Swara Kampus

Swara Kampus Swara Kampus menyelenggarakan pelatihan jurnalistik secara rutin. Ingin gabung dan belajar menjadi k
(14)

Swara Kampus (Swaka) memfokuskan diri pada aktifitas mahasiswa di dunia kampus DIY dan sekitarnya baik negeri maupun swasta. Lahir di tengah-tengah iklim kompetisi dunia pendidikan yang sedemikian ketat, bertujuan untuk menyeimbangkan opini yang berkembang, sehingga citra kampus dan dunia pendidikan secara umum dapat tergambar secara benar.

AGAR POSTINGAN MENDAPAT BANYAK LIKE DAN KOMEN(Agung Wibawanto)Silahkan pilih. Mau menulis dan posting good news tapi gak...
06/08/2021

AGAR POSTINGAN MENDAPAT BANYAK LIKE DAN KOMEN
(Agung Wibawanto)

Silahkan pilih. Mau menulis dan posting good news tapi gak menarik dan sedikit respon, atau berita miring yang memancing banyak komen tapi sekaligus promosikan orang-orang miring?

Jadi tidak perlu heran mengapa ada yang sedikit like komen dan ada yang sebaliknya. Net +62 memang masih doyan bahas yang kontroversi dan bahkan bisa memancing darting. Apa semua begitu?

Tidak juga. Selain konten issue ataupun topik yang dipilih dalam tulisan. Faktor penting lainnya adalah soal "siapa". Baik siapa yang memposting maupun siapa saja yang terlibat dalam pemberitaan atau tulisan tersebut.

Meski artis tenar menulis dan posting recehan tetap akan laku. Atau, tokoh publik yang terlibat dalam pemberitaan yang ditulis akan semakin banyak digosipin ketimbang orang biasa saja.

Jadi, jika tujuan menulis ingin dilike dan komen banyak orang, maka anda harus terkenal dulu (tidak heran kemudian banyak warga biasa yang pansos, atau siap dengan segala kenorakannya).

Hehehe, ya tidak juga. Mungkin benar strategi pansos memang dapat menambah follower, tapi bagi saya sangat tidak disarankan. Seperti di awal, pandai-pandai saja memilih topik yang kiranya bakal menarik pembaca.

Hal itu biasa disebut dengan nilai berita. Untuk itu biasanya sebelum para kuli tinta turun ke lapangan, biasanya ada rapat redaksi guna membahas topik apa yang ingin dikejar dan angle yang ingin diangkat, semata berpikir agar laku dibaca.

Sebenarnya ada faktor teknis lain yang bisa mempengaruhi juga kepada sedikit banyaknya pembaca. Yakni terkait dengan penyajiannya seperti apa. Yang dimaksud lebih kepada konten narasinya.

Pembaca biasanya lebih menyukai gaya narasi yang bergenre humor atau komedi. Meski topik nya serius tapi dikemas dengan gaya humor akan banyak dis**ai. Medsos bukan media mainstream jadi pembaca tidak s**a yang terlalu berat dan serius.

Genre atau gaya narasi berikut yang dis**ai adalah yang humanis karena bisa menyentuh rasa empati dan simpatik. Biasanya bernarasi terkait kisah, atau jika pun topik berita faktual, tetap coba diangkat tokohnya.

Namun tentu tidak semua tulisan postingan di medsos berniat atau bertujuan agar banyak dis**ai dan dikomen orang. Ada juga menulis karena kita menganggapnya penting dan perlu tanpa harus mendapat like dan komen pembaca.

Anda tidak perlu tidak s**a atau marah terhadap postingan dan dengan niat atau tujuan apapun, sepanjang bukan postingan hoax, provokatif, menghujat, menebar kebencian, pornografi, dan kekerasan tulisan maupun visual.

Jika menemukan hal demikian silahkan dilaporkan kepada admin atau tag aparat yang berwewenang di kolom komen. Atau, bisa juga dengan menuliskan pandangan ataupun pendapatmu, lalu posting sendiri di beranda.





(Sumber gbr: google)

JURNALIS MEMANG HARUS CEREWET DAN KEPO(Agung Wibawanto)Cat: Ini tulisan lama, tapi tidak bosan saya tampilkan kembali, s...
05/08/2021

JURNALIS MEMANG HARUS CEREWET DAN KEPO
(Agung Wibawanto)

Cat: Ini tulisan lama, tapi tidak bosan saya tampilkan kembali, selain juga sudah menjadi materi kelas penulisan online (KPO), chapter: interview. Saya juga sadar jenis postingan ini tidak akan banyak mendapat respon. Tidak apa. Menulis kadang tidak sekadar ingin banyak dibaca orang. Tapi mungkin memang ada sedikit orang yang butuh tahu pengetahuan terkait wawancara. Selamat belajar bagi yang berminat. Semoga manfaat. 🙏🙏
-----------------------------

Seperti sudah diketahui peserta KPO, bahwa tugas reporter dalam peliputan itu adalah mencari fakta melalui proses: observasi dan wawancara. Setiap penulis apapun sebenarnya dianjurkan untuk melakukan proses ini.

