24/08/2020
Bu Tejo adalah potret sempurna ibu-ibu tukang gosip masa kini. Siapapun akan dibuat gemas ketika melihat tabiatnya dalam sebuah film pendek berjudul Tilik. Dalam film berdurasi 32 menit itu, Bu Tejo yang diperankan oleh Siti Fauziah menjadi tokoh utama, dan sukses memerankan sosok ibu tukang gosip yang sangat berpengaruh di lingkungannya.
Peran Siti Fauziah sampai menjadikan “Bu Tejo” dan “Film Pendek - Tilik”, menjadi trending topic di media sosial Twitter dengan lebih dari 10 ribu tweet hingga Rabu siang.
Film ini bercerita tentang perjalanan rombongan ibu-ibu dari desa yang hendak menjenguk atau dalam bahasa Jawa ‘tilik’ Bu Lurah yang sedang sakit di rumah sakit menggunakan truk. Perjalanan dari desa mereka di Dlingo, Bantul, untuk sampai ke rumah sakit di kota memakan waktu cukup lama. Dalam perjalanan itulah semua cerita yang menggemaskan itu terjadi.
Cara Bu Tejo memulai gosip sungguh epik, dia mundur selangkah dulu untuk kemudian menikam-nikam obyek gosipannya. Cara dia bergosip juga sangat halus, seolah sedang peduli dengan obyek gosipannya, padahal tujuannya untuk menjatuhkan.
Dalam film Tilik, obyek gosipan utamanya adalah Dian, yang dikabarkan dekat dengan anak laki-laki Bu Lurah, Fikri. Bu Tejo menyebarkan isu-isu tidak sedap, bahwa Dian adalah perempuan murahan yang bisa ‘dipakai’ oleh lelaki manapun.
“Kan kasihan Bu Lurah. Kalau sampai punya menantu kerjanya enggak bener kayak gitu,” kata Bu Tejo menggunakan bahasa Jawa kepada ibu-ibu lain di dalam truk.
Lantas, semua ibu-ibu di rombongan itu ikut nimbrung dalam pergosipan duniawi. Satu-satunya yang masih berpikir jernih adalah Yu Ning. Yu Ning selalu berusaha supaya Bu Tejo dan ibu-ibu lainnya tidak terjebak pada obrolan yang mengarah pada fitnah, apalagi sumbernya tidak jelas.
Tapi perkataan Yu Ning tidak dihiraukan, Bu Tejo tidak bergeming dan terus menyiram bensin ke bara sehingga gosip siang itu makin panas. Akibatnya, Bu Tejo dan Yu Ning sempat bersitegang dan adu mulut sampai-sampai truk yang membawa mereka ditilang oleh polisi lalu lintas.
Di tengah perjalanan, motif Bu Tejo menyebarkan berita-berita tidak sedap tentang Dian akhirnya terbongkar ketika Bu Tejo meberikan uang transport kepada Gotrek, sang sopir. Bu Tejo mengatakan uang itu dari bapaknya anak-anak, yang tidak lain adalah suaminya.
Melihat hal itu, Yu Ning menimpali, bahwa uang itu ada hubungannya dengan rencana suami Bu Tejo untuk mencalonkan diri menjadi lurah yang baru. Bu Tejo menjawab malu-malu, mengatakan bahwa suaminya tidak ada rencana untuk maju sebagai calon lurah.
“Tapi ya semisal, misal loh ya, kalau warga yang ingin suamiku jadi apa, lurah gitu, kayak Gotrek gini atau Yu Ning mau jadi tim sukses masa iya aku nolak. Masa aku menolak, kan enggak enak,” lanjut Bu Tejo malu-malu.
Mendengar itu, Yu Ning langsung bereaksi bahwa uang yang dikasih Bu Tejo kepada Gotrek adalah uang sogokan atau suap. Dan ternyata, Yu Ning adalah tim sukses Bu Lurah yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit.
