Richs - Colouring History Images

Richs - Colouring History Images Bercerita seputar sejarah serta tokoh Indonesia dan coloring foto² bersejarah

Tiga Perempuan Pejuang Emansipasi Wanita Kardinah ❤️ Kartini ❤️ Roekmini ❤️
29/07/2023

Tiga Perempuan Pejuang Emansipasi Wanita
Kardinah ❤️ Kartini ❤️ Roekmini ❤️

Tiga putri Nusantara pejuang emansipasi wanita.Siapakah mereka?
28/07/2023

Tiga putri Nusantara pejuang emansipasi wanita.
Siapakah mereka?

24/12/2022

Tonton, ikuti, dan temukan lebih banyak konten yang sedang tren.

23/12/2022

Kemarin sempat kaget saat melihat video di TikTok, ada anak sekolah tidak mengenali foto Presiden pertama Indonesia Soekarno "B**g Karno" 🙄🤔😔

** PANGERAN ANTASARI ** (bagian ke-2)Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap ...
06/08/2022

** PANGERAN ANTASARI ** (bagian ke-2)

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap pada pendiriannya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.

“ ...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)... ”

Setelah Sultan Hidayatullah II ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan p**a oleh Pangeran Antasari. Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan melawan penjajah di wilayah Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah,
dimulai dengan seruan:

“ Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah!"

Seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama, dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.
Beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) di hadapan para kepala suku Dayak dan adipati penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas, dan Kahayan, yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

Dalam peperangan, Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda, pada tanggal 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat di tengah-tengah pas**annya, di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 53 tahun.
Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.
Beliau dimakamkan di daerah hulu sungai Barito.

Perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Muhammad Seman.
Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:
* Pangeran Antasari dengan anak-anaknya
* Demang Lehman
* Amin Oellah
* Soero Patty dengan anak-anaknya
* Kiai Djaya Lalana
* Goesti Kassan dengan anak-anaknya.

Setelah selama lebih kurang 91 tahun, atas keinginan Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar, Kelurahan Surgi M***i, Banjarmasin.

Sepanjang perlawanannya, Pangeran Antasari berpesan pada pengikutnya:
“Jangan Becakut papadaan, haram menyarah waja sampai kaputing.”
Pesan itu menjadi jargon perlawanannya terhadap Belanda.
Maknanya adalah: “Jangan kalian bermusuh-musuhan, berkelahi (dengan) sesama saudara (seagama maupun sebangsa, konteknya Dayak dan Banjar), haram (atau pantang) menyerah hinga tetesan darah penghabisan.”
Saat ini, frase "waja sampai kaputing" menjadi moto provinsi Kalimantan Selatan
Pangeran Antasari dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968.
Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan Pangeran Antasari kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000.



Sumber foto & histori: Google





Kisah Sultan Hidayatullah II 👇
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=144710784720508&id=100075447624163

Kisah Demang Lehman 👇
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=137237792134474&id=100075447624163

** PANGERAN ANTASARI ** (bagian ke-1)Lahir: 1809 (1797?) di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar. Meninggal: 11 Oktober 1862 di...
06/08/2022

** PANGERAN ANTASARI ** (bagian ke-1)

Lahir: 1809 (1797?) di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar.
Meninggal: 11 Oktober 1862 di Bayan Begok, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Hindia Belanda, (pada usia 53 tahun).
Gelar: Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
Sebutan: Pangeran Antassarie atau Gusti Inu Kartapati

Berkuasa: 14 Maret 1862 - 11 Oktober 1862
Pendahulu: Sultan Hidayatullah Khalilullah
Penerus: Sultan Muhammad Seman
Wangsa: Dinasti Banjarmasin
Ayah: Pangeran Mas'ud/Masohut bin Pangeran Amir
Ibu: Gusti Khadijah binti Sultan Sulaiman
Permaisuri
1. Ratu Antasari (Ratoe Idjah) binti Sultan Adam
2. Nyai Fatimah (adik Tumenggung Surapati)

Pangeran Antasari merupakan cucu Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah putra Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785, karena diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata, yang didukung oleh pemerintah Hindia Belanda dan memaklumkan dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II.
Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri. Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang lebih dikenal dengan nama Ratu Sultan Abdul Rahman karena menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam tetapi meninggal lebih dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.
Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai, dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun Kaharingan.

Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara 'Oranje Nassau'milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dikomandoi Pangeran Antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar, dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
Ia pun menggempur musuh di tambang batubara Pengaron dan Belanda takluk di Gunung Jabuk. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Perang Belanda.
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pas**an Pangeran Antasari dengan pas**an Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pas**an Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pas**an Pangeran Antasari. Akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.
(bersambung)

Sumber foto & narasi: Google




Romantisme.. B**g Karno & Naoko Nemoto ❤️
30/05/2022

Romantisme.. B**g Karno & Naoko Nemoto ❤️

Video zaman dulu, momen romantis Soekarno dan Ibu Negara yang berasal dari Jepang, yaitu Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) *******...

**SULTAN HIDAYATULLAH II** (Bagian ke-3)PENANGKAPAN SULTAN DENGAN AKAL LICIK>> Tanggal 30 Desember 1861 Residen G.M. Ver...
16/04/2022

**SULTAN HIDAYATULLAH II** (Bagian ke-3)
PENANGKAPAN SULTAN DENGAN AKAL LICIK

>> Tanggal 30 Desember 1861 Residen G.M. Verspyck tiba di Martapura dan perundingan dengan Demang Lehman dilangsungkan, dalam upaya menghadirkan Sultan Hidayatullah. Residen berjanji bahwa Sultan Hidayatullah boleh tinggal dengan keluarganya di Martapura selama perundingan berlangsung dan jikalau perundingan gagal, Sultan Hidayatullah boleh kembali ke pusat pertahanannya dalam tempo sepuluh hari dengan aman

>> Tanggal 3 Januari 1862 Demang Lehman kembali berangkat mencari Pangeran Hidayat menuju Muara Pahu di daerah antara Riam Kanan dan Riam Kiwa.

>> Pada tanggal 14 Januari 1862 Demang Lehman bertemu dengan Pangeran Hidayat di Muara Pahu. Demang Lehman menyampaikan surat Residen dan surat Regent Martapura Pangeran Jaya Pamenang.
Dalam perjanjian itu, Ratu Siti ibu Pangeran Hidayat dijemput dari tempatnya di Pahu Sungai Pinang, begitu p**a keluarga Sultan Hidayatullah yang masih menetap di Tamunih.

>> Pada 22 Januari 1862, rombongan Pangeran Hidayatullah berangkat dari Muara Pahu dengan rakit dan perahu, melewati Mangapan dan 3 hari kemudian sampai di Awang Bangkal.

>> Tanggal 28 Januari 1862 tiba di Martapura. Rombongan ini disambut rakyat dengan s**a hati. Rombongan langsung menuju tempat Regent Martapura Pangeran Jaya Pemenang yang masih hubungan paman dari Sultan Hidayatullah.
(Regent Martapura adalah jabatan yang dibentuk Hindia Belanda pasca penghapusan Kesultanan Banjar, kemudian Regent Martapura dihapus pada tahun 1884.)

>> Tanggal 30 Januari 1862, perundingan dilangsungkan, dimulai pada jam 10.30 pagi.

Pihak Belanda terdiri dari 👇
• Letkol Residen G.M. Verspijck
• Mayor C.F. Koch, Assisten Residen di Martapura
• Lettu Johannes Jacobus Wilhelmus Eliza Verstege, Controleur afdeeling Kuin
• Lettu A.H. Schadevan, ajudan Koch
• Pangeran Jaya Pemanang, Regent Martapura
• Kiai Jamidin, Kepala Distrik Martapura
• Kiai Patih Jamidin, Kepala Distrik Riam Kanan
• Haji Isa
• Tumenggung Jaya Leksana