Pernah menulis hasil interview? Interview atau wawancara adalah salah satu teknik guna menggali fakta. Namun juga bisa berarti guna mengeksplorasi alam pikiran akan sosok.

Interview akan berhadapan dengan seseorang. Dan setiap sosok memiliki keunikan masing-masing. Syarat utama sebelum melakukan wawancara adalah dengan memahami materi yang dibahas.

Berikutnya, perlu ada semacam panduan pertanyaan, agar kamu bisa mendapatkan informasi yang sistematis dan terstruktur (tidak glandrah kemana-mana). Terakhir tentu saja menyiapkan alat tulis.

Lantas seperti apa triknya agar suasana interview dapat berjalan dengan santai dan cair? Baik narasumber dan interviewer sejujurnya sama-sama grogi, karena belum saling kenal, bisa jadi malah saling curiga.

Jika tidak pandai, maka suasana menjadi kaku, tidak nyaman dan membosankan. Informasi yang diharapkan pun mungkin tidak didapatkan. Untuk itu bangun suasana komunikasi yang baik dengan tampil sopan, menghormati narsum namun tidak kaku.

Cobalah untuk bersikap cair dan akrab namun tidak lebay. Jika perlu, ketahui apa hobi narsum dan diakhir-akhir kamu bisa ngobrolin soal hobinya tersebut. Orang akan senang membicarakan apa yang dikuasainya.

Bertanyalah dengan pilihan kata yang pas tidak kontroversi apalagi menyudutkan. Tunjukkan p**a sesekali bahwa kamu juga cukup menguasai materi, namun jangan sampai menggurui.

Setelah usai wawancara apakah kamu berpikir selesai sudah hubungan dengan narsum? Belum. Naskah yang sudah jadi perlu untuk dikonfirmasikan kepada narsum, kalau-kalau ada tulisan yang kurang berkenan, dan sebagainya.

Kamu tahu arti off the record? Bisa jadi info tersebut tergolong penting dan utama, namun jika narsum mengatakan off the record, maka jangan sampai info tersebut dimuat. Ini salah satu kode etik jurnalistik yang sudah diatur.

Interview terkadang juga bisa berlangsung informal. Sekali waktu kamu bertemu dengan sosok yang mungkin unik dan penuh inspirasi. Tentu kondisi ini tanpa persiapan. Yang kamu lakukan biasanya ngajak ngobrol, bertanya hal-hal penting. Rekam semua jawaban dalam kepala, dan baru kamu tulis sesudahnya.

Lakukanlah sesekali interview kepada siapa saja yang kamu s**a. Gali hal-hal yang menurutmu penuh inspirasi kemudian tulis pengalaman tersebut, pasti menarik karena kamu akan menemukan banyak inspirasi di sana. Latih terus nalar kekepoanmu... 👍👍👍 (Awib)

Endnote: Teori ini juga bisa diterapkan saat kamu melakukan PDKT lho... Tips nya ya sama. Harus aktif harus semangat tapi nggak sambat. Ketika sudah ngobrol asyik, nah dipastikan bahwa 50% kamu sudah berhasil merebut hatinya (sebagai teman bicara). Jadi, kalau aku sering bertanya ke kamu itu berarti ya aku sedang kepo sama kamu. Kamu kepoin aku nggak? Eeeeaaaaa ... 😂😂😂


MENULISLAH DENGAN GEMBIRA DAN MENYENANGKAN(Agung Wibawanto)Salah satu yang menjadi masalah bagi penulis pemula adalah me...
04/08/2021

MENULISLAH DENGAN GEMBIRA DAN MENYENANGKAN
(Agung Wibawanto)

Salah satu yang menjadi masalah bagi penulis pemula adalah menemukan suasana hati yang nyaman untuk mulai menulis. Apa saja yang dibutuhkan untuk membangun suasana tersebut?

Moody, begitu anak sekarang mengistilahkannya. "Saya s**a menulis tapi moodian," ujar seorang peserta coaching clinic penulisan. Kadang seseorang harus berada dalam "mood" yang pas untuk memulai. Sebenarnya kondisi seperti itu tidak hanya soal mulai menulis, tapi di semua kegiatan.

Hal yang utama sebelum kita menulis adalah menciptakan suasana yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan membuka syaraf kita lebih relaks dan pikiran lebih terbuka sehingga lebih mudah mau mengulik-ulik ide gagasan, alias lebih kreatif.

