AlkhamduliLLAAH

AlkhamduliLLAAH Berjuang lah untuk tetap istiqomah

24/06/2024

Tafsir ibnu Katsir surat Ali Imron ayat 21-22

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat ALLAAH dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong."

{إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (21) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (22) }

ALLAAH mencela kaum ahli kitab karena mereka telah melakukan dosa-dosa dan hal-hal yang dikharomkan disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat ALLAAH di masa lampau dan juga di masa sekarang, yaitu ayat-ayat ALLAAH yang disampaikan kepada mereka oleh rosul-rosul-Nya. Mereka melakukan demikian karena keangkuhan mereka terhadap para rosul, keingkaran mereka terhadap para rosul, serta meremehkan perkara yang haq dan menolak untuk mengikuti para rosul. Selain itu yang lebih parah lagi mereka berani membunuh sebagian dari para Nabi ketika menyampaikan syari'at dari ALLAAH buat mereka, tanpa sebab dan kesalahan yang dibuat oleh para Nabi terhadap mereka, hanya karena para Nabi itu menyeru mereka kepada perkara yang haq.

وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ

dan mereka membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil. (Ali Imron: 21)

Perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang sangat takabur (sombong). Seperti yang diungkapkan oleh Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam dalam sabdanya yaitu:

«الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»

Takabur (sombong) ialah menentang perkara haq dan meremehkan orang lain..

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zubair Al-Hasan ibnu Ali ibnu Muslim An-Naisaburi yang tinggal di Makkah, telah menceritakan kepadaku Abu Hafs Umar ibnu Hafs, yakni Ibnu Tsabit dan Zuroroh Al-Anshori, telah menceritakan kepada kami Mukhammad ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan maula Bani Asad, dari Makhul, dari Abu Qubaisah ibnu Zi-b Al-Khuza'i, dari Abu Ubaidali ibnul Jarroh RodhiyaLLAAHU Anhu yang menceritakan: Aku bertanya, "Wahai RosuluLLAAH, siapakah orangnya yang paling keras mendapat adzab di hari kiamat nanti?" Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam menjawab, "Seorang lelaki yang membunuh seorang Nabi atau orang yang memerintahkan kepada kebajikan dan melarang kemungkaran." Kemudian Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam membacakan Firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat ALLAAH dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (Ali Imron: 21); Setelah itu RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam bersabda: Hai Abu Ubaidah, orang-orang Bani Isroil telah membunuh empat puluh tiga orang Nabi dalam satu sa'at dari permulaan siang hari, maka bangkitlah seratus tujuh puluh orang lelaki dari kalangan Bani Isroil, lalu mereka melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar terhadap orang-orang yang telah membunuh para Nabi, maka kaum Bani Isroil membunuh semua orang yang melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar itu di penghujung siang hari itu juga; mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala (dalam ayat ini).

Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abu Ubaid Al-Wassabi yaitu Mukhammad ibnu Hafs, dari Ibnu Humair, dari Abul Hasan maula Bani Asad, dari Makhul dengan lafadz yang sama.

Dari sahabat Ibnu Mas'ud, disebutkan bahwa orang-orang Bani Isroil pernah membunuh tiga ratus orang Nabi pada permulaan siang hari, lalu mereka mendirikan pasar sayur-mayur mereka pada penghujung siang harinya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Karena itulah ketika mereka (Bani Isroil) menentang perkara yang haq dan bersikap angkuh terhadap manusia, maka ALLAAH membalikkan mereka menjadi hina dan nista dalam kehidupan di dunia ini, dan kelak mereka akan mendapat siksa yang menghinakan di hari akhirat. Maka ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

فَبَشِّرْهُمْ بِعَذابٍ أَلِيمٍ

maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. (Ali Imron: 21)

Yakni siksa yang pedih lagi menghinakan.

{أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}

Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. (Ali Imron: 22)

22/06/2024

Tafsir ibnu Katsir surat Ali Imron, ayat 18-19-20

"ALLAAH menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi ALLAAH hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat ALLAAH, maka sesungguhnya ALLAAH sangat cepat khisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada ALLAAH dan (demikian p**a) orang-orang yang mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi (buta huruf), "Apakah kalian mau masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat ALLAAH). Dan ALLAAH Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."

{شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18) إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (19) فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (20) }

ALLAAH memberikan pernyataan-Nya, dan cukuplah ALLAAH sebagai saksi. Dia adalah saksi Yang Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar Firman-Nya.

أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ

bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imron: 18)

Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan bahwa semua makhluk adalah hamba-hamba-Nya dan merupakan ciptaan-Nya; semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya terhadap semuanya selain Dia sendiri. Perihalnya sama dengan yang diungkapkan oleh ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala dalam Firman lainnya, yaitu:

لكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِما أَنْزَلَ إِلَيْكَ

tetapi ALLAAH mengakui Al-Qur-an yang diturunkan-Nya kepadamu. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.

Kemudian ALLAAH mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman: ALLAAH menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu p**a) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. (Ali Imron: 18)

Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.

قائِماً بِالْقِسْطِ

Yang menegakkan keadilan. (Ali Imron: 18)

Lafadz qo-iman di-nasab-kan sebagai hal. Dengan kata lain, ALLAAH senantiasa menegakkan keadilan dalam semua keadaan.

لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ

Tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imron: 18)

Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.

الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imron: 18)

Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan dan kebesaran-Nya tidak dapat dibatasi, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syari'at, dan takdir-Nya.

Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Robbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurosyi, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Anshori, dari Abu Yahya maula keluarga Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam di Arofah membaca ayat berikut, yaitu Firman-Nya: ALLAAH menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imron: 18); Sesudah itu beliau ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam mengucapkan: Dan aku termasuk seorang yang mempersaksikan hal tersebut, ya Tuhanku.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:

telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan kepada kami Mukhammad ibnul Mutawakkil Al-Asqolani, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Tsabit Abu Sa'id Al-Anshori, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Yahya ibnu Abbad ibnu AbduLLAAH ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Az-Zubair yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam ketika membacakan ayat ini: ALLAAH menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, begitu p**a para malaikat. (Ali Imron: 18); Lalu beliau mengucapkan: Dan aku ikut bersaksi, ya Tuhanku.

Al-Hafiz Abul Qosim Ath-Thobroni mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:

telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Akhmad dan Ali ibnu Sa'id; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar Al-Mukhtar, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepadaku Gholib Al-Qottan, bahwa ia datang ke Kufah dalam satu misi dagangnya, lalu tinggal di dekat rumah Al-A'masy. Pada suatu malam ketika aku hendak turun, Al-A'masy melakukan sholat tahajud di malam hari, lalu bacaannya sampai pada ayat berikut, yaitu Firman-Nya: ALLAAH menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi ALLAAH hanyalah Islam. (Ali Imron: 18-19) Kemudian Al-A'masy mengatakan, "Dan aku pun mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh ALLAAH, dan aku titipkan kepada ALLAAH persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan bagiku di sisi ALLAAH." Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi ALLAAH hanyalah Islam. (Ali Imron: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya berkali-kali oleh Al-A'masy. Gholib Al-Qottan melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku berkata kepada diriku sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy) telah mendengar suatu hadits mengenai masalah ini." Maka aku pada pagi harinya menuju kepadanya untuk berpamitan, kemudian aku berkata, "Hai Abu Mukhammad, sesungguhnya aku telah mendengarmu mengulang-ulang bacaan ayat ini." Al-A'masy berkata, "Tidakkah telah sampai kepadamu suatu hadits mengenainya?" Aku menjawab, "Aku berada di dekatmu selama satu bulan, tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku." Al-A'masy mengatakan, "Demi ALLAAH, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun." Maka aku tinggal selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya. Setelah lewat masa satu tahun, aku berkata, "Hai Abu Mukhammad, sekarang telah berlalu masa satu tahun." Al-A'masy menjawab bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Wail, dari AbduLLAAH yang menceritakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Kelak di hari kiamat pelakunya akan didatangkan, lalu ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman, "Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku, dan Aku adalah Tuhan Maha memenuhi janji-Nya, maka masukkanlah oleh kalian (para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam surga."