Pihak Pangeran Hidayatullah terdiri dari 23 orang diantaranya adalah 👇
• Pangeran/Sultan Hidayatullah II
• Kiai Demang Lehman
• Pangeran Sasra Kasuma, anak Pangeran Hidayat
• Pangeran Saleh, anak Pangeran Hidayat
• Pangeran Abdul Rahman, anak Pangeran Hidayat
• Pangeran Kasuma Indra (suami Ratu Kasuma Indra binti Pangeran Hidayat), putera Pangeran Kasir bin Sultan Sulaiman
• Gusti Isa bergelar Pangeran Mohhamad Ali Bassa (suami Ratu Saleha binti Pangeran Hidayatullah) - putera Goesti Sopie.
• Raden Tuyong dengan gelar Pangeran Jaya Kasuma (suami Ratu Rampit/Ratu Jaya Kasuma), ipar Pangeran Hidayat
• Gusti Muhammad Tarip

>> Dalam situasi dan kondisi yang terjepit, Pangeran Hidayat terpaksa menandatangani Surat Pemberitahuan yang ditujukan kepada rakyat Banjar, yang sudah disiapkan Belanda sebelumnya. Surat Pemberitahuan itu ditandatangani Pangeran Hidayat dengan cap Pangeran tertanggal 31 Januari 1862.

Surat Pemberitahuan itu selengkapnya berbunyi 👇
1. Surat ini tidak berisikan perintah, karena saya telah meletakkan dengan s**arela hak itu. (hak sebagai Mangkubumi).
2. Karena mendengarkan nasihat yang salah, saudara-saudara memberontak terhadap pemerintah Belanda, saudara menempuh jalan yang salah.
3. Saudara telah melihat bahwa Pemerintah Belanda lebih kuat dari kita, bahwa ia tidak hanya mementingkan kemakmuran rakyat yang baik, tapi juga bersikap lembut dan satria terhadap musuh-musuhnya.
4. Kepada rakyat Banjar saya mohon supaya menghentikan segala permusuhan, saudara-saudara yang masih melawan kembalilah ke rumah saudara-saudara dan carilah mata pencaharian yang damai dan jujur, sehingga drama pembunuhan dan permusuhan dapat dihentikan.
5. Letakkan senjata saudara, mohonkan ampun dengan sungguh-sungguh dan saya yakin bahwa Pemerintah Belanda akan memberinya dengan jiwa besar.
6. Jangan sekali-kali mendengarkan perintah pemimpin-pemimpin yang terus berkeras meneruskan peperangan, baik perintah dari Pangeran Antasari, Pangeran Aminullah dan orang jahat lainnya.
7. Saya mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengerti kepentingan saudara-saudara, dan kepentingan mereka sendiri dan saudara-saudara untuk keselamatan saudara-saudara sendiri dan demi kecintaan kepada saya, berkewajiban untuk menangkapi dan menyerahkan pemimpin rakyat yang jahat itu kepada Gubernurmen.
8. Saya sendiri memberi saudara contoh penyerahan diri itu, saudara-saudara melihat bagaimana yang saya dapatkan.
9. Saya sudah mencoba supaya mereka yang masih melawan mau menyerah.
10. Semakin cepat bekas-bekas perang yang mencelakakan ini dapat dihilangkan, semakin cepat saudara-saudara mendapatkan pengampunan dari Allah Yang Maha Tinggi untuk bencana yang selama lebih dua tahun melanda penduduk Banjar.
11. Allah Yang Maha Tinggi dan arwah-arwah nenek moyang (raja-raja) dan kuburnya akan mengutuk kalian, terutama pemimpin-pemimpin rakyat yang masih melawan, apabila permintaan saya yang terakhir ini tidak dipenuhi.

>> Pangeran sangat terperanjat dengan ucapan Verspijck yang bertindak sebagai Wakil Tertinggi dari Pemerintah Belanda di daerah Selatan dan Timur Borneo dan dia berwenang memberi pengampunan dan melupakan apa yang terjadi pada masa lampau dengan syarat bahwa Pangeran Hidayat harus berangkat ke Batavia dalam tempo 8 hari. Pangeran diperkenankan membawa keluarga dan sebelum berangkat harus menyebarluaskan Surat Pemberitahuan yang sudah dibubuhi cap dan tanda tangan Sultan Hidayatullah II. Ketika beliau mengajukan keberatan atas kepergian ke p**au Jawa tersebut, Residen menjawab bahwa Sultan Hidayatullah perlu menikmati istirahat.