Namun apakah semudah itu menciptakan dan mendapatkan suasana menyenangkan? Sangat bergantung dari kondisi internal sendiri ya. Kadang kita gak bisa berharap banyak dari situasi eksternal untuk menciptakan suasana yang nyaman.

Harus diri kita sendiri yang menciptakannya. Setenang apapun situasi eksternal tapi jika diri kita sendiri tidak siap atau tidak fokus ya sama saja akan sulit. Sebaliknya dalam kondisi apapun jika mood itu sudah muncul, maka gak masalah mau nulis di atas gerbong kereta sekalipun.

Dari pengalaman yang ada, sebelum menulis pastikan dulu sebuah topik yang menurutmu sangat menarik dan kira-kira jika kamu tulis akan membuat heboh pembaca (bangun ekspektasi).

Memilih topik tentu tidak bisa sembarangan. Carilah sebuah topik yang bisa membuatmu "gregetan", karena dengan begitu kamu akan merasa terlibat intens dalam tulisan itu. Jika mungkin sebuah topik yang kamu bisa rasakan langsung (terkait dengan kepentingan).

Jika sasaranmu adalah respon pembaca, maka bisa p**a memilih topik yang aktual dan faktual (issue yang tengah viral). Apalagi jika diangkat secara kontroversi, pasti akan lebih banyak lagi respon pembaca. Topik yang pas dan bayangan ekspektasi respon pembaca membuatmu lebih termotivasi untuk menulis.

Jika kamu sangat peduli dengan kesan intelektual dari tulisanmu, maka baik jika kamu melengkapi dengan referensi ataupun sumber berita lain. Lengkapi pengetahuan mu akan topik tulisan dengan sumber bacaan. Misal: perundang-undangan, komentar tokoh, definisi, berita media dll.

Namun jika tidak, kamu cukup dengan menulis pendek dibarengi dengan ide-ide yang lucu nan segar, apapun itu. Namun yang perlu diingat, jangan sampai tulisan tersebut mengarah kepada bentuk persekusi, mengolok-olok, merendahkan martabat dan bahkan membuat berita hoax (fitnah).

Menariknya menulis di medsos, kita bisa menggabungkan dengan gambar yang bisa kita pilih sendiri. Kamu akan lebih merasa senang menulis jika mendapatkan sebuah foto/gambar yang kamu pandang pas bagi tulisanmu. Bisa gambar lucu, aneh, menarik ataupun keren.

Bisa juga misalnya menulis sesuai dengan kategori yang memang kamu s**ai dan kuasai. Contoh: jika tertarik menulis soal politik, ya jangan menulis bab pertandingan bal-bal an. Mirip dengan yang ditanyakan facebook, "Apa yang Anda pikirkan?" Biasanya saya tambahkan, "Apa yang (sedang) Anda pikirkan?"

Jadi agar menyenangkan, tulislah apa yang "sedang" kamu pikirkan, bukan apa yang "harus" kamu pikirkan? Contoh, meski ada issue politik yang tengah hot, namun jika kamu tidak tune in di dalamnya, ya jangan dipaksakan. Maka tulis saja apa yang sedang kamu pikirkan agar lebih menyenangkan. (Awib)

Met Menulis...
-------------------------------------------

NB: Menulis yang sulit itu adalah menuliskan tentang Dia. Harus merangkai banyak kata yang bermakna ketakjuban akan keagungan cinta dan kebajikan. Itu jelas lebih rumit ketimbang sekadar membuat tulisan yang nyinyir, menebar keburukan dan selalu menyalahkan. Menulis keindahan memang lebih sulit ketimbang menulis keburukan.

Namun ketika mengingatNya, aku hanya tahu soal keindahan. Meski hal itu sulit dituangkan dalam tulisan, karena aku bukanlah Pujangga Cinta. Tapi aku adalah Pejuang Cinta, eeeaaaaaa.... .

NULIS IS LIFESTYLE(Agung Wibawanto)11 tahun yang lalu (saat Swara Kampus pertama terbit edisi cetak), mungkin hanya seka...
03/08/2021

NULIS IS LIFESTYLE
(Agung Wibawanto)

11 tahun yang lalu (saat Swara Kampus pertama terbit edisi cetak), mungkin hanya sekadar harapan agar komunitas muda khususnya warga net bisa lebih aktif dan produktif menulis. Banyak yang sekadar tertarik, tapi belum menulis dalam arti sebenarnya.

Untuk itu menjadi tantangan bagi saya bersama Swara Kampus menggaungkan terus agar kaum muda sadar media (kini Swara Kampus tampil online). Pelatihan maupun kelas-kelas penulisan secara reguler dilakukan. Tidak hanya kepada kelompok mahasiswa tapi juga komunitas guru, siswa, UMKM, Karang Taruna, dan lainnya.

