28/05/2024
Tafsir ibnu Katsir surat Ali Imron ayat 14-15
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi ALLAAH-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada ALLAAH), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (ada p**a) istri-istri yang disucikan serta keridhoan ALLAAH. Dan ALLAAH Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14) قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15) }
ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala memberitakan tentang semua yang dijadikan perhiasan bagi manusia dalam kehidupan di dunia ini, berupa berbagai kesenangan yang antara lain ialah wanita dan anak-anak. Dalam ayat ini dimulai dengan sebutan wanita, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka sangat kuat. Seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadits shokhih, bahwa Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda:
«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
Tiada suatu fitnah pun sesudahku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki selain dari wanita.
Lain halnya jika orang yang bersangkutan bertujuan dengan wanita untuk memelihara kehormatannya dan memperbanyak keturunan, maka hal ini merupakan suatu hal yang dianjurkan dan disunnahkan, seperti yang disebutkan oleh banyak hadits yang menganjurkan untuk nikah dan memperbanyak nikah. Sebaik-baik orang dari kalangan umat ini ialah yang paling banyak mempunyai istri (dalam batas yang diperbolehkan). Sabda Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang mengatakan:
«الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ»
Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangannya ialah istri yang sholih; jika suami memandangnya, maka ia membuat gembira suaminya; jika suami menyuruhnya, maka ia menta'ati suaminya; dan jika suami pergi, tidak ada di tempat, maka ia memelihara kehormatan dirinya dan harta benda suaminya.
Sabda Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam dalam hadits yang lain, yaitu:
«حُبِّبَ إِلَيَّ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»
Aku dibuat senang kepada wanita dan wewangian, dan kesejukan hatiku dijadikan di dalam sholatku.
Siti A'isyah menceritakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih disukai oleh RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam selain wanita kecuali kuda. Menurut riwayat yang lain disebutkan 'selain kuda kecuali wanita'.
Senang kepada anak adakalanya karena dorongan membanggakan diri dan sebagai perhiasan yang juga termasuk ke dalam pengertian membanggakan diri. Adakalanya karena dorongan ingin memperbanyak keturunan dan memperbanyak umat Mukhammad ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang menyembah hanya kepada ALLAAH saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka hal ini baik lagi terpuji, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits, yaitu:
«تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang keibuan lagi subur peranakannya, karena sesungguhnya aku memperbanyak umatku karena kalian kelak di hari kiamat.
Cinta kepada harta adakalanya karena terdorong oleh faktor menyombongkan diri dan berbangga-banggaan, takabur terhadap orang-orang lemah, dan sombong terhadap orang-orang miskin. Hal ini sangat dicela. Tetapi adakalanya karena terdorong oleh faktor membelanjakannya di jalan-jalan yang mendekatkan diri kepada ALLAAH. dan silaturahmi, serta amal-amal kebajikan dan keta'atan, hal ini sangat terpuji menurut syari'at.
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kadar qintar yang disebut oleh ayat ini, yang kesimp**annya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan qintar adalah harta yang banyak dan berlimpah, seperti yang dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain sejumlah seribu dinar, pendapat lainnya mengatakan seribu dua ratus dinar, pendapat yang lainnya mengatakan sejumlah dua belas ribu dinar, pendapat lain mengatakan empat puluh ribu dinar, pendapat yang lainnya lagi mengatakan enam puluh ribu dinar, dan ada yang mengatakan tujuh puluh ribu dinar, ada p**a yang mengatakan delapan puluh ribu dinar, dan lain sebagainya.
Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdush Shomad, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Asim, dari Abu Saleh, dari Abu Huroiroh yang mengatakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, tiap-tiap auqiyah lebih baik daripada apa yang ada di antara langit dan bumi.
Ibnu Majah meriwayatkan p**a hadits ini dari Abu Bakr ibnu Abu Syaibah, dari Abdush Shomad ibnu Abdul Waris, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafadz yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Ibnu Mahdi, dari Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Huroiroh secara mauquf (hanya sampai pada Abu Huroiroh).
Seperti yang terdapat pada riwayat Waki' di dalam kitab tafsirnya, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Huroiroh yang mengatakan: Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, satu auqiyah lebih baik daripada semua yang ada di antara langit dan bumi.
Sanad riwayat ini lebih shokhih.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mu'adz ibnu Jabal dan Ibnu Umar. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Abu Huroiroh dan Abu Darda, bahwa mereka (para sahabat) mengatakan, "Satu qintar adalah seribu dua ratus auqiyah."
