Imam Badarudin Sholeh

Imam Badarudin Sholeh Menjadi karakter diri Sendiri

Bismillah tahun depan bisa beli
10/11/2024

Bismillah tahun depan bisa beli

09/11/2024

Hanya sedikit ingatan ketika hujan
Dulu bersama mantan
Sekarang menjadi kenangan
Dan kedepan adalah harapan

Tidak ada yang tidak mungkin
09/11/2024

Tidak ada yang tidak mungkin

09/11/2024

Di tempat lain sudah hujan,
Di sini masih mendung saja dan panas

Semoga tahun depan giliran kalian amin
09/11/2024

Semoga tahun depan giliran kalian amin

Sarapan dulu sebelum otw ngaret
09/11/2024

Sarapan dulu sebelum otw ngaret

Kun fayakun semoga bisa segera kebeli amiin
07/11/2024

Kun fayakun semoga bisa segera kebeli amiin

Tanpa di sadari akan menjadi milikmu tahun depan
06/11/2024

Tanpa di sadari akan menjadi milikmu tahun depan

Semoga segera parkir di depan rumah mu
06/11/2024

Semoga segera parkir di depan rumah mu

Akan datang ke rumahmu tahun depan bismillah
05/11/2024

Akan datang ke rumahmu tahun depan bismillah

Semoga doa kita segera terkabulkan tahun depan
05/11/2024

Semoga doa kita segera terkabulkan tahun depan

Semoga segera parkir di rumahmu
04/11/2024

Semoga segera parkir di rumahmu

Amiin semoga doa kita terkabulkan
03/11/2024

Amiin semoga doa kita terkabulkan

Saya doakan kalian segera punya rumah sendiri amiin
30/10/2024

Saya doakan kalian segera punya rumah sendiri amiin

Di Sulawesi, tepatnya di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh pegunungan dan hutan lebat, terdapat sebuah tempat ...
29/10/2024

Di Sulawesi, tepatnya di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh pegunungan dan hutan lebat, terdapat sebuah tempat yang dikenal sebagai "Gua Malam." Gua ini telah lama menjadi sumber cerita mistis di kalangan penduduk setempat. Tidak ada yang tahu pasti seberapa dalam gua itu, dan tidak ada yang berani masuk ke dalamnya, terutama setelah matahari terbenam. Penduduk desa percaya bahwa gua itu dihuni oleh makhluk gaib yang berbahaya, yang dikenal sebagai *Penjaga Gua*.

Menurut legenda yang beredar, gua tersebut dulunya adalah tempat tinggal seorang pawang sakti yang meninggal secara misterius. Sebelum meninggal, pawang itu mengutuk gua tersebut, dan sejak saat itu, setiap orang yang masuk ke dalam gua pada malam hari tidak pernah kembali. Ada banyak laporan tentang suara tangisan dan jeritan yang terdengar dari dalam gua, terutama pada malam bulan purnama.

Suatu hari, seorang pemuda bernama Aldi, yang baru saja pindah ke desa tersebut, mendengar cerita tentang Gua Malam. Aldi, yang berasal dari kota dan tidak percaya pada hal-hal mistis, merasa bahwa cerita tersebut hanyalah takhayul yang dibesar-besarkan oleh penduduk desa. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Aldi memutuskan untuk membuktikan bahwa cerita itu tidak benar dengan memasuki gua pada malam hari.

Malam itu, Aldi membawa senter dan peralatan pendakian kecil untuk mengeksplorasi gua. Udara malam terasa dingin, dan bulan purnama bersinar terang, menerangi jalan setapak menuju Gua Malam. Meski beberapa orang desa memperingatkan Aldi untuk tidak pergi, ia tetap melanjutkan niatnya. Baginya, ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa gua itu hanyalah tempat biasa, dan cerita-cerita mistis hanyalah dongeng belaka.