Penekanan utama ketika itu adalah "Jangan takut menulis, berbasis kepada kaedah-kaedah jurnalistik". Jadikan menulis sebagai kebutuhan bahkan gaya hidup baru. Mahasiswa yang tidak mengenal menulis dan tulisan adalah mahasiswa pra sejarah alias tidak gaul.

Kini, mencermati materi fb yang disajikan netizen, memperlihatkan kemajuan yang sangat menggembirakan. Hampir setiap saat mendapati tulisan-tulisan yang menarik. Tidak kalah dengan membaca koran, ataupun majalah gosip. Kaum netizen bisa berjam lamanya membaca fb ataupun medsos lainnya.

Kadang ada yang lucu, serius, sedikit vulgar, bahkan kontroversi namun tetap menjaga orisinalitas juga menyertakan sumber yang dapat dipercaya. Seperti yang selalu juga saya katakan, di era disrupsi ini "Everyone can be a journalist". Siapapun bisa menjadi pewarta (kecuali yang s**a produk dan share berita kaleng-kaleng rombeng ataupun hoax).

Menulis mengajarkan kita berpikir sistematis dan terstruktur. Bila sebuah komunitas sudah bisa dan terbiasa berpikir sistematis, maka akan tersebar virus-virus menjadi orang "sehat" (tidak gamed alias gagal media lagi). Bila itu terus berkembang, maka masyarakat akan semakin dewasa dalam berpikir dan bersikap.

Orang akan saling mengingatkan mana yang benar dan mana yang keliru. Orang semakin malu jika berbuat menyebar fitnah atau info tidak benar. Orang akan semakin produktif dengan menulis, bahkan saling berlomba dengan positif, karena "Nulis is lifestyle". Bukankah itu menyenangkan?

Di beberapa komunitas yang saya tahu, telah terjadi perubahan yang signifikan hanya dengan tulisan. Dengan membaca dan kemudian tertarik untuk menulis telah mengubah seseorang yang sebelumnya tidak bisa apa-apa, tetapi sekarang mampu tampil lebih percaya diri.

Bagi yang tertarik dan hanya selalu menjajikan dirinya untuk menulis tapi tidak dimulai-mulai, berkumpul lah kemudian lakukan sharing dengan teman-teman yang sudah terlebih dahulu berkesempatan menulis. Ingat, mereka yang sudah menulis bukanlah penulis hebat dibanding kamu. Mereka hanya beruntung lebih dulu mengambil kesempatan memulai nulis.

Mereka yang terlebih dahulu berkecimpung dalam dunia menulis, tidak menjamin lebih sukses duluan. Mengapa? Karena bisa jadi karakter tulisan yang berbeda dan tidak semua orang s**a membaca semua karakter ataupun gaya tulisan. Kata orang, setiap tulisan akan mencari pembacanya sendiri.

Teruslah menulis dan lakukan perubahan... Ciptakan sejarahmu sendiri, jangan hanya membaca sejarah orang lain saja. Mungkin kamu bukan siapa-siapa, tapi dengan tulisan mampu mengubahmu menjadi seseorang yang berarti, terutama bagi banyak orang (pembaca).
---------------------------------------------

(Caption: Jika ingin menulis, jangan berkumpul dan diskusi dengan orang yang hobi gowes, misalnya... Lakukan dimanapun bisa, bahkan di bibir parit sekalipun. Ok lah, gak usah banyak teori, lakukan saja menulis apapun. Selamat menulis, selamat berubah... Semoga menyenangkan)

23/07/2021

CHANEL YOUTUBE DENGAN KONTEN JURNALISTIK
(Agung Wibawanto)

Ide dasar gagasan ini adalah memanfaatkan chanel YouTube sebagai media pendidikan berdasar pada kaedah jurnalistik. YouTube dikenal sebagai alternatif media sosial bagi kalangan netizen. YouTube menawarkan template berupa tayangan gambar diam (foto) maupun bergerak (video). Sebenarnya format ini juga sudah ada di jenis medsos lainnya seperti: Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, Tiktok dll.

Yang membedakan, YouTube semata berisikan konten gambar dan video. Meski begitu, dapat p**a dikombinasi dengan narasi yang dibacakan ataupun narasi utuh dengan latar belakang backsound (lagu). Sangat mirip dengan penayangan slide proyektor (LCD). YouTube juga bisa menayangkan konten video dengan durasi panjang (bandingkan dengan jenis medsos lainnya spt: instagram dan twitter).

