarga Peduli Jalan Desa Manetwati (IKPJDM) dibentuk karna adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan mengenai pergumulan Jalan Desa.

HARAPAN: Masyarakat Desa Manetwati yang terdiri dari 678 Jiwa dan 174 KK adalah merasakan Kemerdekaan bebas dari Lumpur saat hujan dan debu saat panas. Namun apa boleh buat,...
KENYATAANNYA: Tidak demikian. Kami masih dijajah oleh lumpur dan debu kurang lebih 6 Kilo Meter setiap tahun.

Hampir setiap tahun kami bersuara, berteriak menyampaikan pergumulan ini di forum Musrenbangcam, Musrenbangkab bahkan rapat dengar pendapat atau Reses, tapi ternyata itu hanyalah formalitas dan cerita fiktif belaka.

Sehingga melalui pergumulan ini, kami bersepakat untuk membangun jalan ini secara gotong_ royong pada tanggal,1-6 November 2021.
Lokasi pembangunan Rabat: Desa Manetwati, Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor Prov.Nusa Tenggara Timur.

AYO..MEMBANGUN INDONESIA DARI DESA
INDONESIA TANGGUH
INDONESIA TUMBUH

Kalau bukan kita siapa lagi
Kalau bukan sekarang kapan lagi

MERDEKA🇮🇩🇮🇩

05/08/2021

Kupang – Ketua Komisi I DPRD NTT Gabriel Beri Binna terkejut mendapat laporan masyarakat soal sejumlah proyek jalan provinsi yang baru selesai dikerjakan di Kabupaten Alor, mulai mengalami kerusakan. Politisi partai Gerindra itu kemudian berbicara keras dalam rapat paripurna DPRD. Ia meminta Pempr...

04/08/2021

Tadinya ini adalah sebuah sungai besar yang berhulu di pegunungan Arfak mengalir hingga Ransiki. Sungai ini kemudian dikeringkan untuk dibuat jalan, entah untuk kepentingan apa, tidak ada masyarakat lokal yang tahu. Yang mereka tahu hanyalah jika dulu mereka cukup berjalan kaki lima menit dari rumah ke sungai untuk mencari aneka jenis ikan dan udang air tawar serta tumbuhan-tumbuhan pangan di sekitar sungai, sekarang mereka harus masuk semakin dalam ke hutan selama berhari-hari untuk mencari ikan.

Harga yang harus dibayar oleh masyarakat adat untuk pembangunan amatlah mahal dan tidak pernah dihitung dan selalu diabaikan. Hilangnya lahan, sumber air, sumber pangan, sumber protein, sumber vitamin dan mineral serta keanekaragaman hayati seakan tidak ada harganya. Dan sudah bertahun-tahun sejak sungai dikeringkan namun jalan tak kunjung dibangun, dan sungai yang sudah memberikan kehidupan selama ratusan tahun terlanjur mati.

Ayoo...ikutilah..Festival Cerita Rakyat AlorPeserta SMA/ SMK dan Umum, denģan target 100 peserta. Total hadiah Rp. 29.00...
26/07/2021

Ayoo...ikutilah..
Festival Cerita Rakyat Alor
Peserta SMA/ SMK dan Umum, denģan target 100 peserta. Total hadiah Rp. 29.000.000; bagi 10 pemenang.
Setiap peserta akan mendapatkan buku "Manajemen Pendidikan" karya Dr. Fredrik Kande dan antologi cerpen "Percakapan dengan Laut" karya Jefta Atapeni .
Tulisan (cerita rakyat) seratus peserta akan dibukukan dan diluncurkan pada bulan November 2021.
Informasi selanjutnya silakan hubunggi.
085238879676