Saat Aldi tiba di mulut gua, suasana terasa sangat sunyi. Udara di sekitarnya menjadi lebih dingin, dan hutan di sekitar gua tampak gelap dan tidak ramah. Namun, Aldi tidak mundur. Dengan hati-hati, ia melangkah masuk ke dalam gua, menyalakan senter untuk menerangi jalan di depannya. Dinding-dinding gua tampak lembab, dan suara tetesan air yang berjatuhan dari atap gua menciptakan gema yang mengerikan.

Semakin dalam Aldi masuk ke dalam gua, suasana semakin mencekam. Udara di dalam gua terasa berat, dan suara-suara aneh mulai terdengar dari kejauhan. Aldi berpikir bahwa itu hanyalah suara angin yang berhembus melalui celah-celah gua, tetapi suara itu semakin jelas—suara langkah kaki yang berat dan lambat.

Aldi berhenti sejenak dan memfokuskan senternya ke depan, mencoba mencari sumber suara tersebut. Namun, yang ia lihat hanyalah kegelapan di ujung lorong gua. Meskipun demikian, suara langkah kaki itu semakin mendekat. Aldi mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia memutuskan untuk kembali keluar, tetapi ketika ia berbalik, jalan yang tadi ia lalui tampak berbeda, seolah-olah gua itu berubah bentuk.

Panik, Aldi mencoba mencari jalan keluar, tetapi setiap langkahnya hanya membawanya lebih jauh ke dalam gua. Di tengah kebingungannya, terdengar suara tawa halus yang menggema di seluruh ruangan. Tawa itu terdengar seperti suara seorang wanita, tetapi ada sesuatu yang mengerikan dalam nada suaranya. "Kau seharusnya tidak di sini..." suara itu berbisik.

Tiba-tiba, senter Aldi mati, meninggalkannya dalam kegelapan total. Di tengah kegelapan, ia merasakan kehadiran sesuatu yang mendekat. Nafasnya terasa semakin berat, dan ia merasakan udara dingin yang menusuk kulitnya. Aldi mencoba menyalakan senternya kembali, tetapi tidak berhasil. Dalam kepanikannya, ia mulai berlari, meskipun ia tidak tahu ke arah mana.

Saat Aldi berlari, ia mendengar suara langkah kaki lain yang mengikuti di belakangnya, semakin cepat. Suara tawa itu kembali terdengar, kali ini lebih keras, diikuti oleh suara bisikan-bisikan yang datang dari segala arah. "Tidak ada jalan keluar... Kau milikku sekarang..."

Dalam keputusasaannya, Aldi melihat cahaya redup di kejauhan, seperti pintu keluar dari gua. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia berlari menuju cahaya tersebut, berharap itu adalah jalan keluarnya. Namun, saat ia hampir mencapai cahaya, sebuah bayangan besar muncul di depannya—sosok hitam besar dengan mata merah yang menyala, berdiri di tengah jalan keluar.

Sosok itu melayang mendekati Aldi, sementara suara tawa dan bisikan semakin keras. "Kau telah melanggar batas. Sekarang, kau tidak akan pernah keluar..."

Aldi jatuh terduduk, tubuhnya gemetar ketakutan. Sosok hitam itu semakin mendekat, dan tangan-tangannya yang panjang dan kurus terulur ke arah Aldi, seolah-olah ingin merenggut nyawanya. Aldi mencoba berteriak, tetapi suaranya terjebak di tenggorokannya. Di saat-saat terakhir, ia merasakan kegelapan menyelimutinya, dan semuanya menjadi hitam.

Keesokan paginya, penduduk desa menemukan tubuh Aldi di dekat mulut gua, tak sadarkan diri. Ketika ia akhirnya sadar, Aldi tidak bisa mengingat apa yang terjadi di dalam gua. Yang ia ingat hanyalah perasaan ketakutan yang mendalam dan suara tawa yang menghantui pikirannya. Sejak hari itu, Aldi tidak pernah lagi mendekati Gua Malam, dan cerita tentang gua tersebut semakin berkembang, menjadi peringatan bagi siapa pun yang berani menguji kebenaran legenda.

Gua Malam tetap sunyi dan penuh misteri, menunggu jiwa-jiwa baru yang cukup berani untuk masuk ke dalamnya, hanya untuk tidak pernah kembali.