>> Demang Lehman merasa tertipu dan sangat kecewa terhadap sikap Belanda. Demang Lehman berusaha mengajak Mukti dan Pangeran Penghulu untuk memohon kepada Residen agar keputusan pemberangkatan Pangeran Hidayat dibatalkan, yang tentu saja ditolak oleh Belanda.
>> Demang Lehman berusaha untuk menggagalkan keberangkatan rombongan Pangeran pada pagi hari tanggal 3 Februari 1862, Demang Lehman telah siap dengan pas**annya, perahu yang membawa Pangeran dibelokkan ke rakit batang pohon pada rumah yang dulu pernah dijadikan tempat tinggal Demang Lehman, dan disambut dengan gegap gempita oleh rakyat, Sultan Hidayatullah terus dilarikan.
Belanda tidak dapat bertindak apa-apa.

>> Pada tanggal 4 Februari 1862, setelah Pangeran dilarikan ke luar kampung Pasayangan, Residen mengerahkan kekuatannya untuk menangkap Pangeran. Seluruh kampung Pasayangan sampai kampung Kertak Baru dibakar Belanda. Masjid Martapura yang indah yang dibangun lebih dari 140 tahun yang lalu digempur dan dibakar Belanda.

>> Upaya penangkapan Pangeran dilakukan, dengan ditahannya Ratu Siti, Ibu Sultan Hidayatullah. Pihak Belanda menulis surat atas nama Ratu Siti kepada Sultan, agar mengunjungi dia sebelum dihukum gantung oleh Pihak Belanda. Surat tersebut tertera cap Ratu Siti…, padahal semua itu hanya rekayasa & tipuan tanpa pernah Ratu Siti membuat surat tersebut. Ketika bertemu dengan Ibu Ratu Siti ditangkaplah Sultan Hidayatullah.

>> Tanggal 2 Maret 1862 Sultan Hidayatullah diangkut dengan kapal Van OS.

>> Tanggal 3 Maret 1862, berangkat dari Martapura dan terus merapat ke kapal Bali untuk selanjutnya diangkut ke Batavia.

>> Penangkapan beliau dilukiskan pihak Belanda, sbb:
“ Pada tanggal 3 Maret 1862 diberangkatkan ke Pulau Jawa dengan kapal perang ‘Sri Baginda Maharaja Bali’ seorang Raja dalam keadaan sial yang dirasakannya menghujat dalam, menusuk kalbu karena terjerat tipu daya. Seorang Raja yang pantas dikasihani daripada dibenci dan dibalas dendam, karena dia telah terperosok menjadi korban fitnah dan kelicikan yang keji setelah selama tiga tahun menentang kekuasaan kita (Hindia Belanda) dengan perang yang berkat kewibawaanya berlangsung gigih, tegar dan dahsyat mengerikan. Dialah Mangkubumi Kesultanan Banjarmasin yang oleh rakyat dalam keadaan huru-hara dinobatkan menjadi Raja Kesultanan yang sekarang telah dihapuskan (oleh kerajaan Hindia Belanda), bahkan dia sendiri dinyatakan sebagai seorang buronan dengan harga f 10.000,- atas kepalanya.
Hanya karena keberanian, keuletan angkatan darat dan laut (Hindia Belanda) dia berhasil dipojokan dan terpaksa tunduk.
Itulah dia yang namanya :
Pangeran Hidajat Oellah
Anak resmi Sultan muda Abdul Rachman dst, dst, dst…..

( Buku Expedities tegen de versteking van Pangeran Antasarie, gelegen aan de Montallatrivier. Karya J.M.C.E Ke Rute halaman 10).

>> Sultan Hidayatullah II dibuang ke kota Cianjur Jawa Barat, disertai sejumlah keluarga besar kerajaan yang terdiri dari: seorang permaisuri Ratu Mas Bandara, sejumlah anak kandung dari permaisuri, menantu-menantu, saudara-saudara sebapak, ipar-ipar, ibu Pangeran sendiri, panakawan-panakawan beserta isteri dan anak buahnya, budak laki-laki dan perempuan, semua berjumlah 64 orang (sumber lain: 40 orang)

>> Di Cianjur Jawa Barat, Pangeran Hidayatullah ditempatkan di Tangsi Militer Belanda di Desa Sawah Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
“Kemudian baru beliau bermukin di Kampung Banjar, Cianjur.
>> Selama berada di daerah pengasingan, Pangeran Hidayatullah aktif menyebarkan ilmu agama islam. Sehingga oleh masyarakat Cianjur dan sekitarnya saat itu, Pangeran Hidayatullah dikenal dengan sebutan Ulama Besar Berjubah Kuning, karena saat Pangeran Hidayatullah ke Masjid Agung maupun saat berdakwah, hampir selalu menggunakan pakaian jubah berwarna kuning.