*******************

Firman ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ

Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi ALLAAH hanyalah Islam. (Ali Imron: 19)

Sebagai berita dari ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para rosul yang diutus oleh ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Mukhammad ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali hanya jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada ALLAAH (sesudah Nabi Mukhammad ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam diutus) dengan membawa agama yang bukan syari'atnya, maka hal itu tidak diterima oleh ALLAAH. Seperti yang disebutkan di dalam Firman lainnya, yaitu:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imron: 85), hingga akhir ayat.

Dalam ayat ini ALLAAH memberitakan terbatasnya agama yang diterima oleh ALLAAH hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi ALLAAH hanyalah Islam. (Ali Imron: 19)

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca Firman-Nya: ALLAAH menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridhoi) di sisi ALLAAH hanyalah Islam. (Ali Imron: 18-19) Dengan innahu yang di-kasroh-kan dan anna yang di-fatkhah-kan, artinya ALLAAH telah menyatakan (begitu p**a para malaikat dan orang-orang yang berilmu) bahwa agama yang diridhoi di sisi ALLAAH adalah Islam.

Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya kasroh' innad dina 'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut kedua-duanya benar, tetapi menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat.

Kemudian ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala memberitakan bahwa orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para rosul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat mereka. Untuk itu ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ

Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. (Ali Imron: 19)

Yakni karena sebagian dari mereka merasa dengki terhadap sebagian yang lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara kebenaran. Hal tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci, dan saling menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya, sekalipun benar.

Kemudian ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

وَمَنْ يَكْفُرْ بِآياتِ اللَّهِ

Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat ALLAAH. (Ali Imron: 19)

Yakni barang siapa yang ingkar kepada apa yang diturunkan oleh ALLAAH di dalam kitab-Nya.

فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسابِ

maka sesungguhnya ALLAAH sangat cepat khisab-Nya. (Ali Imron: 19)

Artinya, sesungguhnya ALLAAH akan membalas perbuatannya dan melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan menghukumnya akibat ia menentang Kitab-Nya. Kemudian ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

فَإِنْ حَاجُّوكَ

Kemudian jika mereka mendebat kamu. (Ali Imron: 20)

Yaitu mendebatmu tentang masalah tauhid.

فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ

maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada ALLAAH dan (demikian p**a) orang-orang yang mengikutiku." (Ali Imron: 20)

Yakni katakanlah bahwa aku memurnikan ibadahku hanya kepada ALLAAH saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya, tidak beranak, dan tidak beristri.

Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mengikutiku' ialah orang-orang yang berada dalam agamaku akan mengatakan hal yang sama dengan ucapanku ini. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu Firman-Nya:

قُلْ هذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

Katakanlah, "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada ALLAAH dengan hujah yang nyata." (Yusuf: 108), hingga akhir ayat.

Kemudian ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada hamba dan rosul-Nya (yaitu Nabi Mukhammad ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam) untuk menyeru orang-orang Ahli Kitab dari kalangan dua agama (Yahudi dan Nashroni) serta orang-orang ummi (buta huruf) dari kalangan kaum musyrik, agar mereka mengikuti jalannya, memasuki agamanya, serta mengamalkan syari'atnya dan apa yang diturunkan oleh ALLAAH kepadanya.

*******************

Untuk itu ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

{وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ}

Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat ALLAAH). (Ali Imron: 20)

Yakni ALLAAH-lah yang mengkhisab mereka karena hanya kepada-Nyalah mereka kembali. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya milik-Nyalah hikmah yang tepat dan hujah yang benar. Karena itu, dalam akhir ayat ini ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبادِ

Dan ALLAAH Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imron: 20)

Yaitu ALLAAH Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Dia berhak untuk melakukan itu, seperti yang disebutkan di dalam Firman-Nya:

لا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ

Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23)

Hal tersebut tiada lain karena hikmah dan rahmat-Nya. Ayat ini dan yang semisal dengannya merupakan dalil yang paling jelas yang menunjukkan keumuman risalah Nabi Mukhammad ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam kepada semua makhluk, seperti yang telah dimaklumi dari pokok-pokok agamanya, dan seperti apa yang telah ditunjukkan oleh dalil Al-Qur-an dan sunnah dalam banyak ayat dan hadits. Antara lain ialah Firman-Nya:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً

Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan ALLAAH kepada kalian semua." (Al-A'rof: 158)

Firman ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala:

تَبارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقانَ عَلى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً

Mahasuci ALLAAH yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur-an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqon: 1)

Di dalam hadits Shokhihain dan lain-lainnya disebutkan melalui hadits yang mutawatir dalam berbagai peristiwa, bahwa Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam mengirimkan surat-suratnya kepada semua raja dan pemimpin kabilah, baik yang Arab maupun yang 'ajam, baik mereka yang mengerti baca dan tulis maupun yang ummi, sebagai pengamalan dari perintah ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Beliau ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam dalam surat-suratnya itu mengajak mereka untuk menyembah kepada ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala

Abdur Rozzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Huroiroh, dari Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ: يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ وَمَاتَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiada seorang pun yang telah mendengarku dari kalangan umat ini, baik yang Yahudi ataupun yang Nashroni, lalu ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku bawa, melainkan ia termasuk ahli neraka. (Riwayat Imam Muslim)

Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam telah bersabda:

«بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ»

Aku diutus untuk kulit merah dan kulit hitam.

Dan Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam telah bersabda p**a:

«كَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً»

Dahulu seorang Nabi diutus khusus untuk umatnya, sedangkan aku diutus untuk umat manusia seluruhnya.

Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Tsabit, dari Anas RodhiyaLLAAHU Anhu yang mengatakan bahwa ada seorang anak Yahudi yang biasa menyuguhkan air wudhu buat Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam dan mempersiapkan sepasang terompahnya. Lalu anak itu sakit keras, dan Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam datang kepadanya, lalu masuk menemuinya, sedangkan kedua orang tua si anak berada di dekat kepalanya. Maka Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam bersabda kepadanya: Hai Fulan, katakanlah, "Tidak ada Tuhan selain ALLAAH!" Lalu anak itu memandang kepada ayahnya, dan si ayah diam. Lalu Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam mengulangi perintahnya itu, dan si anak kembali memandang kepada ayahnya. Akhirnya si ayah berkata, "Turutilah kemauan Abul Qosim!" Maka si anak berkata: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain ALLAAH dan engkau adalah utusan ALLAAH. Maka Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam keluar seraya bersabda: Segala puji bagi ALLAAH yang telah menyelamatkannya dari neraka melalui aku.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori di dalam kitab shokhihnya. Masih banyak ayat serta hadits yang menunjukkan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam diutus untuk segenap umat manusia.

05/06/2024

Tafsir ibnu Katsir surat Ali Imron ayat 16-17

"(Yaitu) orang-orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta'at, yang menafkahkan hartanya (di jalan ALLAAH), dan yang memohon ampun di waktu sahur."
{الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ (17) }

ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala menggambarkan sifat-sifat hamba-hamba-Nya yang bertakwa, yaitu orang-orang yang telah dijanjikan beroleh pahala yang berlimpah. Untuk itu ALLAAH Berfirman:

الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنا إِنَّنا آمَنَّا

Yakni beriman kepada-Mu dan kitab-kitab-Mu serta rosul-rosul-Mu.

فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا

maka ampunilah segala dosa kami. (Ali Imron: 16)

Yaitu karena iman kami kepada Engkau, juga kepada apa yang telah Engkau syari'atkan buat kami, maka kami memohon semoga Engkau mengampuni kami atas dosa-dosa dan kelalaian kami dalam urusan kami berkat anugerah dan rahmat-Mu.

{وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}

dan peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imron: 16)

*******************

Kemudian dalam ayat berikutnya ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

الصَّابِرِينَ

(yaitu) orang-orang yang sabar. (Ali Imron: 17)

Maksudnya, sabar dalam menjalankan keta'atan dan meninggalkan semua hal yang dikharomkan.

وَالصَّادِقِينَ

orang-orang yang benar. (Ali Imron: 17)

Yakni percaya kepada apa yang diberitakan kepada mereka berkat iman mereka, yang hal ini direalisasikan oleh mereka dalam sikap berteguh hati dalam mengerjakan amal-amal yang berat.

وَالْقانِتِينَ

Orang-orang yang tetap ta'at. (Ali Imron: 17)

Al-qunut artinya ta'at dan patuh, yakni orang-orang yang tetap dalam keta'atan nya.

