15/02/2023
Takengon - Reje (Kepala Desa) Kemerleng Kecamatan Linge, Musawir, melapor ke Polisi Resort (Polres) Aceh Tengah karena merasa nama baiknya tercemar atas kasus dugaan perbuatan tak senonoh dengan wanita non muhrim, di salah satu objek wisata Bur Oregon pada tanggal (9/2).
Kini, ia telah melaporkan kejadian tersebut ke Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), dengan nomor surat tanda terima laporan 24/II/2023/SPKT/Polres Aceh Tengah/Polda Aceh, tertanggal 15 Februari 2023.
Peristiwa yang dilaporkan itu adalah Pidana undang-undang nomor 1 tahun 1946 tentang KUHP Pidana Pasal 310.
Selain itu, sejumlah screenshot akun Media Sosial (Medsos) turut dilampirkan, bahkan sejumlah pemberitaan menjadi barang bukti atas pelaporan itu.
Atas kejadian ini, Musawir meminta maaf kepada seluruh masyarakat Aceh Tengah. Saat itu ia merasa dijebak, bahkan kejadian tersebut seakan telah disetting oleh sekelompok orang.
Wanita berinisial M menjadi umpan untuk memuluskan akal busuk diduga untuk meraup keuntungan, bahkan reje sendiri kenal dengan dua orang yang menangkapnya saat itu.
"Saya tidak kenal dengan wanita itu, perlu saya tekankan, saya tidak ada melakukan perbuatan apapun. Saat itu dia (wanita M) berupaya, bagaimana saya menuruti keinginannya, begitu saya turuti datang yang menggerebek," kata Musawir mengklarifikasi isu yang beredar.
Video yang beredar, kata dia, hanya menjadi alat supaya ia menuruti keinginan mereka. Tak tanggung-tanggung, kata Reje, mereka (oknum wartawan/oknum LSM) meminta Rp100 juta.
"Mereka meminta Rp100 juta pertama, setelah itu turun ke Rp50 juta, saya tidak ada uang sebanyak itu, di kantong saya hanya Rp2.500.000," kata Musawir, Rabu 15 Februari 2023.
Begitu dipergoki di dalam sebuah mobil Inova, Musawir mengaku langsung diboyong ke kantor Desa di Kebayakan, namun tak berhasil, lalu dibawa ke Kemerleng, Linge.
"Di perjalanan upaya nego-nego perdamaian terus dilontarkan, lalu saya minta untuk berhenti di Polsek Linge, saat itu saya mau minta perlindungan karena saya cuma sendiri," kata Musawir.
Ia juga heran saat dilakukan penangkapan, wanita yang bersamanya saat di gerebek tak terlihat, dalam video yang dikirim melalui Whatsapp wajah wanita tersebut juga tak terlihat.
"Saya yakin ini adalah modus untuk meraup keuntungan, sehingga saya diberi petunjuk saat itu untuk melaporkan kejadian itu ke Polres Aceh Tengah, pas menjelang malam saat itu," katanya.
Bahkan, lanjutnya, saat di perjalanan menuju ke Polres, salah satu oknum memberi informasi bahwa, kasus ini tak perlu dilapor, diselesaikan saja dengan uang Rp2.500.000 yang ada di kantong Musawir.
"Saya tidak mau, saya ingin menuju ke Polres, supaya kasus ini tuntas. Namun saat tiba di Polres, mereka satu-satu tak terlihat, dengan alasan izin ke kamar mandi. Bahkan mobil satu lagi yang mereka bawa saat penangkapan menghilang entah kemana," kata Musawir.
Lanjutnya, pada malam itu mereka sempat berkeliling di seputar Kota Takengon untuk mencari keberadaan oknum yang menangkapnya di Bur Oregon.
"Atas kasus ini kami memohon maaf, namun kami tidak rela jika dipermalukan seperti ini, harus ada yang bertanggungjawab. Kami tidak ingin kejadian serupa terulang lagi ke rekan rekan kami yang lain, bahkan warga Aceh Tengah secara umum," ujar Musawir.
Ditanya tentang wanita bersamanya saat itu, Musawir mengaku tidak kenal, bahkan ia sendiri penasaran, darimana wanita berinisial M ini membawa kontak personnya.
"Saat itu saya ingin memastikan, siapa wanita yang menghubungi via seluler. Ia naik ke mobil saya di depan RSUD Datu Beru, namun saat itu saya menolak untuk diajak jalan-jalan melainkan ngopi saja di depan RS tersebut. Namun ia terus mengarahkan saya ke Oregon, katanya di sana juga ada warung kopi," katanya.
Ia mengaku lokasi tertangkapnya tepat di bawah jalan utama Oregon. Begitu parkir di lokasi, mobil dalam kondisi hidup, saat itu ia dipaksa untuk membuka celana, namun tiba-tiba datang sejumlah orang untuk melakukan penangkapan.