>> Ada beberapa pesantren di Cianjur yang berdiri di masa beliau dan tetap eksis hingga saat ini. Di Cianjur, Pangeran Hidayatullah berperan dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.

>> Setelah tinggal di pengasingan selama kurang lebih 42 tahun, Pangeran Hidayatullah wafat pada 24 November 1904 dalam usia 82 tahun dan dimakamkan ditempat pengasingan.

>> Berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara, pada tahun 1999 pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan kepadanya Bintang Mahaputera Utama.

>>Berbeda dengan Pangeran Antasari yang sudah berstatus sebagai Pahlawan Nasional, justru Pangeran Hidayatullah sebagai tokoh sentral dalam Perang Banjar belum diakui statusnya.

>> Pengajuan gelar pahlawan nasional untuk Pangeran Hidayatullah pada tahun 1991 sempat ditolak karena dianggap menyerah kepada Kekuasaan Kolonial Belanda.
Diajukan kembali pada tahun 2020..namun belum ada tindak lanjut dikarenakan pandemi covid 19.
(Dalam catatan Belanda, seperti dalam buku Der Bandjermasinsche Krijg Van 1859-1863 yang ditulis Willem Adriaan Van Rees, Pangeran Hidayatullah disebut sebagai Hoofd Opstandeling yang berarti Kepala Pemberontak).

Sumber: Google



** SULTAN HIDAYATULLAH II ** (Bagian ke-2)PEMIMPIN PERANG BANJAR>> Pada Februari 1859, langkah Pangeran Hidayatullah seb...
08/04/2022

** SULTAN HIDAYATULLAH II ** (Bagian ke-2)
PEMIMPIN PERANG BANJAR

>> Pada Februari 1859, langkah Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti Sultan Adam menjadi lebih terbuka. Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri almarhum Sultan Adam) beserta puteri-puterinya, telah menyerahkan Surat Wasiat Sultan Adam bertanggal 12 bulan Shafar 1259 Hijriyah/1853 Masehi, kepada Pangeran Hidayat, bahwa kesultanan Banjar diserahkan kepadanya.

>> Pada 18 April 1859 terjadi penyerangan terhadap tambang batu bara Oranje Nassau milik Hindia Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari, Pembekal Ali Akbar, Mantri Temeng Yuda Panakawan atas persetujuan Pangeran Hidayatulah .

>> Pada 25 Juni 1859, Hindia Belanda melalui Kolonel A.J. Andresen memakzulkan Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar untuk memulihkan keadaan, dengan siasat menempatkan Sultan Hidayatullah sebagai Sultan Banjar, karena Belanda menilai penyerangan tambang batubara mereka berkaitan dengan kekuasaan di Kesultanan Banjar. Sultan Hidayatulllah dinilai sebagai tokoh penting dalam penyerbuan ke tambang batubara Pengaron, sehingga harus dijinakkan dengan menempatkan Sultan pada posisinya sesuai surat wasiat Sultan Adam. Akan tetapi pengangkatan oleh Belanda ini ditolak mentah-mentah oleh Pangeran Hidayatullah yang didukung oleh seluruh Bangsawan maupun rakyatnya.

>> Peristiwa diasingkannya Pangeran Prabu Anom (paman Sultan Hidayatullah II) dan pengasingan Pangeran Tamjidillah membuat geram Sultan Hidayatullah dan bangsawan lainnya, serta campur tangan Belanda dalam pengangkatan Sultan Banjar berkaitan status Kesultanan Banjar yang menjadi tanah pinjaman (daerah protektorat) dari VOC-Belanda sejak 13 Agustus 1787 pada masa Tahmidullah II.