Hal ini tentu menjadi suatu alternatif yang bisa dipilih bagi mereka yang lebih menyukai berbicara ketimbang menulis dalam menyampaikan konten. Pengunjung atau penonton, para netizen, sekarang ini memang memiliki kecenderungan lebih s**a melihat gambar ataupun video ketimbang membaca narasi panjang. Untuk itu, YouTube begitu diminati oleh mereka yang membutuhkan informasi ataupun sekedar untuk mendapatkan hiburan berupa tontonan yang kontennya dis**ai.

Beberapa youtuber memang memilih satu konten khusus yang itu menandakan ciri khas chanel miliknya, misal: konten musik, kuliner, misteri, destinasi wisata, dll. Namun ada p**a yang campur aduk kemudian nanti bisa dipilah dan disimpan dalam."playlist" sesuai topiknya (semacam rubrik). Lain halnya dengan artis, yang meski meng-upload apapun di chanelnya, tetaplah banyak warga net yang melihatnya (misal: ria ricis, ata halilintar dll).

Beberapa program pun kemudian muncul akibat kreatifitas para youtuber. Dulu orang hanya sering melakukan vlog lalu di-upload ke YouTube, namun kini sudah lebih banyak cara kreatif yang ditampilkan. Ada podcast (semacam talkshow), video reaksi (menayangkan video musik/lagu lalu dikomentari), berita (informasi berita dengan menayangkan gambar ataupun potongan video), tutorial (trik atau cara membuat sesuatu), pelatihan, cerita (menampilkan narasi, ataupun dibacakan), live streaming, dll.

Ada p**a host atau pemilik akun/chanel yang menutupkan wajah atau tidak menampilkan wajahnya, hanya suara saja. Semua kemudian berkembang serba mungkin (kreatifitas). Kritikan untuk beberapa konten, banyak p**a yang menggunakan "trik" Photoshop (foto editan), video editan, hingga menyebarkan berita hoax tanpa perlu menyertakan sumbernya. Aturan ataupun regulasi pemerintah untuk medsos YouTube memang tidaklah terlalu ketat, sama dengan medsos lainnya.

Selama ini hanya diatur dalam UU ITE. Sementara itu adap**a yang disebut admin sebagai operator jenis medsos. Lebih bersikap pasif, artinya menunggu adanya laporan dari netizen, apakah tayangan atau konten tersebut "layak" atau tidak menurut standar pemirsa. Jadi, jika ada konren yang memang dianggap tidak kita s**ai, maka bisa di-unlike, dikritik melalui kolom komen, atau bahkan melaporkan kepada admin.

Jika kemudian admin menganggap konten yang dilaporkan memang berbahaya atau tidak pantas, maka admin bisa men-drop konten tersebut (menghapus), atau bahkan chanel/akun bisa kena sanksi suspend. Sebagaimana prinsip youtuber, bagaimana caranya agar banyak viewer (penonton/membuka video), like, komen dan subscribe, maka dilakukan apapun segala cara, bahkan tidak mengindahkan kaedah jurnalistik dan tidak memberi edukasi apapun sebagai sebuah tontonan.

Semakin banyak subscriber yang dimiliki sebuah Chanel, maka makin membuka peluang masuknya iklan, dan dengan demikian akan menambah pundi-pundi penghasilan yang ia dapatkan dari google. Sebagai contoh, Chanel Alip Ba Ta yang memiliki 3,5 jt subscriber bisa meraup 60-90 jt perbulannya. Teknik atau triknya, tinggal bagaimana bisa menarik penonton sebanyak-banyaknya untuk subscribe ataupun berlangganan chanel kita.

Jalan 'manip**asi' konten banyak menjadi pilihan, atau p**a membuat konten yang kontroversi. Kadang memang semakin 'aneh' konten maka akan semakin banyak dilihat, sementara yang bergaya normatif justru dianggap kaku dan sudah biasa. Hal ini menjadi perdebatan di kalangan youtuber, apakah tujuannya sekadar cari rating (pragmatis) atau memberi edukasi ke pemirsa (idealis)?

Kami menawarkan konten yang dapat dikombinasikan antara keduanya. Dengan strategi ataupun konsep, membuat konten edukatif namun dengan gaya yang dipandang menarik bagi penonton. Fokus atau tema besar chanel baru nanti terkait dengan jurnalistik. Satu program baru (diantara program-program konten yang sudah ada terlebih dahulu), ditawarkan kepada netizen untuk terlibat dalam konten yang ditayangkan.