وَالْمُنْفِقِينَ

orang-orang yang menafkahkan hartanya. (Ali Imron: 17)

Yaitu menafkahkan sebagian dari harta mereka di jalan-jalan keta'atan yang diperintahkan kepada mereka, silaturahmi, amal taqqorrub, memberikan santunan, dan menolong orang-orang yang membutuhkannya.

وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحارِ

dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur. (Ali Imron: 17)

Ayat ini menunjukkan keutamaan beristighfar di waktu sahur.

Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Nabi Ya'qub 'alaihissalam ketika berkata kepada anak-anaknya, yang perkataannya disitir oleh Firman-Nya:

سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي

Aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada Tuhanku. (Yusuf: 98)

Maka Nabi Ya'qub menangguhkan doanya itu sampai waktu sahur.

Telah disebutkan di dalam kitab Shokhihain dan kitab-kitab sunnah serta kitab-kitab musnad yang lain diriwayatkan melalui berbagai jalur dari sejumlah sahabat RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam, bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda:

«يَنْزِلُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي كُلِّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثلث الليل الأخير، فَيَقُولُ: هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ؟ هَلْ مِنْ دَاعٍ فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟

(Rahmat) ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala turun pada tiap malam ke langit dunia, yaitu di saat malam hari tinggal sepertiganya lagi, lalu Dia Berfirman, "Apakah ada orang yang meminta, maka Aku akan memberinya? Apakah ada orang yang berdoa, maka Aku memperkenankannya? Dan apakah ada orang yang meminta ampun, maka Aku memberikan ampunan kepadanya," hingga akhir hadits.

Al-Hafiz Abul Hasan Ad-Daruqutni mengkhususkan bab ini dalam sebuah juz tersendiri. Ia meriwayatkan hadits ini melalui berbagai jalur.

Di dalam kitab Shokhihain dari Siti A'isyah RodhiyaLLAAHU Anha disebutkan bahwa setiap malam RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam selalu melakukan sholat witir, mulai dari awal, pertengahan, dan akhir malam; dan akhir dari semua witir ialah di waktu sahur.

Disebutkan bahwa sahabat AbduLLAAH ibnu Umar melakukan sholat (sunah di malam hari), kemudian bertanya, "Hai Nafi’, apakah waktu sahur telah masuk?" Apabila dijawab, "Ya," maka ia mulai berdoa dan memohon ampun hingga waktu subuh. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Huroyyis ibnu Abu Matar, dari Ibrohim ibnu Hatib, dari ayahnya yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki yang berada di satu bagian dalam masjid mengucapkan doa berikut: Ya Tuhanku, Engkau telah memerintahkan kepadaku, maka aku ta'ati perintah-Mu; dan inilah waktu sahur, maka berikanlah ampunan bagiku. Ketika ia melihat lelaki itu, ternyata dia adalah sahabat Ibnu Mas'ud RodhiyaLLAAHU Anhu

Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa kami (para sahabat) bila melakukan sholat (sunah) di malam hari diperintahkan untuk melakukan istighfar di waktu sahur sebanyak tujuh puluh kali.

28/05/2024

Tafsir ibnu Katsir surat Ali Imron ayat 14-15

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi ALLAAH-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada ALLAAH), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (ada p**a) istri-istri yang disucikan serta keridhoan ALLAAH. Dan ALLAAH Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14) قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15) }

ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala memberitakan tentang semua yang dijadikan perhiasan bagi manusia dalam kehidupan di dunia ini, berupa berbagai kesenangan yang antara lain ialah wanita dan anak-anak. Dalam ayat ini dimulai dengan sebutan wanita, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka sangat kuat. Seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadits shokhih, bahwa Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda:

«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»

Tiada suatu fitnah pun sesudahku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki selain dari wanita.