12/07/2021

Akuiii

04/07/2021

Bulan Pendidikan dan Harapan akan Tata Kelola Pendidikan Kristen

By Fredrik Abia Kande

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) menetapkan Bulan Juli sebagai Bulan Pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan bagian tidak terpisahkan dari perkembangan gereja masa lampau. Di mana ada gereja maka di situ p**a ada sekolah kristen yang dibangun. Itulah sebabnya GMIT menyebutkannya sebagai "saudara kembar". Ya, pendidikan sebagai saudara kembar, ini konsep yang sangat cocok untuk mendefinisikan gereja masa lampau dan pelayanan pendidikannya. Namun, sepertinya kurang merefleksikan situasi masa kini. Oleh karena sudah sekian lama, sejak 1714 di Landu Rote, saudara kembar yang satu ini dihadirkan secara bersama-sama, akan tetapi dalam perjalanan kedua saudara kembar ini sepertinya memilih jalan sendiri, bahkan momen-momen reuni atau kumpul bareng setahun sekali pun hampir tidak pernah dilakukan. Mereka seperti saling memunggungi satu sama lain.
Kondisi yang demikian tidak terjadi begitu saja, ada faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Pertama, orientasi di masa lalu dalam membanguan pendidikan adalah memperbanyak sekolah-sekolah agar dapat dijangkau oleh jemaat dan rakyat. Yang penting anggota jemaat dan rakyat saat itu tidak buta huruf, mereka harus bisa membaca termasuk membaca kitab suci, mereka harus menjadi orang-orang pandai dan dapat mengisi pos-pos yang dibutuhkan saat itu baik di bidang pemerintahan dan pelayanan sosial. Ter Leiden, seorang misionaris asal Belanda pada saat menyaksikan perkembangan sekolah Kristen yang dirintis oleh Le Bruyn melalui Zending di Landu, Rote tahun 1714 dan perkembangan pendidikan Kristen di Babau, Kabupaten Kupang mengungkapkan rasa optimismenya dengan berkata: “ Rote dan Timor memberi harapan bagi hadirnya Kerajaan Kristus”. Ungkapan Ter Leiden ini memperlihatkan suatu pemahaman teologis yang mendalam akan wajah pelayanan gereja yang bersifat holistik di mana misi gereja tidak tereduksi maknanya pada tataran pelayanan yang bersifat ritual serimonial belaka, akan tetapi juga bertalian erat dengan bidang pendidikan dan bidang lainnya.
Kedua, rendahnya kepedulian terhadap pendidikan kristen, membuat sekolah-sekolah GMIT hanya bertumbuh secara alamiah, dan takala menghadapi tuntutan peraturan pemerintah termasuk standarisasi pendidikan nasional, di titik itulah kebanyakan sekolah-sekolah GMIT pasrah. Sekalipun demikian ada yang mampu bangkit terutama saat itu berada di tangan orang-orang yang tepat dengan ekosistem di daerah, terutama pemerintah daerah yang sangat mendukung, menjadikan beberapa sekolah GMIT berkembang dengan baik.
Gereja pada masa lampau, sesungguhnya memiliki cakupan misi seluas totalitas cerita keprihatinan dan pergumulan sosial masyarakat itu sendiri. Melalui Indische Kerk para misionaris melaksanakan penatalayanan di bidang pendidikan sebagai bagian integral dari pelayanan gereja untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah dengan merintis pendirian sekolah-sekolah Kristen baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.
Namun sebaik apapun misi untuk mewujudkan pendidikan kristen yang handal, apabila tidak ditopang dengan pengelolaan yang baik dan benar maka tentu belum ada jaminan terhadap masa depan yang lebih baik. Itulah sebabnya dibutuhkan tata keloa yang jelas dan benar. Untuk mengurai bagaimana pengelolaan pendidikan kristen dari masa ke masa, maka berikut akan diuraikan secara ringkas perkembangan tata kelola pendidikan Kristen GMIT, yang diramu dari berbagai sumber.

