18/05/2024
KISAH GERILYAWAN TENTARA INDONESIA LUCUTI SENJATA MILITER BELANDA
Agresi Militer Belanda ke 1 dan 2 tahun 1947 sampai akhir 1949 nampak berhasil (awalnya) bagi militer Kompeni tersebut.
Tapi seperti diketahui, Siasat Nomor 1 Panglima Besar Jenderal Soedirman seakan dianggap enteng oleh tentara Belanda.
Dalam siasat itu para gerilyawan TNI akan melaksanakan perang gerilya skala besar dan terus menerus sampai membuat pihak penyerang frustasi hingga kemudian angkat kaki dari Ibu Pertiwi.
Kota Binjai 13 Juli 1949, seorang prajurit Belanda berlari ketakutan menuju markasnya di Binjai. Prajurit bernama Jan van Thoor itu kemudian bertemu dengan penjaga markas Belanda di Binjai, I.J.C Hermans.
Mata Hermans terbelalak ketika mengetahui van Thoor hanya mengenakan celana dalam saja dan memasang wajah ketakutan seperti habis bertemu setan.
"Seorang prajurit dalam keadaan terengah-terengah melapor pada komandan setempat di Binjai." kata Hermans.
"Sang komandan melihat dengan heran seorang prajurit Belanda yang tiba-tiba muncul di hadapannya, berpakaian hanya bercelana dalam saja," tambahnya seperti dikutip dari Gedenkboek.
Setelah melapor kepada komandannya, Thoor menceritakan apa yang terjadi.Saat itu Thoor yang merupakan anggota batalion Perbekalan militer Belanda.
Ia bersama rekan batalionnya lantas mendapat perintah menuju Desa Telagah, Langkat Hulu, Binjai.
Baru separuh jalan batalionnya disergap oleh gerilyawan TNI di Bukit Gelugur, Tanah Karo. Thoor menceritakan bagaimana kelompoknya diserbu secara mendadak oleh gerilyawan TNI.
Bahkan menurutnya para tentara Belanda tak bisa melakukan perlawanan sedikitpun dan dengan mudah dilumpuhkan.Banyak rekan Thoor yang tewas karena serangan kilat gerilyawan TNI.
Sial bagi yang masih hidup maupun terluka, perbekalan, senjata bahkan baju yang melekat dibadan mereka dirampas oleh gerilyawan TNI. Walhasil para tentara Belanda itu hanya memakai celana dalam saja untuk selanjutnya ditawan.
Thoor termasuk beruntung, ia berhasil melarikan diri dari tawanan walaupun harus berlari seperti orang sinting tanpa pakaian menuju markas untuk melaporkan penyergapan tersebut.
Menurut kutipan buku Kadet Berastagi ternyata gerilyawan TNI yang menyergap batalion tempat Thoor berdinas itu adalah pasukan TNI Kompi Mohammad Yusuf Husein dari Batalion Nip Xarim.
Patroli tentara Belanda di Binjai, Sumatera Utara.
Patroli tentara Belanda di Binjai, Sumatera Utara.
Baru separuh jalan batalionnya disergap oleh gerilyawan TNI di Bukit Gelugur, Tanah Karo.
Thoor menceritakan bagaimana kelompoknya diserbu secara mendadak oleh gerilyawan TNI. Bahkan menurutnya para tentara Belanda tak bisa melakukan perlawanan sedikitpun dan dengan mudah dilumpuhkan.
Banyak rekan Thoor yang tewas karena serangan kilat gerilyawan TNI. Sial bagi yang masih hidup maupun terluka, perbekalan, senjata bahkan baju yang melekat dibadan mereka dirampas oleh gerilyawan TNI.
Walhasil para tentara Belanda itu hanya memakai celana dalam saja untuk selanjutnya ditawan.
Thoor termasuk beruntung, ia berhasil melarikan diri dari tawanan walaupun harus berlari seperti orang sinting tanpa pakaian menuju markas untuk melaporkan penyergapan tersebut.
Menurut kutipan buku Kadet Berastagi ternyata gerilyawan TNI yang menyergap batalion tempat Thoor berdinas itu adalah pasukan TNI Kompi Mohammad Yusuf Husein dari Batalion Nip Xarim.
Berbeda dengan cerita Thoor, dikisahkan awalnya tentara Belanda melakukan perlawanan dalam penyergapan namun satu setengah jam kemudian mereka menyerah.
Tahu musuhnya menyerah, pasukan TNI segera turun ke jalan dan menelanjangi para prahurit kompeni itu sembari merampas perbekalan serta senjata mereka.
Baru saat gencatan senjata tanggal 15 Agustus 1949, sebulan sesudahnya para tawanan tentara Belanda dibebaskan oleh pihak TNI walaupun sudah ada yang meninggal karena terluka parah saat penyergapan