>> September 1859, Pangeran Hidayatullah II dinobatkan oleh para panglima sebagai Sultan Banjar (bergelar Sultan Hidajat Oellah Khalilullah) dan sebagai mangkubumi adalah Pangeran Wira Kasuma (adik tiri), putera Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman dengan Nyai Alimah.

>>Selanjutnya Pangeran Hidayat menyusun kekuatan.

>> Tanggal 5 Februari 1860 Belanda mengumumkan bahwa jabatan Mangkubumi ditiadakan.

>> Tanggal 11 Juni 1860, Residen I.N. Nieuwen Huyzen mengumumkan penghapusan Kesultanan Banjar.

>> Pada 10 Desember 1860, Pangeran Hidayatullah melantik Gamar dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda untuk mengadakan perang Sabil terhadap Belanda.

>> Bulan Juni 1861 Sultan Hidayatullah menyingkir ke Gunung Pamaton (Kabupaten Banjar), dan disambut dengan semangat oleh rakyat Gunung Pamaton. Kemudian rakyat membuat benteng pertahanan sebagai usaha mencegah serangan Belanda yang akan menangkap beliau.

>> Sementara itu Sultan Hidayatullah berunding dengan Mukti di Martapura. Perundingan pertama diadakan di Kalampayan dan yang kedua di kampung Dalam Pagar. Dalam perundingan itu disepakati rencana akan melakukan serangan umum terhadap kota Martapura. Para penghulu dan alim ulama akan mengerahkan seluruh rakyat melakukan jihad perang dan mengusir Belanda dari bumi Banjar.

>> Serangan umum ini direncanakan dilakukan pada tanggal 20 Juni 1861, tetapi rencana itu bocor ke tangan Belanda. Oleh karena itu sebelum tanggal 20 Juni Belanda secara tiba-tiba menyerang benteng Gunung Pamaton tempat pertahanan Sultan Hidayatullah. Serangan Belanda itu dapat digagalkan dengan banyak membawa korban di pihak Belanda.

>> Sementara itu di kampung Kiram, tidak jauh dari Gunung Pamaton dan di daerah Banyu Irang, Pambakal Intal dan pas**an Tumenggung Gumar telah berhasil menghancurkan kekuatan Kopral Neyeelie. Mayat-mayat pas**an Belanda ini dihanyutkan di sungai Pasiraman. Pambakal Intal berhasil menguasai senjata serdadu Belanda ini.

>> Untuk menghadapi serangan umum terhadap Martapura ini Assisten Residen Mayor Koch yang merangkap menjadi Panglima di daerah Martapura meminta bantuan kepada Residen Gustave Verspijck di Banjarmasin. Residen segera mengirimkan bantuan dengan mengirimkan kapal perang Van Os yang mengangkut meriam dan perlengkapan perang lainnya. Serangan selanjutnya dilakukan oleh Mayor Koch secara besar-besaran terhadap benteng Gunung Pamaton, mendahului rencana serangan umum terhadap Martapura oleh rakyat yang bocor ke pihak Belanda. Rakyat seluruh daerah Martapura dan sekitarnya bangkit melakukan serangan sehingga hampir di seluruh pelosok terjadi pertempuran. Pertempuran terjadi p**a di Kuala Tambangan. Tumenggung Gamar yang akan membawa pas**annya memasuki kota Martapura ternyata tidak berhasil, karena Belanda telah mempersiapkan pertahanan yang lebih kuat.
Pambakal Mail terlibat perang menghadapi serdadu Belanda di sekitar daerah Mataraman, sementara di Gunung Pamaton pertempuran terus berkobar.
Pas**an Belanda bukan saja menyerang benteng Gunung Pamaton yang belum berhasil dikuasainya, tetapi juga membakar rumah - rumah penduduk yang tidak berdosa. Membinasakan kebun-kebun dan menangkapi penduduk, sehingga penjara Martapura penuh sesak.
Dalam pertempuran di Gunung Pamaton tersebut banyak sekali jatuh korban di kedua belah pihak. Letnan Ter Dwerde dan Kopral Grimm tewas kena tombak dan tus**an keris di perutnya.