Truk terus melaju membawa rombongan, hingga sampailah mereka di rumah sakit. Tiba di rumah sakit, ketika baru turun dari truk mereka langsung disambut oleh Dian dan Fikri. Dan ternyata, Bu Lurah belum bisa dijenguk karena masih dirawat di ICU.
Sontak semua rombongan tampak kecewa. Air muka sedih dan malu tampak di wajah Yu Ning, sebab dialah yang berinisiatif untuk menjenguk Bu Lurah di rumah sakit mengajak ibu-ibu yang lain. Yu Ning tidak mengonfirmasi lebih dulu, apakah Bu Lurah sudah bisa dijenguk atau belum.
“Jadi nyebarin kabar yang enggak jelas itu termasuk fitnah enggak ya?” kata Bu Tejo kencang-kencang menyindir Yu Ning yang sepanjang perjalanan menasihatinya dengan hal yang sama.
Di akhir film, ada adegan yang mengejutkan. Dian keluar rumah sakit dan masuk ke dalam sebuah mobil. Di dalam mobil, sudah menunggu seorang lelaki paruh baya, dia adalah ayah Fikri atau suami Bu Lurah yang sedang sakit. Dan Dian, selama ini adalah perempuan simpanan dari suami Bu Lurah, bukan kekasih Fikri.
Film ini mendapat banyak apresiasi dari warganet karena merasa sangat relevan dengan kehidupan ibu-ibu saat ini. Misalnya Hary Susanto, pemilik akun Twitter , dia mengatakan 30 menit menonton film Tilik menjadi waktu yang sangat menyenangkan.
“Mau tahu yang lebih bahaya ketimbang emak-emak naik (motor) matic? Yap, emak-emak noob internet bersatu jilidin anak tetangga di bak truk. Tilik menjadi 30 menit menyenangkan. Susah untuk enggak tersenyum ketika sutradara Wahyu Agung Prasetyo dengan cerdas main-main satir sosial bersama casting jempolan,” tulis .
Apresiasi juga datang dari pemilik akun Twitter . Salah satu yang paling dia apresiasi adalah acting Bu Tejo yang sangat memukau.
“Asli keren parah, film pendek ‘Tilik’ memotret salah satu tradisi dalam mosaik pergaulan ibu-ibu kampung, dieksekusi dengan sinematografi yang waw, long take parah, akting memukau terutama peran Bu Tejo yang outstanding, dialog powerful yang hampir semuanya bisa dijadikan meme, rekomen banget,” tulisnya.
Bu Tejo juga menjadi sorotan pemilik akun Twitter . Dia menuliskan, “Bu Tejo lammbene ra toto, bongso-bongso pemancing konfilk neng ndeso fakkk. ”. Dalam bahasa Indonesia, artinya “Bu Tejo mulutnya tidak aturan, para pemancing konflik di desa”.
Melihat respons warganet yang tidak disangka itu, sang sutradara, Wahyu Agung Prasetyo melalui akun Twitternya juga sampai ikut berkomentar.
“Teman-teman yang baik, film Tilik tentu saja hanya sebuah cerita fiksi yang tentunya hanya rekayasa di film. Jadi jangan sampai berlebihan mengekspos Bu Tejo sampai ke kehidupan nyatanya ya. Apalagi mengumbar keluarga aslinya. Gemes boleh, goblok jangan. Semoga semua memahami. Terima kasih,” tulis Wahyu Agung.
Film Tilik sebenarnya telah diproduksi pada 2018 silam, tapi baru pada 17 Agustus 2020 kemarin diunggah ke Youtube di kanal Ravacana Films. Hingga Rabu siang, film yang dibuat dengan kerja sama Dinas Kebudayaan DIY itu telah ditonton sebanyak 135 ribu kali.
Film ini juga telah menyabet tiga penghargaan, di antaranya Piala Maya Kategori Film Pendek Terpilih (2018), menjadi Official Selection di Jogja-Netpac Asian Films Festival 2018, serta Official Selection World Cinema Amsterdam 2019. [Narasi:kumparan] [Video Credit:Ravacana Films]