Perkembangan Tata Kelola Pendidikan Kristen GMIT

Periode Pertama
Dalam catatan sejarah setelah di Rote, dibangun lembaga pendidikan serupa di Kupang, Timor, Sabu, Alor, Sumba, dan Flores (Manafe, 2012). Pihak yang bertanggung jawab menyelenggarakan dan mengelola sekolah-sekolah saat itu yakni Zending. Hal-hal terkait pengelolaan guru dan kurikulum langsung ditangani Zending. Baru pada tahun 1735, kompeni mendatangkan seorang guru dari Ambon, Hendrik Mendriks, sebagai guru pertama untuk mengajar di Rote. Sementara rekruitmen guru pribumi baru dimulai tahun 1845, di Rote, dengan diangkatnya P. Pelo sebagai Pemberita Injil sekaligus Penilik Sekolah. Banyak anak muda dari Rote dikirim ke Ambon untuk belajar sekolah guru. Setelah kembali tahun 1884 menjadi guru dan dikirim ke berbagai daerah di NTT. Dari segi kurikulum, dua vak penting yang diajarkan yakni, bahasa Melayu dan Agama Kristen. Bahasa Melayu sangat penting agar para siswa dapat membaca Injil. Begitu p**a Agama Kristen sebagai pintu masuk kristenisasi. Sementara dari segi pembiayaan sejak tahun 1765 separuh dari pembiayaan sekolah ditanggung oleh kompeni Belanda.

Periode Kedua
Periode kedua ditandai dengan pengelolaan Sekolah Kristen di bawah Komisi Pengurus Am Persekolahan GMIT (Komisi PAPG). Setelah kemerdekaan Indonesia Belanda harus meninggalkan tanah air, sehingga secara otomatis penyelenggaraan Sekolah Kristen tidak lagi berada di bawah Zending. Bersamaan dengan terbentu Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) tahun 1947, sehingga sekolah-sekolah Kristen diserahkan oleh Zending kepada Komisi PAPG. Komisi PAPG bertugas mengatur dan mengembangkan sekolah-sekolah Kristen yang ditinggalkan Zending. Mulai saat itu p**a nomenklatur volkshool yang bercorak Kristen itu berubah menjadi sekolah GMIT untuk jenjang Sekolah Dasar dan SMP Kristen dan SMA/SMK Kristen yang langsung berada di bawah Komisi Pengurus Am Persekolahan GMIT (Komisi PAPG).
Pengelolaan komponen pendidikan seperti guru dan kurikulum menjadi tanggung jawab Komisi PAPG. Tenaga guru yang mengajar di sekolah-sekolah GMIT saat itu berasal dari guru-guru pribumi. Menyangkut kurikulum oleh karena secara nasional belum ada kurikulum, maka Bahasa Melayu dan Agama Kristen masih menjadi kurikulum inti dalam penyelenggaraan sekolah-sekolah GMIT. Pada
tahun 1962 mulai digunakan kurikulum nasional bersamaan dengan
dikeluarkannya kurikulum oleh pemerintah Indonesia tahun 1962. Vak Bahasa Melayu dan Agama Kristen tetap diajarkan. Selanjutnya pada tahun 1968 pemerintah Indonesia mengganti kurikulum nasional. Secara otomatis sekolah-sekolah GMIT sebagai bagian dari pendidikan nasional menyesuaikan dengan sistem pendidikan nasional, sehingga memasuki tahun 1980-an sekolah-sekolah
GMIT harus mengurus ijin pendirian dari pemerintah Indonesia, seiring dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengadjaran di Sekolah serta Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada masa ini p**a pemerintah sudah menempakan guru-guru pemerintah di sekolah-sekolah GMIT. Selain baru ada sekolah GMIT yang dibangun saat itu di NTT, juga oleh karena sekolah-sekolah milik gereja tersebut dipandang telah berjasa dalam penyediaan sumber daya manusia bagi daerah dan bangsa. Namun bersamaan dengan itu p**a sudah mulai diwacanakan mengenai rencana penarikan kembali guru-guru pemerintah dari sekolah-sekolah GMIT.

Periode Ketiga
Periode ketiga dimulai tahun 1968, di mana oleh karena tuntutan peraturan perundang-undangan pemerintah Indonesia, maka sekolah GMIT yang bernaung di bawah Komisi Pengurus Am Persekolahan GMIT diserahkan kepada Yayasan Usaha
Pendidikan Kristen (Yupenkris) sebagai perpanjangan tangan dari Yayasan Pendidikan Kristen Protestan. Sebanyak 3 (tiga) Yupenkris dibentuk saat itu harus menjangkau sekolah-sekolah di seluruh wilayah GMIT. Oleh karena itu berhadapan dengan wilayah GMIT yang sangat luas dengan jumlah sekolah yang sangat banyak, sehingga Yupenkris mengalami kesulitan dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaran sekolah-sekolah GMIT. Itulah sebabnya GMIT terus memikirkan bagaimana kemungkinan penambahan Yupenkris.