Misal, dengan mengirim tulisan (opini, berita, fiksi) yang kemudian ditayangkan dalam konten. Atau p**a dengan mengirim video yang dianggap menarik. Untuk itu, akan disiapkan tim redaksi guna menyeleksi konten hingga produksinya. Berikut langkah kerja rutinnya: (1) Rapat Redaksi berdurasi seberapa sering terserah, yang tujuannya guna membahas tema atau topik yang akan dihunting sebagai bahan pengisian konten;

(2) Pilih dan cari topik-topik yang tengah panas dibahas di kalangan netizen (apapun), jangan ragu karena tujuannya memang mencari perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya; (3) Pastikan sumber-sumber berita yang bisa dipertanggung-jawabkan; tidak membangun hoax dan fitnah. Misal, kumpulkan beberapa klipingan berita lalu diolah kembali menjadi konten;
(4) Edit beberapa kompilasi klipingan tadi menjadi satu naskah utuh untuk ditayangkan. Proses pengeditan dibutuhkan keterampilan agar hasil dapat dinikmati dengan baik;

(5) Buatlah dummy sebelum ditayangkan (baik yang narasi ataupun video), lalukan pemeriksaan akhir jika ada kesalahan dll; (6) Tayangkan ke publik, jangan lupa share link ke medsos lainnya spt: Instagram, tiktok, Twitter, Facebook dll; (7) Sebagai awal, tayangkan konten dua atau tiga hari sekali. Selanjutnya bisa lebih diseringkan.

23/06/2021

"Menulis itu bagaikan memotret. Jika anda hanya berdiri di satu sisi, maka itulah perspektif yang didapat. Jika anda berada jauh dari obyek, maka dipastikan hasil gambar mu akan kabur... Menulislah dengan banyak perspektif, lebih dekat dan dalam." (AW)

8 KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI PENDIDIKMenjadi guru/dosen (baca: pendidik) dengan kacamata serta pemikiran yang pragma...
25/11/2020

8 KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI PENDIDIK

Menjadi guru/dosen (baca: pendidik) dengan kacamata serta pemikiran yang pragmatis tentu sangat mudah sekali. Tidak heran selalu banyak yang berkeinginan menjadi pendidik. Berpikir bahwa saya sudah bekerja (bukan berstatus pengangguran lagi), tugas utama menyampaikan materi mapel/matkul, membuat soal ujian dan melakukan penilaian hasil evaluasi (ujian).

Namun untuk menjadi pendidik yang ideal? Kita ketahui bahwa kriteria "ideal" mestinya sudah dipahami pendidik baik melalui permendikbud, permenristekdikti, maupun manual pelatihan atau training untuk guru dan dosen. Jujur, saya hanya menggunakan intuisi dari pengalaman mendidik, serta hasil obrolan dengan peserta didik hingga mahasiswa.

Saya bertanya, "Menurut kamu, guru/dosen yang menyenangkan itu yang seperti apa?" Kategori "menyenangkan" di sini dimaksudkan akan menyebabkan siswa/mahasiswa menjadi bertambah semangat belajarnya. Ada bermacam-macam harapan mereka dan berikut saya coba rangkumkan dan dikaitkan dengan kompetensinya.

(1) Memahami profesinya dengan baik. Ingat, "profesinya", bukan "pekerjaannya". Seorang pendidik merupakan sosok yang mulia, berpengetahuan luas dan bisa menjadi teladan, pahlawan tanpa tanda jasa, yang kelak menentukan tegak atau rubuhnya sebuah bangsa, dan masih banyak lagi kalimat yang menunjukkan betapa penting posisi seorang pendidik;

(2) Memiliki jiwa mengabdi. Ruh dari seorang pendidik itu ada pada jiwa mengabdinya. Pengabdian yang tidak kunjung padam hingga akhir hayat. Insting dari seorang pendidik yang selalu hangat, penyayang, peduli, dan sebagainya itu harusnya tetap melekat di manapun dan kapanpun, terutama saat bertemu dengan anak-anak ataupun saat membahas dunia anak (tidak berorientasi pada materi);

(3) Mampu berinteraksi dengan siswanya. Berinteraksi di sini bukan satu arah tapi dua arah. Pendidik mudah melakukan komunikasi namun belum tentu komunikatif. Kecenderungannya guru yang bertanya dan siswa menjawab, itu satu arah. Namun bagaimana siswa berani bertanya, memberikan usul atau pendapat dan bercerita kepada gurunya, merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik (kerap disebut fasilitator).