Lain halnya jika orang yang bersangkutan bertujuan dengan wanita untuk memelihara kehormatannya dan memperbanyak keturunan, maka hal ini merupakan suatu hal yang dianjurkan dan disunnahkan, seperti yang disebutkan oleh banyak hadits yang menganjurkan untuk nikah dan memperbanyak nikah. Sebaik-baik orang dari kalangan umat ini ialah yang paling banyak mempunyai istri (dalam batas yang diperbolehkan). Sabda Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang mengatakan:

«الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ»

Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangannya ialah istri yang sholih; jika suami memandangnya, maka ia membuat gembira suaminya; jika suami menyuruhnya, maka ia menta'ati suaminya; dan jika suami pergi, tidak ada di tempat, maka ia memelihara kehormatan dirinya dan harta benda suaminya.

Sabda Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam dalam hadits yang lain, yaitu:

«حُبِّبَ إِلَيَّ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»

Aku dibuat senang kepada wanita dan wewangian, dan kesejukan hatiku dijadikan di dalam sholatku.

Siti A'isyah menceritakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih disukai oleh RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam selain wanita kecuali kuda. Menurut riwayat yang lain disebutkan 'selain kuda kecuali wanita'.

Senang kepada anak adakalanya karena dorongan membanggakan diri dan sebagai perhiasan yang juga termasuk ke dalam pengertian membanggakan diri. Adakalanya karena dorongan ingin memperbanyak keturunan dan memperbanyak umat Mukhammad ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang menyembah hanya kepada ALLAAH saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka hal ini baik lagi terpuji, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits, yaitu:

«تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang keibuan lagi subur peranakannya, karena sesungguhnya aku memperbanyak umatku karena kalian kelak di hari kiamat.

Cinta kepada harta adakalanya karena terdorong oleh faktor menyombongkan diri dan berbangga-banggaan, takabur terhadap orang-orang lemah, dan sombong terhadap orang-orang miskin. Hal ini sangat dicela. Tetapi adakalanya karena terdorong oleh faktor membelanjakannya di jalan-jalan yang mendekatkan diri kepada ALLAAH. dan silaturahmi, serta amal-amal kebajikan dan keta'atan, hal ini sangat terpuji menurut syari'at.

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kadar qintar yang disebut oleh ayat ini, yang kesimp**annya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan qintar adalah harta yang banyak dan berlimpah, seperti yang dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya.

Menurut pendapat yang lain sejumlah seribu dinar, pendapat lainnya mengatakan seribu dua ratus dinar, pendapat yang lainnya mengatakan sejumlah dua belas ribu dinar, pendapat lain mengatakan empat puluh ribu dinar, pendapat yang lainnya lagi mengatakan enam puluh ribu dinar, dan ada yang mengatakan tujuh puluh ribu dinar, ada p**a yang mengatakan delapan puluh ribu dinar, dan lain sebagainya.

Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdush Shomad, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Asim, dari Abu Saleh, dari Abu Huroiroh yang mengatakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, tiap-tiap auqiyah lebih baik daripada apa yang ada di antara langit dan bumi.

Ibnu Majah meriwayatkan p**a hadits ini dari Abu Bakr ibnu Abu Syaibah, dari Abdush Shomad ibnu Abdul Waris, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafadz yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Ibnu Mahdi, dari Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Huroiroh secara mauquf (hanya sampai pada Abu Huroiroh).

Seperti yang terdapat pada riwayat Waki' di dalam kitab tafsirnya, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Huroiroh yang mengatakan: Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, satu auqiyah lebih baik daripada semua yang ada di antara langit dan bumi.

Sanad riwayat ini lebih shokhih.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mu'adz ibnu Jabal dan Ibnu Umar. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Abu Huroiroh dan Abu Darda, bahwa mereka (para sahabat) mengatakan, "Satu qintar adalah seribu dua ratus auqiyah."

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya Ad-Darir (tuna netra), telah menceritakan kepada kami Syababah, telah menceritakan kepada kami Mukhallad ibnu Abdul Wahid, dari Ali ibnu Zaid, dari Atho dari Ibnu Abu Maimunah, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Satu qintar adalah seribu dua ratus auqiyah.

Hadits ini berpredikat munkar, lebih dekat kepada kebenaran ialah yang mengatakan bahwa hadits ini berpredikat mauquf hanya sampai pada Ubay ibnu Ka'b (tidak sampai kepada Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam), sama halnya dengan yang lainnya dari kalangan sahabat.

Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur Musa ibnu Ubaidah Ar-Robzi, dari Mukhammad ibnu Ibrohim, dari Musa, dari Ummu Darda, dari Abu Darda yang menceritakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Barang siapa yang membaca seratus ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai; dan barang siapa yang membaca seratus ayat hingga seribu ayat, maka ia akan memiliki satu qintar pahala di sisi ALLAAH. Satu qintar pahala sama banyaknya dengan sebuah bukit yang besar.

Waki' meriwayatkan hal yang semakna dari Musa ibnu Ubaidah.

Imam Hakim di dalam kitab Mustadrok-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Mukhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Akhmad ibnu Isa ibnu Zaid Al-Lakhami, telah menceritakan kepada kami Mukhammad ibnu Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Mukhammad, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil dan seorang lelaki lainnya, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah ditanya mengenai makna Firman-Nya: harta yang berlimpah. (Ali Imron: 14) Maka Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam bersabda:

«الْقِنْطَارُ أَلْفَا أُوقِيَّةٍ»

satu qintar adalah dua ribu auqiyah.

Hadits ini shokhih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya (Bukhori-Muslim) tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Hakim.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dengan lafadz yang lain. Untuk itu ia mengatakan:

telah menceritakan kepada kami Akhmad ibnu Abdur Rokhman Ar-Riqqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Zuhair (yakni Ibnu Mukhammad), telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil dan seorang lelaki yang disebutnya bernama Yazid Ar-Roqqosyi, dari Anas, dari RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam dalam sabdanya yang mengatakan: bahwa satu qintar adalah seribu dinar.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Thobroni, dari AbduLLAAH ibnu Mukhammad ibnu Abu Maryam, dari Amr ibnu Abu Salamah, lalu ia menceritakan riwayat ini dengan sanad yang semisal.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, dari Anas ibnu Malik secara mursal atau mauquf hanya sampai kepadanya yang isinya menyatakan bahwa satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Hal ini merupakan suatu riwayat yang dikemukakan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa sebagian orang Arab ada yang mengatakan satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Ada p**a yang mengatakan dua belas ribu (dinar).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim, dari Hammad, dari Sa'id Al-Harosi, dari Abu Nadroh, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa satu qintar adalah sepenuh kulit banteng berisikan emas.

Abu Mukhammad mengatakan bahwa hal ini diriwayatkan oleh Mukhammad ibnu Musa Al-Harosi, dari Hammad ibnu Zaid secara marfu', tetapi yang mauquf lebih shokhih.

Senang kuda ada tiga macam, adakalanya para pemiliknya memeliharanya untuk persiapan berjihad di jalan ALLAAH; di saat mereka perlukan, maka mereka tinggal memakainya; mereka mendapat pahala dari usahanya itu. Adakalanya orang yang bersangkutan memelihara kuda untuk membanggakan diri dan melawan kaum muslim, maka pelakunya mendapat dosa dari perbuatannya. Adakalanya p**a kuda dipelihara untuk diternakkan tanpa melupakan hak ALLAAH yang ada padanya, maka bagi pemiliknya beroleh ampunan dari ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Seperti yang akan dijelaskan nanti dalam tafsir Firman-Nya:

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِباطِ الْخَيْلِ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang. (Al-Anfal: 60), hingga akhir ayat.

Yang dimaksud dengan al-musawwamah menurut Ibnu Abbas RodhiyaLLAAHU Anhu ialah kuda-kuda pilihan yang dipelihara dengan baik. Hal yang sama dikatakan p**a menurut riwayat yang bersumber dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abdur Rokhman ibnu AbduLLAAH ibnu Abza, As-Saddi, Ar-Robi' ibnu Anas, Abu Sinan, dan lain-lainnya.

Menurut Makhul, al-musawwamah ialah kuda yang memiliki belang putih. Menurut pendapat yang lainnya lagi dikatakan selain itu.

Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Suwaid ibnu Qois, dari Mu'awiyah ibnu Khadij, dari Abu Dzar RodhiyaLLAAHU Anhu yang menceritakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Tiada seekor kuda Arab pun melainkan diperintahkan kepadanya melakukan dua buah doa pada tiap fajar, yaitu: "Ya ALLAAH, sesungguhnya Engkau telah menundukkan aku kepada seseorang dari Bani Adam hingga aku tunduk kepadanya, maka jadikanlah aku termasuk harta dan keluarga yang paling dicintainya, atau keluarga dan harta benda yang paling dicintainya.