Periode Keempat
Perideo keempat dimulai tahun 2012, di mana GMIT memekarkan 3 Yupenkris menjadi 13 dengan sebutan Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris), sebagai upaya resistematisasi dari sentralisasi ke desentralisasi guna membagi peran dan tanggung jawab Yapenkris pada seluruh wilayah kerja GMIT. Ketiga belas Yapenkris tersebut
meliputi Yapenkris Nehemia Kota Kupang dan Yapenkris Prisqila Kota Kupang, Yapenkris Meusine Kupang dan Yapenkris Sonaf Honis Kupang, Yapenkris Agape SoE dan Yapenkris Tois Neno SoE, Yapenkris Hiti Kefamenanu, Yapenkris Polycarpus Belu, Yapenkris Pingdoling Alor dan Yapenkris Tominuku Alor, Yapenkris Sasando Rote Ndao, Yapenkris Adha Hary Sabu Raijua, serta Yapenkris Nusa Bunga Flores GMIT memandang pendidikan sebagai bagian integral dari pelayanan gereja.
Perspektif GMIT tentang pendidikan sebagai bagian integral dalam pelayanan gereja menjadi daya dorong GMIT terus berbenah diri dalam penataan sekolah-sekolah GMIT. Tahun 2013 dalam Persidangan Majelis Sinode 37 di Kupang diputuskan untuk membentuk satu Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Pendidikan
Majelis Sinode GMIT yang ditugaskan mengkoordinir Yayasan-Yayasan Pendidikan Kristen di bawah payung 13 Yapenkris GMIT.
Mengingat 13 Yapenkris ini berstatus sebagai Badan pembantu GMIT dan harus dikoordinir oleh suatu badan p**a maka pada Persidangan Sinode ###III tahun 2015 di Rote-Ndao telah diputuskan untuk membentuk Badan Pelayanan Pendidikan yang akan mengkoordinir 13Yapenkris yang ada. Seiring dengan keputusan untuk membentuk Badan Pembantu Pelayanan Pendidikan GMIT, diputuskan p**a dukungan GMIT terhadap pembiayaan jemaat terhadap sekolahsekolah GMIT yang ada melalui alokasi anggaran jemaat 2 % untuk bidang pendidikan.
Majelis Sinode GMIT sebagai mandataris Sinode menindaklanjuti amanat Persidangan Sinode dengan membentuk Badan Pendidikan Sinode GMIT pada Persidangan Sinode XL tahun 2016. Spirit yang melandasi pembentukan Badan Pendidikan GMIT adalah menata kembali pendidikan GMIT dalam koordinasi dengan 13 Yapenkris GMIT.
Dalam rangka menyatukan pemahaman dan komitmen bersama menata pelayanan di bidang pendidikan maka pada tahun 2016 dilakukan pertemuan raya Yapenkris GMIT di Alor yang melibatkan 13 Yapenkris GMIT. Dalam pertemuan itu diusulkan agar Badan Pendidikan Sinode GMIT segera melakukan kegiatan berupa Konven para kepala sekolah GMIT dan konsultasi gereja dan pendidikan GMIT yang melibatkan para kepala sekolah GMIT, Organ Yayayasan dari 13 Yapenkris GMIT serta para ketua Klasis se-GMIT (46 Ketua Klasis). Tujuannya adalah mempercakapankan pola hubungan Yapenkris GMIT, gereja dan sekolah serta aksi-aksi nyata lainnya guna menata kembali pendidikan GMIT secara baik dan berkualitas.
Mengacu pada pemikiran tersebut Badan Pendidikan Sinode GMIT pada persidangan Majelis Sinode XLII tahun 2018, telah menetapkan Konven para kepala sekolah GMIT dan konsultasi gereja dan pendidikan GMIT sebagai salah satu program pelayanan yang akan dilaksanakan. Keberadaan 13 Yapenkris tersebut diharapkan dapat memudahkan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan sekolah-sekolah GMIT.