>> Serangan bulan Juni 1861 terhadap benteng Gunung Pamaton berhasil digagalkan oleh rakyat yang hanya memiliki persenjataan sederhana. Memang benteng Gunung Pamaton saat itu dipertahankan oleh pimpinan perang yang gagah berani, selain Sultan Hidayatullah terdapat p**a Demang Lehman, Tumenggung Gamar, Raksapati, Kiai Puspa Yuda Negara. Selain itu terdapat p**a pahlawan wanita Kiai Cakrawati yang selalu menunggang kuda yang sebelumnya ikut mempertahankan Benteng Gunung Madang, dan saat itu ikut mempertahankan Benteng Gunung Pamaton.

>> Bulan Agustus 1861 Mayor Koch sekali lagi mengerahkan pas**annya menyerbu Gunung Pamaton. Sebelum serangan dilakukan. Mayor Koch menghancurkan semua ladang dan lumbung padi rakyat, dengan harapan menghancurkan persediaan bahan makanan, juga menghancurkan hutan-hutan yang dapat dijadikan benteng pertahanan.

>> Mayor Koch gagal dalam usahanya untuk menangkap Sultan Hidayatullah dan pimpinan perang lainnya, karena sebelumnya benteng ini telah ditinggalkan, karena rakyat menggunakan siasat gerilya dalam usaha melawan Belanda yang memiliki persenjataan yang lebih baik. Perang gerilya adalah salah satu siasat untuk mengantisipasi musuh yang memiliki persenjataan yang lebih unggul.

(Bersambung)


Sumber: Google


** SULTAN HIDAYATULLAH II ** (bagian ke-1)SULTAN BANJAR PENENTANG PEMERINTAH HINDIA BELANDA* Nama Lahir: Gusti Andarun *...
05/04/2022

** SULTAN HIDAYATULLAH II ** (bagian ke-1)
SULTAN BANJAR PENENTANG PEMERINTAH HINDIA BELANDA

* Nama Lahir: Gusti Andarun
* Kelahiran: 1822, Martapura
" Putera ke-2 dari Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam Al-Watsiq Billah, dari Banjar.
* Ibu: Ratu Siti binti Pangeran Mangkubumi Nata, bangsawan keraton Banjar.
* Kakek-Nenek: Sultan Adam Al-Watsiq bin Sulaiman, Sultan Banjar ( 3 Juni 1825 - 1 November 1857) dan Nyai Ratu Kamala Sari
* Kakek Buyut: Sultan Sulaiman Saidullah II
* Anak: Putri Bintang, Pangeran Sasra Kasuma, Pangeran Alibasyah, Ratu Kusuma Indra, lainnya.
* Saudara kandung: Ratu Syarif Umar yang kemudian menjadi isteri Pangeran Syarif Umar dan Ratu Rampit/Ratu Jaya Kasuma yang kemudian menjadi isteri Pangeran Jaya Kasuma/Raden Tuyong.
* Walaupun cucu Sultan Kerajaan Banjar, Pangeran Hidayatullah tidak merasakan gemerlap kehidupan istana, masa kecil dan remaja selalu bersama ibunya di sebuah kampung di Martapura.
* Pendidikan yang ia terima di lingkungan Keraton Banjar antara lain adalah ilmu agama Islam dari anak-cucu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang saat itu cukup banyak menjadi alim ulama di Kesultanan Banjar.
(kelak, ilmu agama yang beliau kuasai ini akan beliau sebarkan saat beliau diasingkan di Cianjur, Jawa Barat)
* Meninggal: 24 November 1904, Kabupaten Cianjur - Jawa Barat.
Tempat pemakaman: Makam Pangeran Hidayatullah II dan Sultan Ibrahim Chaliluddin (Sultan Paser, Kaltim), Cianjur Jawa Barat.