Di sebuah desa terpencil di Kalimantan Barat, terdapat sebuah sungai yang dikenal dengan nama *Sungai Kapuas Hitam*. Mes...
28/10/2024

Di sebuah desa terpencil di Kalimantan Barat, terdapat sebuah sungai yang dikenal dengan nama *Sungai Kapuas Hitam*. Meski sungai ini terlihat indah dan tenang pada siang hari, penduduk setempat selalu menghindarinya setelah matahari terbenam. Sungai itu dianggap angker, dan banyak cerita menyeramkan yang beredar di sekitar desa tentang makhluk gaib yang menghuni dasar sungai tersebut.

Menurut legenda yang sudah turun-temurun, Sungai Kapuas Hitam adalah tempat tinggal roh jahat yang dikenal sebagai *Hantu Air Kapuas*. Roh ini dulunya adalah seorang pawang sungai yang tenggelam secara tragis karena kesalahan dalam mengendalikan arus saat upacara adat. Penduduk desa percaya bahwa arwahnya tidak pernah tenang, dan ia terus berkeliaran di sungai, menunggu jiwa-jiwa baru untuk diajak tenggelam bersamanya.

Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang seorang nelayan bernama Pak Darman, yang hilang secara misterius saat memancing di sungai pada malam hari. Istrinya mengatakan bahwa sebelum Pak Darman pergi, ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan air sungai. Saat bulan penuh, permukaan air tampak lebih hitam dari biasanya, dan suara-suara aneh terdengar dari dalam sungai. Pak Darman, yang tidak percaya dengan cerita mistis, tetap pergi memancing. Namun, ia tidak pernah kembali, dan tubuhnya tidak pernah ditemukan. Sejak saat itu, semakin banyak orang yang melaporkan melihat sosok misterius di pinggir sungai pada malam hari, seolah-olah menunggu korban berikutnya.

Suatu malam, seorang pemuda bernama Jaka yang baru pindah ke desa tersebut mendengar cerita tentang Hantu Air Kapuas. Jaka, yang dikenal sebagai orang yang pemberani, tidak percaya pada hal-hal mistis dan menganggap cerita itu hanya takhayul yang dibuat-buat oleh penduduk desa. Dengan rasa penasaran, Jaka memutuskan untuk membuktikan bahwa cerita tersebut tidak benar dengan pergi ke sungai pada malam hari.

Malam itu, bulan purnama bersinar terang, dan langit tanpa awan membuat suasana semakin tenang. Jaka membawa pancingnya dan berjalan menuju Sungai Kapuas Hitam. Meski penduduk desa memperingatkannya agar tidak pergi, Jaka tetap bersikeras untuk membuktikan bahwa semua cerita mistis itu hanya mitos.

Sesampainya di tepi sungai, Jaka mulai memancing dengan tenang. Namun, tak lama setelah ia melemparkan kailnya ke air, suasana mulai berubah. Udara di sekitarnya tiba-tiba menjadi lebih dingin, dan suara gemericik air sungai terdengar lebih jelas, meskipun tidak ada angin yang berhembus. Jaka merasa sedikit tidak nyaman, tetapi ia tetap melanjutkan memancing.

Tiba-tiba, air sungai yang tadinya tenang mulai bergejolak, dan muncul gelombang kecil yang tidak wajar. Jaka melihat ke permukaan air dan terkejut ketika melihat sesuatu yang bergerak di bawah air. Dari kedalaman sungai, muncul bayangan gelap yang perlahan-lahan mendekat ke tepi sungai. Jaka berpikir bahwa itu mungkin ikan besar, tetapi ketika bayangan itu semakin dekat, ia menyadari bahwa itu bukan ikan.

Dari dalam air, muncul sosok seorang wanita dengan rambut panjang yang basah dan wajah pucat. Mata wanita itu kosong, dan tangannya terulur ke arah Jaka. Sosok itu melayang di atas air, tidak menyentuh permukaan, dan tatapannya yang dingin membuat Jaka merasa tubuhnya membeku.

