19/09/2024
Foto " Grub dzikir serta rambongan anak yatim yg ditemani orang tua-nya sedang makan kenduri Maulid Baginda Rasulillah SAW di Masjid Babul Mubarakah desa Kumba, Uleegle, Pidie jaya, Aceh."
Hari itu, Selasa, 17 September 2024 hari dimana kami memperingati Maulid di Kemasjidan desa Kumba dan desa Cot Gerufay.
Sudah menjadi sebuah tradisi kami orang Aceh, khususnya warga desa Kumba, diketika bulan Maulidul Rasul (12 Rabiulawal) menyapa, kami menyemarakkan, menyelenggara-kan, membuat kenduri dengan penuh khidmat-nya.
Pastinya dengan satu tujuan, mengharap-kan ridha-nya pencipta dengan berkah memperingati Maulid kekasih-nya itu, hingga boleh mendapat syafaat-nya Rasulillah di hari kelak.
Jauh hari sebelum adanya Masjid yang mulanya hendak dinamai Jabal Nur (cahaya pegunungan) didesa Kumba ini,
Diketika bulan Maulid menyapa, kami memperingati-nya di setiap dusun atau meunasah(surau)red.
Sekedar tambahan, desa Kumba untuk saat ini memiliki 5 dusun atau meunasah, diantaranya kumba jaya, kuta trieng, dusun Gle, menasah papeun, dan dusun blang reulee.
Bedanya dimasa kini, disaat Masjid sudah berdiri kokoh didesa kumba ini, permulaan kenduri Maulid dilaksanakan di Masjid terlebih dahulu, baru setelahnya nyusul di menasah atau dusun.
Secara umum, perayaan maulid di Aceh tidak dilaksanakan secara serentak.
Maulid dirayakan mulai dari 12 Rabiul Awal hingga Jumadil Akhir.
Selama 120 hari berturut-turut, masyarakat Aceh merayakan hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad secara bergiliran, mulai dari Masjid-Masjid di tingkat kecamatan hingga dusun-dusun di desa.
Walaupun musim panen belum tiba tapi acara prosesi menyambut maulid kali ini tiada terkendala.
Lima pekan sebelum diadakan acara maulid di Masjid, para tetua kampung didua desa seperti teungku imum, tuha peut, tuha lapan dan tgk keuchik serta cerdik pandai membuat rapat bersama warga untuk membentuk panitia.
Mareka panitia yg kebiasaan beranggotakan 3 orang ini tugas-nya mengolola dana administrasi untuk perayaan Maulid serta perihal lain-nya menyangkut Maulid.
Soal penggalangan dana ditanggung bersama bahu-membahu oleh warga, atau bahasa keren-nya di Aceh biasa diistilah-kan ripee atau meuripee.
Tentu dana-dana tersebut tidak sedikit,
Dengan semangat warga desa yang menggebu demi menyemarakkan Maulidin Nabi, dibarengi kekompakan para pemuda, serta tak sedikit p**a sokongan dari saudara-saudara kita yang di rantau atau saudagar-saudagar kaya kampung yang turut serta membantu menambal dimana ada dana yang kekurangan disamping dana yang telah diwajibkan.
Dua pekan sebelum hari H, diadakan rapat susulan, guna untuk membahas dana yang telah terkumpul, dan juga dibentuk panitia kecil lainnya, yang diantaranya, siapa yang bertugas jadi koki, penjamu rombongan tamu ,dan pelayanan lain sebagai-nya.
Turun temurun Ini bukanlah kali pertama diperayaan maulid di Kemasjidan Desa Kumba dan Desa Cot Gerufay ini.
Acara serupa sudah dilaksanakan puluhan tahun lalu, sejak kedua desa ini dibuka silam dan Maulid diadakan tiap tahun-nya.
Menurut salah seorang pemuka agama di Desa Kumba, Tgk Muhammad Nur(Waled), materi maulid itu memiliki ritual yang sama dari tahun ke tahun. “Tidak ada yang berubah, mulai dari zikir hingga penyediaan makanan,” ungkap pemilik Pesantren Annur Al Aziziyah itu.
Waled menjelas-kan, peringatan maulid awal-nya belum ada ketika zaman Rasullullah.
Maulid baru mulai diperingati sekitar tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriyah.
Awalnya diprakasai oleh Sultan Salahuddin Yusuf al- Ayyubi di Kairo, Mesir, Perayaan itu sengaja dibuat untuk semakin menghidupkan semangat juang ummat Islam dengan cara mempertebal keimanan dan mencintai Nabi mereka.
Masa itu, dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan dari berbagai negara dan bangsa Eropa,” katanya.
Sultan Salahuddin kemudian mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, dirayakan secara massal.
Untuk semakin memeriahkan suasana Maulid, Sultan Salahuddin yang saat itu berkuasa di Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia, melakukan berbagai sayembara berhadiah.
Ia menyuruh para ulama dan sastrawan menulis riwayat nabi beserta pujian-pujian dengan bahasa seindah mungkin.
Di antara peserta yang ikut, pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja’far Al- Barzanji.
Karyanya kemudian dibukukan dan kini dikenal sebagai Kitab Barzanji. Kitab inilah yang sampai sekarang masih menjadi panduan yang dibacakan saat zikir maulid.
Di Aceh umumnya, zikir maulid dilakukan dengan beberapa campuran bahasa, kombinasi antara Bahasa Arab dan bahasa setempat.
Semoga dengan berkah memperingati Maulid Rasulillah ini, baik panitia, atau masyarakat umum-nya yang telah sudi mengorban-kan waktu, tenaga, pikiran, harta benda dsb kiranya Allah balaskan melebihi dari segalanya.
Serta Desa Kumba dan Desa Cot Gerufay dimakmur-kan dan dijauhi marabahaya oleh Allah. Aamiin
Kumba, 13 Rabiulawal 1446 H
Selasa, 17 Sept 2024..