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya Ad-Darir (tuna netra), telah menceritakan kepada kami Syababah, telah menceritakan kepada kami Mukhallad ibnu Abdul Wahid, dari Ali ibnu Zaid, dari Atho dari Ibnu Abu Maimunah, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Satu qintar adalah seribu dua ratus auqiyah.
Hadits ini berpredikat munkar, lebih dekat kepada kebenaran ialah yang mengatakan bahwa hadits ini berpredikat mauquf hanya sampai pada Ubay ibnu Ka'b (tidak sampai kepada Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam), sama halnya dengan yang lainnya dari kalangan sahabat.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur Musa ibnu Ubaidah Ar-Robzi, dari Mukhammad ibnu Ibrohim, dari Musa, dari Ummu Darda, dari Abu Darda yang menceritakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Barang siapa yang membaca seratus ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai; dan barang siapa yang membaca seratus ayat hingga seribu ayat, maka ia akan memiliki satu qintar pahala di sisi ALLAAH. Satu qintar pahala sama banyaknya dengan sebuah bukit yang besar.
Waki' meriwayatkan hal yang semakna dari Musa ibnu Ubaidah.
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrok-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Mukhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Akhmad ibnu Isa ibnu Zaid Al-Lakhami, telah menceritakan kepada kami Mukhammad ibnu Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Mukhammad, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil dan seorang lelaki lainnya, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah ditanya mengenai makna Firman-Nya: harta yang berlimpah. (Ali Imron: 14) Maka Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam bersabda:
«الْقِنْطَارُ أَلْفَا أُوقِيَّةٍ»
satu qintar adalah dua ribu auqiyah.
Hadits ini shokhih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya (Bukhori-Muslim) tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Hakim.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dengan lafadz yang lain. Untuk itu ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Akhmad ibnu Abdur Rokhman Ar-Riqqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Zuhair (yakni Ibnu Mukhammad), telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil dan seorang lelaki yang disebutnya bernama Yazid Ar-Roqqosyi, dari Anas, dari RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam dalam sabdanya yang mengatakan: bahwa satu qintar adalah seribu dinar.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Thobroni, dari AbduLLAAH ibnu Mukhammad ibnu Abu Maryam, dari Amr ibnu Abu Salamah, lalu ia menceritakan riwayat ini dengan sanad yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, dari Anas ibnu Malik secara mursal atau mauquf hanya sampai kepadanya yang isinya menyatakan bahwa satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Hal ini merupakan suatu riwayat yang dikemukakan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa sebagian orang Arab ada yang mengatakan satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Ada p**a yang mengatakan dua belas ribu (dinar).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim, dari Hammad, dari Sa'id Al-Harosi, dari Abu Nadroh, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa satu qintar adalah sepenuh kulit banteng berisikan emas.
Abu Mukhammad mengatakan bahwa hal ini diriwayatkan oleh Mukhammad ibnu Musa Al-Harosi, dari Hammad ibnu Zaid secara marfu', tetapi yang mauquf lebih shokhih.
Senang kuda ada tiga macam, adakalanya para pemiliknya memeliharanya untuk persiapan berjihad di jalan ALLAAH; di saat mereka perlukan, maka mereka tinggal memakainya; mereka mendapat pahala dari usahanya itu. Adakalanya orang yang bersangkutan memelihara kuda untuk membanggakan diri dan melawan kaum muslim, maka pelakunya mendapat dosa dari perbuatannya. Adakalanya p**a kuda dipelihara untuk diternakkan tanpa melupakan hak ALLAAH yang ada padanya, maka bagi pemiliknya beroleh ampunan dari ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Seperti yang akan dijelaskan nanti dalam tafsir Firman-Nya:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِباطِ الْخَيْلِ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang. (Al-Anfal: 60), hingga akhir ayat.
Yang dimaksud dengan al-musawwamah menurut Ibnu Abbas RodhiyaLLAAHU Anhu ialah kuda-kuda pilihan yang dipelihara dengan baik. Hal yang sama dikatakan p**a menurut riwayat yang bersumber dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abdur Rokhman ibnu AbduLLAAH ibnu Abza, As-Saddi, Ar-Robi' ibnu Anas, Abu Sinan, dan lain-lainnya.
Menurut Makhul, al-musawwamah ialah kuda yang memiliki belang putih. Menurut pendapat yang lainnya lagi dikatakan selain itu.
Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Suwaid ibnu Qois, dari Mu'awiyah ibnu Khadij, dari Abu Dzar RodhiyaLLAAHU Anhu yang menceritakan bahwa RosuluLLAAH ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam pernah bersabda: Tiada seekor kuda Arab pun melainkan diperintahkan kepadanya melakukan dua buah doa pada tiap fajar, yaitu: "Ya ALLAAH, sesungguhnya Engkau telah menundukkan aku kepada seseorang dari Bani Adam hingga aku tunduk kepadanya, maka jadikanlah aku termasuk harta dan keluarga yang paling dicintainya, atau keluarga dan harta benda yang paling dicintainya.
*******************
Firman ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala:
وَالْأَنْعامِ
dan binatang ternak. (Ali Imron: 14)
Yang dimaksud ialah unta, sapi, dan kambing.
وَالْحَرْثِ
dan sawah ladang. (Ali Imron: 14)
Yakni lahan yang dijadikan untuk ditanami (seperti ladang, sawah, serta perkebunan).
Imam Akhmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rouh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Abu Na'amah Al-Adawi, dari Muslim ibnu Badil, dari Iyas ibnu Zuhair, dari Suwaid ibnu Hubairoh, dari Nabi ShollaLLAAHU'alaihi Wasallam yang bersabda: Sebaik-baik harta seseorang ialah ternak kuda yang berkembang biak dengan pesat, atau kebun kurma yang subur.
Al-ma-buroh, yang banyak keturunannya. As-sikkah, pohon kurma yang berbaris (banyak). Ma-buron artinya yang dicangkok (yakni subur).
*******************
Firman ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala:
ذلِكَ مَتاعُ الْحَياةِ الدُّنْيا
Itulah kesenangan hidup di dunia. (Ali Imron: 14)
Artinya, itulah yang meramaikan kehidupan di dunia dan sebagai perhiasannya yang kelak akan fana.
وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
dan di sisi ALLAAH-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imron: 14)
Yakni tempat kembali yang baik dan berpahala, yaitu surga.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Atho, dari Abu Bakr ibnu Hafs ibnu Umar ibnu Sa'd yang menceritakan bahwa ketika diturunkan ayat berikut, yaitu Firman-Nya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini. (Ali Imron: 14) Maka Umar ibnul Khoththob berkata, "Sekaranglah, ya Tuhanku, karena Engkau telah menjadikannya sebagai perhiasan bagi kami." Maka turunlah Firman-Nya: Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imron: 15), hingga akhir ayat.
Karena itulah ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:
قُلْ أَأُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذلِكُمْ
Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu?" (Ali Imron: 15)
Yakni katakanlah, hai Mukhammad, kepada orang-orang, "Aku akan memberitahukan kepada kalian hal yang lebih baik daripada apa yang dihiaskan kepada manusia dalam kehidupan di dunia ini berupa kesenangan dan kegemerlapannya yang semuanya itu pasti akan lenyap." Sesudah itu ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala mengabarkan melalui Firman-Nya:
لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada ALLAAH), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Ali Imron: 15)
Yaitu yang menembus di antara sisi-sisinya dan bagian-bagiannya sungai-sungai dari berbagai macam rasa, ada sungai madu, sungai khamr, sungai susu, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat oleh mata manusia, belum pernah didengar oleh telinganya, dan belum pernah terdetik di dalam hatinya.
خالِدِينَ فِيها
mereka kekal di dalamnya. (Ali Imron: 15)
Yakni tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, dan mereka tidak mau pindah darinya.
وَأَزْواجٌ مُطَهَّرَةٌ
dan istri-istri yang disucikan. (Ali Imron: 15)
Maksudnya, disucikan dari kotoran, najis, penyakit, haid, nifas, dan lain sebagainya yang biasa dialami oleh kaum wanita di dunia.
وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ
serta keridhoan ALLAAH. (Ali Imron: 15)
Yakni mereka dinaungi oleh ridho ALLAAH, maka ALLAAH tidak akan murka lagi terhadap mereka sesudahnya untuk selama-lamanya. Karena itulah ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman di dalam surat At-Taubah:
وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ
Dan keridhoan ALLAAH adalah lebih besar. (At-Taubah: 72)
Artinya, lebih besar daripada semua nikmat kekal yang diberikan kepada mereka di dalam surga.
*******************
Kemudian ALLAAHU Subkhanahu wa Ta'ala Berfirman:
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبادِ
Dan ALLAAH Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imron: 15)
Yakni Dia pasti memberikan anugerah sesuai dengan apa yang berhak diterima oleh masing-masing hamba.