(4) Kreatif dan inovatif. Seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk selalu kreatif dan inovatif sehingga tidak membuat bosan siswanya. Terkadang mungkin perlu untuk melucu, bermain game, membuat kuis dengan hadiah, belajar di luar kelas, membuat project, dan sebagainya. Untuk itu pendidik tidak boleh berhenti belajar dan harus selalu mengasah wawasannya. Carilah hal apa saja yang bisa membuat senang anak;

(5) Mampu menggerakkan. Selain berfungsi sebagai fasilitator, seorang pendidik juga harus mampu menjadi motivator siswa. Di kala siswa mengalami sebuah kejadian yang membuatnya drop dan tidak ada orang yang bersedia menolongnya, maka pendidik hadir untuk mensuport, memberi keyakinan diri, mengajak agar siswa mampu mengatasi masalah dan mendampinginya. Motivator juga berarti berkemampuan menggerakkan siswa yang tadinya tidak s**a menjadi s**a, yang tadinya tidak mau jadi mau;

(6) Menahan diri. Ini tidak mudah, namun memang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Siswa akan senang kepada guru/dosen yang tidak mudah marah ataupun tersinggung, namun bukan berarti tidak tegas. Ketegasan justru sangat dibutuhkan guna melatih kedisiplinan siswa. Jadilah pendidik yang dihormati bukan untuk ditakuti. Menahan diri juga termasuk terhadap godaan untuk melakukan pungli, misalnya, ataupun cobaan menghadapi orangtua siswa yang tidak koperatif;

(7) Menjaga penampilan. Pendidik (entah itu guru ataupun dosen) diharapkan menjadi idola siswanya. Selain perangai dan tingkah laku, maka penampilan diri juga penting. Hal ini untuk mengajarkan dan siapa tahu menjadi kebiasaannya siswa agar selalu bersih dan rapi di setiap berbusana, rambut disisir serta tidak beraroma yang tidak mengenakkan. Ingat, tidak sedikit siswa yang meniru gurunya dalam berperilaku maupun berpenampilan, dan siswa akan senang memiliki guru/dosen seperti itu;

(8) Friendly. Ada kalanya seorang pendidik berubah fungsi sebagai seorang teman bagi siswanya. Posisi seperti ini yang paling disenangi siswa karena seperti tidak ada jarak, dalam arti siswa bisa bercerita atau berkeluh kesah apapun. Walau terkadang di awal agak ragu atau sungkan, namun sesungguhnya siswa sangat mengharapkan agar guru mau menjadi pendengar yang baik di setiap persoalannya (entah persoalan di sekolah ataupun di rumah). Untuk itu, bersikaplah ramah dan berempati.

Inilah kompetensi diri yang mendasar dari seorang pendidik yang sangat disenangi siswanya. Siswa atau mahasiswa tidak membutuhkan pendidik yang cerdas, berprestasi dan memiliki materi berlebih. Mereka hanya ingin agar pendidik mau mengerti terhadap apa yang mereka alami dan rasakan, sedikit empati dan perhatian, maka pendidik tersebut akan menjadi guru/dosen paling favorit di antara pendidik yang lainnya.

Dan..., penghargaan terbesar bagi seorang pendidik bukanlah karena bergaji besar, mendapat trophy sebagai juara guru teladan, mendapat piagam untuk segala prestasi... Penghargaan tertinggi itu jika siswa merasa senang karena keberadaannya dan bersikap hormat terhadap dirinya, terlebih jika siswanya dapat berhasil kelak dalam hidup dan kehidupannya. Salam hormat bagi Pendidik Indonesia. Selamat Hari Guru. (Awib)

RUANG KELAS BUKAN SEL PENJARATahukah bahwa salah satu yang membuat kita jenuh berada di dalam kelas karena suasana kelas...
24/11/2020

RUANG KELAS BUKAN SEL PENJARA

Tahukah bahwa salah satu yang membuat kita jenuh berada di dalam kelas karena suasana kelas, salah satunya format duduk yang monoton menghadap ke depan bersaf.

Sesuatu yang diulang-ulang secara statis memang cenderung menjadi hafalan namun mudah menjadi bosan, otak menjadi tidak kreatif. Hindari rutinitas dan cobalah hal baru, karena indera kita butuh penyegaran.

Lakukan perubahan kreatif sesuai kesepakatan antar warga kelas. Anda bisa merubah formasi duduk dengan kursi secara melingkar, setengah lingkaran, leter U, bisa p**a mengelilingi meja, atau bahkan lesehan saja (out class lebih asyik).

Format apa yang dipilih sebaiknya atas kesepakatan bersama. Jika saling berbeda, masing-masing berhak memberi alasan logisnya. Jika belum ketemu mufakat, maka pilih suarabterbanyak.

Sekalian belajar berdemokrasi mengikuti keputusan suara mayoritas, namun tetap menghargai suara minoritas. Selamat mencoba... (Awib)

MENJAGA HARAPAN DAN KENYATAANApa yang bisa didapat dari sebuah kegaduhan--entah itu dalam perilaku (tindakan), ucapan ma...
24/11/2020

MENJAGA HARAPAN DAN KENYATAAN

Apa yang bisa didapat dari sebuah kegaduhan--entah itu dalam perilaku (tindakan), ucapan maupun tulisan? Sesuatu yang buruk kecenderungannya menghasilkan sesuatu yang negatif. Pribahasanya, "siapa menabur angin akan menuai badai".