>> Pada tanggal 5 Maret 1852, Sultan Muda Abdurrahman, ayah Pangeran Hidayatullah mangkat sebelum naik tahta dan menimbulkan krisis suksesi, terlebih sebelumnya Mangkubumi Kesultanan Banjar yakni Pangeran Mangkubumi Nata (kakak Pangeran Hidayatullah) juga meninggal dunia.
>> Pada 30 April 1856, Pangeran Hidayatullah dengan terpaksa menandatangani persetujuan pemberian konsesi tambang batu bara kepada Hindia Belanda.
>> Pada 9 Oktober 1856, Hindia Belanda mengangkat Hidayatullah sebagai Mangkubumi untuk meredam pergolakan di Kesultanan Banjar atas tersingkirnya Pangeran Hidayatullah yang didukung oleh kaum ulama dan bangsawan keraton sebagai Sultan Muda.
Pada masa menjadi mangkubumi ini, Pangeran Hidayatullah melakukan pembinaan dengan rakyat dan semua tokoh di daerah.
>> Krisis suksesi ini mencapai puncak dengan mangkatnya Sultan Adam pada 1 November 1857 karena sakit.
>> Tanpa sepengetahuan Dewan Mahkota, 2 hari setelah pemakaman Sultan Adam justru Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah yang beribu selir,; menjadi Sultan Banjar, bukan Pangeran Hidayatullah.
>> Pangeran Hidayatullah mewarisi darah biru keraton Banjar dari kedua orangtuanya (golongan tutus/purih raja), karenanya menurut adat keraton sebagai kandidat utama sebagai Sultan Banjar dibandingkan Pangeran Tamjidullah II yang berasal dari isteri selir (Nyai) yang bukan tutus (bangsawan keraton Banjar.
>> Kandidat yang lain (yang diusulkan permaisuri Sultan Adam) adalah Pangeran Prabu Anom, putera almarhum Sultan Adam dengan Nyai Ratu Kamala Sari, pangeran ini diasingkan Belanda ke Jawa dengan surat yang ditandatangani oleh Sultan Tamjidullah II sehari setelah pengangkatannya oleh Belanda menjadi Sultan Banjar, karena menurut pertimbangan Belanda, akan membahayakan apabila Pangeran Prabu Anom berada di Banjarmasin.
>> Pada 3 November 1857, pertemuan di Martapura. Strategi yang telah direncanakan oleh Pangeran Hidayatullah akan dilaksanakan secara tahap demi tahap, termasuk pembuatan strategi “Menentang Sultan Tamjidillah sama dengan menentang Belanda”. Pertemuan ini dapat dianggap sebagai indikator adanya upaya mengorganisir perlawanan rakyat Banjar yang nantinya meletuskan Perang Banjar (Bandjarse Krijg).
(Bersambung...)



13/03/2022
13/03/2022
Sebuah sejarah tertulis..
13/03/2022

Sebuah sejarah tertulis..

Tidak sering pemimpin praja wangsa Mataram Islam berkumpul dalam satu acara.

Tetapi pada acara hajad dalem pengukuhan di Pendapa Ageng Pura Mangkunagaran, Setu Pahing 9 Ruwah 1955 Jawa/12 Maret 2022 tampak duduk bersama di Pringgitan Kilen :

Kiri - Kanan
Susuhunan Pakubuwana XIII (Kasunanan Surakarta Hadiningrat) duduk di kursi roda
bersama garwa GKR Pakubuwana (tdk kelihatan difoto)

Sri Sultan Hamengkubuwana X.(Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat) duduk disebelah Presiden Jokowi, adapun duduk disebelah sultan adalah GKR Hemas

Sri Paduka Pakualam X (Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta) duduk disebelahnya adalah garwa GKBRAy Adipati Paku Alam

Ketiganya hadir dalam pengukuhan Gusti Pangeran Arya Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, adipati di Kadipaten Mangkunegaran, Surakarta (duduk di singgasana di tengah Pendapa, didampingi abdi dalem yang membawa beberapa regalia Pura Mangkunegaran, termasuk 2 pusaka keris : Kanjeng Kyai Ageng dan Kanjeng Kyai Wangkingan.

Nderek Mangayubagya.

TRIVIA
Kecuali raja Surakarta, ketiga pemimpin praja mempunyai gelar dengan angka X (sepuluh) yaitu HB X, PA X dan MN X.

Address

Yogyakarta City
55151

Telephone

+6281257576658

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Richs - Colouring History Images posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Richs - Colouring History Images:

Videos

Share

Nearby media companies


Other Digital creator in Yogyakarta City

Show All

You may also like