Catatan Evaluatif

Sampai sejauh ini perkembangan sekolah-sekolah GMIT secara umum belum memperlihatkan kualitas yang memadai. Studi yang dilakukan penulis bersama beberapa rekan dosen dari FKIP Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (2018) terhadap sekolah-sekolah GMIT di Daratan Timor menunjukkan bahwa, peran badan penyelenggara terhadap penyelenggaraan sekolah GMIT masih bertumpu pada penataan aspek kelembagaan Yayasan semata. Sementara terkait dengan fungsi-fungsi Yapenkris sebagai Badan Penyelenggara belum semua organ Yapenkris melaksanakannya dengan baik. Perhatian Yapenkris terhadap sekolah-sekolah GMIT baru sebatas kebijakan insentif bagi guru, itu pun belum merata dan belum menjangkau semua guru karena ketiadaan dana yang dimiliki Yapenkris. Kondisi demikian tidak tercipta dengan sendirinya, akan tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah kapasitas sumberdaya pengurus dan kapasitas kelembagaan, selain belum tersedia sistem yang mengakomodasi peran dan fungsi gereja baik di tingkat jemaat, klasis, dan sinode GMIT.
Sekolah–sekolah GMIT sejak kehadiran dan perkembangannya masih memperlihatkan suatu kondisi yang memprihatinkan. Baru 4 (empat) sekolah dari 594 sekolah GMIT yang memperoleh status sekolah model menurut versi LPMP NTT (2016). Fakta ini mengindikasikan bahwa terjadi pengabaian mutu dalam membangun sistem pendidikan di GMIT. Tulisan Prof.
Wertheim (sosiolog Belanda), sekitar awal 1960, yang berjudul ―Betting on the strong or on the many, menarik untuk dicermati. Bahwa manakah yang harus dipilih Indonesia yang tertinggal dalam dunia pendidikan dan keilmuan? Ia sampai pada kesimp**an sambil memahami keputusan Indonesia yang cenderung memilih-jumlah yang banyak, bukannya-kualitas yang tinggi. Jumlah sekolah yang banyak menimbulkan implikasi pada minimnya perhatian terhadap kualitas.
Sinode sebenarnya telah menetapkan kewajiban 2% dari APBJ untuk dana pendidikan, akan tetapi realisasinya masih terdapat tumpang tindih, di samping jumlahnya yang belum memenuhi target. Beberapa jemaat menyerahkan dana pendidikan melalui Yapenkris terdekat, di beberapa jemaat yang lain menyerahkan ke Sinode GMIT melalui Klasis. Ada p**a jemaat yang menyerahkan langsung kepada Sekolah GMIT terdekat. Terdapat Klasis tertentu yang memberikan kontribusi langsung kepada guru-guru sebagai biaya insentif guru. Sinode GMIT melalui Komisi Pendidikan juga menyerahkan dana pendidikan dari berbagai upaya penggalangan dana yang dilakukan kepada Yapenkris maupun langsung ke sekolah Tentu kondisi yang diuraikan terakhir di atas dari segi tata kelola masih memperlihatkan tumpang tindih dan kerancuan dalam praktek. Padahal kalau dapat diatur secara baik, maka masing-masing pihak yang disebutkan di atas dapat berperan sesuai dengan fungsi serta kewenangan masing-masing. Selain itu dari segi pola hubungan antarsatu pihak dengan pihak lainnya dalam GMIT juga penting diatur agar dapat mewujudkan tata kelola yang baik (Good governance). Misalnya antara Sinode dengan Yapenkris, antara Sinode dengan Klasis, antara Sinode dengan Jemaat, dan antara Sinode dengan Sekolah. Antara Yapenkris dengan Sekolah, antara Yapenkris dengan Klasis, dan antara Yapenkris dengan Jemaat. Antar Sekolah dengan Klasis dan antara Sekolah dengan Jemaat Tentu kondisi yang diuraikan terakhir di atas dari segi tata kelola masih memperlihatkan tumpang tindih dan kerancuan dalam praktek. Padahal kalau dapat diatur secara baik, maka masing-masing pihak yang disebutkan di atas dapat berperan sesuai dengan fungsi serta kewenangan masing-masing. Selain itu dari segi pola hubungan antarsatu pihak dengan pihak lainnya dalam GMIT juga penting diatur agar dapat mewujudkan tata kelola yang baik (Good governance). Misalnya antara Sinode dengan Yapenkris, antara Sinode dengan Klasis, antara Sinode dengan Jemaat, dan antara Sinode dengan Sekolah. Antara Yapenkris dengan Sekolah, antara Yapenkris dengan Klasis, dan antara Yapenkris dengan Jemaat. Antar Sekolah dengan Klasis dan antara Sekolah dengan Jemaat.
Pihak-pihak dalam GMIT merupakan pemangku pelayanan di bidang pendidikan yang memiliki tanggung jawab atas penyelenggaraan sekolah-sekolah GMIT, terutama dalam mewujudkan tata kelola pendidikan GMIT yang baik. Tata
kelola pendidikan yang baik di GMIT (Good education governance) merupakan suatu sistem, proses dan perangkat yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan demi tercapainya tujuan pendidikan GMIT. Sementara tujuannya untuk memberikan kepastian terhadap penatalayanan pendidikan GMIT,
meningkatkan keterlibatan GMIT (partisipasi) dalam mewujudkan kepenuhan pendidikan (kualitas) sebagai harta firman (Matius 5:48), meningkatkan sikap saling bertangung jawab antar satu sama lain (akuntabilitas) dalam penatalayanan pendidikan, dan meningkatkan citra umat Allah dan masyarakat terhadap
pendidikan GMIT.