Ini salah satu kasus nyata di kalangan kita (termasuk saya). Hal-hal yang sudah diyakini salah dan buruk, mengapa tetap dilakukan? Banyak alasan pembenar yang kemudian diberikan. Bisa karena jengkel (tidak bisa menahan emosi), ingin membalas agar orang tersebut juga merasakan; ketidaktahuan jika itu buruk, dan tidak tahu jika berdampak buruk;

Sementara terkadang kita tidak bisa menangkap sebuah inspirasi dari sebuah sikap ataupun kejadian yang positif. Selalu beranggapan, "ah biasa saja", tidak ingin dianggap sebagai peniru, malas untuk mencoba, nanti saja, tidak ada waktu, dan sebagainya.

Jadi memang inilah tantangan setiap orang untuk berbuat baik. Sudah menjadi kesan umum jika berbuat baik atau positif itu akan kalah eksis ketimbang berbuat yang konyol, kontroversi, atau gila beneran. Semakin konyol akan semakin mengundang kontroversi dan itu artinya semakin "terkenal".

Pada faktanya memang tidak banyak media yang menyorot sebuah kebaikan ataupun mengajar kebaikan. Bad news is a good news, masih ingat kan? Konsep ini dengan sangat mudah dicerna orang yang ingin tampil eksis. Perilaku baik hanya dijadikan sebagai pencitraan dan itu dilakukan sekai-kali saja.

Kisah pengeroyokan 3 orang wanita terhadap seorang temannya, misalnya, menjadi konsumsi gurih bagi media, ketimbang kisah seorang anak yang membanting tulang membantu ibunya yang sakit. Respon masyarakat terhadap hal yang baik dan buruk pun menjadi terkesan aneh.

Seorang maling yang dihajar massa akan menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat, bahkan ikutan memukuli atau malah merekam kejadian penyiksaan itu. Sementara orang yang menggagalkan aksi si maling hanya didiamkan tidak mendapat apresiasi sama sekali (syukur gak ikut dihajar).

Setelah saya pikir-pikir, jangan-jangan memang kita lebih menyukai/melihat sebuah kemalangan daripada kebaikan? Lebih s**a melihat yang salah-salah ketimbang yang benar? Tertarik pada yang aneh-aneh ketimbang yang normal? Dan pada akhirnya memilih yang dilarang ketimbang yang dibolehkan.

Padahal teorinya adalah sebaliknya. Pelajaran di sekolah atau di pesantren adalah, "berbuat baik lah dan hindari perilaku buruk". Sebagai orang yang s**a berkumpul dan melakukan belajar bersama, terkadang saya juga merasa khawatir. Jangan-jangan apa yang saya sampaikan kepada teman-teman (anak-anak muda) agar selalu menulis sesuatu yang baik, juga dianggap hanya teori saja?

Ada seorang mahasiswa yang mengatakan, "Saat saya menulis yang baik-baik di media online (seperti motivasi, dll), hanya sedikit yang merespon. Namun saat saya membuat sebuah gosip, maka banyak sekali yang ngelike dan komentar..."

Sebuah kebaikan memang tidak menghasilkan dalam waktu seketika, bahkan terkadang tidak terlihat, karena hasil itu dibawa oleh orang yang mengetahui dan terinspirasi, dalam bentuk perilaku positif yang dilakukannya kepada orang yang lain lagi.

Sekadar ingin eksis dan mendapat perhatian orang lain itu mudah, ambil saja batu lalu lempar rumah orang, maka kamu akan mendapat perhatiannya. Namun tujuanmu untuk menanyakan alamat menjadi tidak terwujud, sementara orang lain sudah merugi dari sikapmu itu.

Lantas bagaimana agar antara harapan dengan kenyataan bisa seiring sejalan? Pertanyaannya, siapakah yang akan menentukan bahwa sebuah harapan harus begini sementara sebuah kenyataan harus begitu? Jika keinginannya harus seiring dan sejalan, maka hati nurani kita sendiri yang akan menentukannya.

Rawat dan jaga "hati nurani" itu meski kadang kita tahu tidak sesuai dengan kenyataan. Itulah idealisme dan independensi seorang penulis. Istilahnya, "Tidak peduli langit runtuh, kebaikan harus ditegakkan... Kenyataan harus sama dengan harapan!" (Awib)

Address

Jalan Dewi Sartika No. 9, Sagan
Yogyakarta City

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Swara Kampus posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Swara Kampus:

Share

Nearby media companies


Other Broadcasting & media production in Yogyakarta City

Show All