"Hai..." bisik suara perempuan itu, terdengar lembut tetapi menyeramkan. "Kenapa kau datang ke sini?"

Jaka merasa tubuhnya tidak bisa bergerak. Wanita itu semakin mendekat, dan air sungai mulai naik ke tepi, seolah-olah ingin menarik Jaka masuk ke dalamnya. Tangannya yang pucat hampir menyentuh wajah Jaka ketika ia tiba-tiba sadar dari keterkejutannya dan berlari menjauh dari tepi sungai. Namun, saat ia berlari, suara tawa perempuan itu menggema di udara, dan air sungai terus bergejolak di belakangnya.

Jaka berlari secepat mungkin menuju desa, dan ketika ia tiba, tubuhnya gemetar ketakutan. Penduduk desa yang mendengar jeritannya segera keluar dan mendengarkan kisahnya dengan cemas. Sejak malam itu, Jaka tidak pernah lagi berani mendekati Sungai Kapuas Hitam, dan ia memperingatkan semua orang agar tidak bermain-main dengan roh yang menghuni sungai tersebut.

Cerita tentang Hantu Air Kapuas semakin menyebar, dan penduduk desa semakin berhati-hati. Sungai itu tetap sunyi dan misterius, dengan air hitamnya yang tampak tenang di siang hari, tetapi menyimpan kegelapan di malam hari. Arwah yang menghuni sungai itu masih menunggu, mencari jiwa-jiwa yang cukup berani untuk mendekatinya di bawah sinar bulan purnama.

Di sebuah desa terpencil di Kalimantan Selatan, ada sebuah tempat yang dikenal sebagai "Hutan Kembang Hitam." Nama ini b...
27/10/2024

Di sebuah desa terpencil di Kalimantan Selatan, ada sebuah tempat yang dikenal sebagai "Hutan Kembang Hitam." Nama ini berasal dari legenda yang mengatakan bahwa di tengah hutan tersebut tumbuh bunga berwarna hitam pekat, yang hanya mekar di malam hari. Namun, bunga itu bukanlah bunga biasa—menurut penduduk setempat, bunga tersebut adalah jelmaan arwah penasaran yang terperangkap di dalam hutan.

Hutan Kembang Hitam dianggap angker oleh penduduk desa. Mereka mempercayai bahwa siapa pun yang memasuki hutan tersebut di malam hari tidak akan pernah kembali. Banyak yang melaporkan melihat bayangan-bayangan misterius dan mendengar suara-suara aneh dari dalam hutan. Lebih menakutkan lagi, ada kisah bahwa setiap kali bunga hitam itu mekar, seseorang di desa akan hilang secara misterius.

Suatu hari, seorang pria muda bernama Rian yang baru pindah ke desa tersebut mendengar cerita tentang Hutan Kembang Hitam. Seperti banyak orang yang tidak percaya pada hal-hal mistis, Rian menganggap cerita itu hanya mitos belaka. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Rian memutuskan untuk pergi ke hutan itu pada malam hari, berharap bisa melihat bunga hitam yang legendaris itu dengan matanya sendiri.

Malam itu, di bawah cahaya bulan yang redup, Rian mempersiapkan peralatannya dan berangkat menuju hutan. Jalan menuju Hutan Kembang Hitam cukup sulit, dengan pepohonan besar yang rapat dan jalan setapak yang hampir tidak terlihat. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Rian. Ia terus melangkah, yakin bahwa cerita-cerita seram tentang hutan itu hanya buatan penduduk yang ingin menakut-nakuti orang luar.

Setibanya di tepi hutan, suasana mulai berubah. Udara di sekitarnya terasa lebih dingin, dan suara alam yang biasanya riuh tiba-tiba menghilang. Yang terdengar hanyalah suara langkah kaki Rian di atas dedaunan kering. Namun, ia tetap melangkah masuk, mencoba meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja.