Format Perayaan Bulan Pendidikan GMIT

Lalu bagaimana dengan format perayaan Bulan Pendidikan GMIT? Di dalam Tata Kelola Pendidikan kristen GMIT telah diatur bahwa Bulan Pendidikan GMIT merupakan momen yang disediakan GMIT untuk mendorong partisipasi seluruh warga GMIT dalam mendukung pendidikan. Bulan pendidikan GMIT ditetapkan pada bulan Juli setiap tahun. Bulan Pendidikan dimaksudkan untuk menjemaatkan visi, misi, tujuan dan strategi revitalisasi pendidikan Kristen GMIT, dan Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Pendidikan Kristen GMIT harus nampak dalam Tata Ibadah dan Persembahan Khusus, serta Aksi Nyata Jemaat bagi sekolah GMIT.
Dalam Tata Kelola juga diatur ada yang namanya Gerakan GMIT Mendidik (GGM). Gerakan GMIT Mendidik merupakan strategi untuk mengajak warga GMIT di berbagai daerah, kota, dan negara untuk mendukung pengembangan pendidikan Kristen GMIT. Gerakan GMIT Mendidik sebagaimana dimaksud dilaksanakan dalam bentuk kegiatan mengajar oleh warga GMIT potensial di sekolah-sekolah GMIT terutama di pedesaan tentang mata pelajaran maupun tema-tema seperti kesehatan dan gizi, lingkungan hidup, teknologi informasi, kebencanaan, dan lainnya sesuai kebutuhan sekolah dan tantangan masa depan pendidikan. Pelaksanaan Gerakan GMIT Mendidik menyatu dengan momen Bulan Pendidikan GMIT. Perencanaan, pengorganisasian dan pengendaliaan “Gerakan GMIT Mendidik” dilakukan oleh Sinode melalui Badan Pembantu Pelayanan Pendidikan, dengan dukungan Yapenkris, Klasis, dan Sekolah-Sekolah GMIT. Jadi, tidak sekedar kita beribadah selama Bulan Pendidikan GMIT, tetapi harus ada aksi nyata jemaat-jemaat GMIT bagi sekolah-sekolah GMIT. Terima kasih.

Selamat Merayakan Bulan pendidikan GMIT.

Hasil karya anak muda petleng...baru 2 x dalam acàra pernikahan....Anak kampung kraeatif.
02/07/2021

Hasil karya anak muda petleng...baru 2 x dalam acàra pernikahan....
Anak kampung kraeatif.

Ayam kampung
23/06/2021

Ayam kampung

Komitmen yang pastiDan memberikan pertanyaan mengapa keputusan itu sarus secepat...
23/05/2021

Komitmen yang pasti
Dan memberikan pertanyaan mengapa keputusan itu sarus secepat...

04/05/2021

Address

Jalan Goa No 9
Alor Setar

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when AYO ALOR posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category