*******************

Firman ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala:

وَالْأَنْعامِ

dan binatang ternak. (Ali Imron: 14)

Yang dimaksud ialah unta, sapi, dan kambing.

وَالْحَرْثِ

dan sawah ladang. (Ali Imron: 14)

Yakni lahan yang dijadikan untuk ditanami (seperti ladang, sawah, serta perkebunan).

Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rouh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Abu Na'amah Al-Adawi, dari Muslim ibnu Badil, dari Iyas ibnu Zuhair, dari Suwaid ibnu Hubairoh, dari Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang bersabda: Sebaik-baik harta seseorang ialah ternak kuda yang berkembang biak dengan pesat, atau kebun kurma yang subur.

Al-ma-buroh, yang banyak keturunannya. As-sikkah, pohon kurma yang berbaris (banyak). Ma-buron artinya yang dicangkok (yakni subur).

*******************

Firman ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala:

ذلِكَ مَتاعُ الْحَياةِ الدُّنْيا

Itulah kesenangan hidup di dunia. (Ali Imron: 14)

Artinya, itulah yang meramaikan kehidupan di dunia dan sebagai perhiasannya yang kelak akan fana.

وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

dan di sisi ALLAAH-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imron: 14)

Yakni tempat kembali yang baik dan berpahala, yaitu surga.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Atho, dari Abu Bakr ibnu Hafs ibnu Umar ibnu Sa'd yang menceritakan bahwa ketika diturunkan ayat berikut, yaitu Firman-Nya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini. (Ali Imron: 14) Maka Umar ibnul Khoththob berkata, "Sekaranglah, ya Tuhanku, karena Engkau telah menjadikannya sebagai perhiasan bagi kami." Maka turunlah Firman-Nya: Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imron: 15), hingga akhir ayat.

Karena itulah ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

قُلْ أَأُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذلِكُمْ

Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu?" (Ali Imron: 15)

Yakni katakanlah, hai Mukhammad, kepada orang-orang, "Aku akan memberitahukan kepada kalian hal yang lebih baik daripada apa yang dihiaskan kepada manusia dalam kehidupan di dunia ini berupa kesenangan dan kegemerlapannya yang semuanya itu pasti akan lenyap." Sesudah itu ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala mengabarkan melalui Firman-Nya:

لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ

Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada ALLAAH), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Ali Imron: 15)

Yaitu yang menembus di antara sisi-sisinya dan bagian-bagiannya sungai-sungai dari berbagai macam rasa, ada sungai madu, sungai khamr, sungai susu, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat oleh mata manusia, belum pernah didengar oleh telinganya, dan belum pernah terdetik di dalam hatinya.

خالِدِينَ فِيها

mereka kekal di dalamnya. (Ali Imron: 15)

Yakni tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, dan mereka tidak mau pindah darinya.

وَأَزْواجٌ مُطَهَّرَةٌ

dan istri-istri yang disucikan. (Ali Imron: 15)

Maksudnya, disucikan dari kotoran, najis, penyakit, haid, nifas, dan lain sebagainya yang biasa dialami oleh kaum wanita di dunia.

وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ

serta keridhoan ALLAAH. (Ali Imron: 15)

Yakni mereka dinaungi oleh ridho ALLAAH, maka ALLAAH tidak akan murka lagi terhadap mereka sesudahnya untuk selama-lamanya. Karena itulah ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman di dalam surat At-Taubah:

وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ

Dan keridhoan ALLAAH adalah lebih besar. (At-Taubah: 72)

Artinya, lebih besar daripada semua nikmat kekal yang diberikan kepada mereka di dalam surga.

*******************

Kemudian ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:

وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبادِ

Dan ALLAAH Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imron: 15)

Yakni Dia pasti memberikan anugerah sesuai dengan apa yang berhak diterima oleh masing-masing hamba.

Address

Yogyakarta City

Telephone

+62895400985950

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when AlkhamduliLLAAH posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to AlkhamduliLLAAH:

Share

Category


Other Media in Yogyakarta City

Show All