Saat Rian semakin dalam memasuki hutan, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Pohon-pohon di sekelilingnya tampak semakin gelap, seolah-olah cahaya bulan tidak bisa menembus dedaunan mereka. Dan kemudian, dari kejauhan, ia melihat sesuatu yang membuatnya terhenti. Di tengah kegelapan hutan, tampak cahaya samar yang berpendar dari sekelompok bunga hitam yang tumbuh di antara pepohonan. Bunga-bunga itu tampak mengeluarkan cahaya redup, namun aneh, seolah-olah menarik Rian untuk mendekat.

Dengan hati-hati, Rian melangkah mendekati bunga-bunga tersebut. Namun, saat ia semakin dekat, ia mulai mendengar suara bisikan yang aneh. Bisikan itu terdengar dari segala arah, seolah-olah hutan itu berbicara kepadanya. "Pergilah... sebelum terlambat..." kata suara itu, tetapi Rian mengabaikannya.

Ketika Rian akhirnya mencapai bunga-bunga hitam tersebut, ia terkejut melihat keindahannya yang aneh. Kelopak-kelopaknya hitam legam, hampir seperti batu obsidian, namun tampak berkilauan di bawah cahaya bulan. Namun, sebelum ia bisa menyentuhnya, sesuatu yang mengerikan terjadi.

Tanah di bawah kakinya mulai bergetar, dan dari kegelapan, muncul bayangan-bayangan yang bergerak perlahan di sekelilingnya. Bayangan itu tampak seperti sosok-sosok manusia, tetapi wajah mereka tidak jelas, seolah-olah kabur oleh kabut. Mereka melayang mendekati Rian, dan semakin dekat mereka datang, semakin keras suara bisikan itu terdengar. "Kau tidak seharusnya ada di sini..."

Rian merasa tubuhnya kaku, tidak bisa bergerak. Bayangan-bayangan itu semakin dekat, dan satu di antaranya, yang tampak lebih besar dari yang lain, melayang tepat di hadapannya. Wajah bayangan itu mulai terlihat lebih jelas—seorang wanita dengan mata kosong dan kulit pucat, mengenakan gaun panjang yang sobek-sobek. Wanita itu menatap Rian dengan tatapan kosong, dan tiba-tiba, ia tersenyum dengan senyum yang menyeramkan.

"Sekarang kau milikku," bisik wanita itu, suaranya terdengar seperti angin dingin yang berdesir di telinga Rian.

Panik, Rian mencoba melarikan diri, tetapi kakinya terasa berat, seolah-olah ditarik oleh sesuatu yang tidak terlihat. Bayangan-bayangan itu mulai melingkar di sekelilingnya, dan suara tawa mereka yang halus tetapi menyeramkan menggema di dalam hutan. Rian berteriak, mencoba melepaskan diri, tetapi seolah-olah hutan itu sendiri menahannya.

Tiba-tiba, bunga-bunga hitam di depannya mulai layu, dan cahaya yang tadi redup kini memudar. Suara bisikan itu perlahan menghilang, dan sosok-sosok bayangan itu juga menghilang satu per satu. Rian, yang kini terengah-engah ketakutan, berhasil melepaskan diri dan berlari keluar dari hutan.

Saat ia sampai di desa, penduduk melihatnya dengan tatapan heran. Wajah Rian pucat, dan ia tidak bisa menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Yang ia tahu hanyalah bahwa hutan itu bukanlah tempat biasa, dan bunga hitam itu menyimpan rahasia gelap yang seharusnya tidak diganggu.

Setelah malam itu, Rian tidak pernah kembali ke Hutan Kembang Hitam. Pengalaman mengerikan itu menjadi peringatan bagi semua orang bahwa ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan, dan terkadang, beberapa tempat memang lebih baik dibiarkan tidak tersentuh. Hutan itu tetap sunyi, menunggu jiwa-jiwa baru yang berani datang terlalu dekat pada malam purnama berikutnya.

Address

Dusun Patik Reco Desa Jatimulyo Kec Kauman
Tulungagung
66261

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Imam Badarudin Sholeh posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Imam Badarudin Sholeh:

Videos

Share

Category


Other Video Creators in Tulungagung

Show All