DUTA santai

DUTA santai Seputar Info Menarik

11/12/2024

Kisah Dokter James Barry: Perjalanan Rahasia Sang Dokter Perempuan

James Barry adalah nama yang dikenal dalam dunia medis dan militer. Ia bukan hanya seorang dokter dengan pengalaman bertempur di seluruh dunia, tetapi juga seorang pionir dalam bidang bedah, termasuk menjadi ahli bedah pertama yang berhasil melakukan operasi caesar di Inggris pada tahun 1826. Namun, di balik prestasi gemilangnya, tersembunyi sebuah misteri yang belum terungkap hingga bertahun-tahun kemudian.

Pada tahun 1865, James Barry meninggal dunia akibat epidemi disentri yang melanda London. Saat wasiatnya dibacakan, terdapat permintaan khusus: tidak ada pemeriksaan post-mortem pada jenazahnya. Tak lama setelah itu, pembantu setianya, Sophia Bishop, yang bertugas mendandani jasad Barry sebelum dimakamkan, terkejut luar biasa. Selama ini, Barry dikenal sebagai seorang pria, namun kenyataannya, sang dokter adalah seorang perempuan.

Spekulasi segera menyebar. Beberapa orang percaya bahwa Barry mungkin merupakan perempuan pertama yang lulus dari sekolah kedokteran di Inggris. Bahkan ada yang menduga Barry mungkin seorang hermaprodit—memiliki kelamin ganda. Namun, teori lainnya menyatakan bahwa Barry mungkin pernah hamil dan melahirkan pada awal 1820-an, ketika ia menghilang dari tugas untuk beberapa waktu tanpa alasan yang jelas.

Kisah ini sempat terpendam hingga tahun 1950-an, ketika sejarawan Isobel Rae mengakses catatan militer dan menemukan bahwa James Barry ternyata bukan siapa-siapa selain Margaret Ann Bulkley, seorang perempuan asal Irlandia yang sejak kecil memiliki impian besar untuk menjadi dokter.

Margaret lahir sekitar tahun 1789 di Irlandia, dan keluarganya mengalami kesulitan finansial setelah ayahnya dipenjara. Ibu Margaret memutuskan untuk membawa anak-anaknya ke London, berharap dapat mencari pekerjaan di sana. Pada usia muda, Margaret tidak menyelesaikan pendidikannya, tetapi berkat bantuan kenalan-kenalan penting, ia mendapat kesempatan langka untuk belajar di sekolah kedokteran—dengan identitas baru sebagai James Barry.

11/12/2024
01/12/2024

Inilah kisah akhir hidup Sang Pedang Allah, Khalid bin Walid. Menjelang akhir hayatnya, sang panglima besar yang dikenal sebagai Pedang Allah yang terhunus itu terbaring lemah. Tubuhnya, yang dulu gagah di medan perang, kini penuh luka—saksi bisu perjuangannya.

Dengan suara pelan, Khalid meminta sahabat-sahabatnya mengukur tubuhnya jengkal demi jengkal. Mereka melihat, hampir setiap bagian tubuhnya memiliki bekas luka tombak, pedang, atau panah. Meski demikian, air mata mengalir di wajah Khalid.

Salah satu sahabat bertanya, “Wahai Khalid, mengapa engkau menangis? Bukankah amalmu sangat banyak?”

Dengan napas tersengal, Khalid menjawab:
“Aku ikut lebih dari 100 pertempuran. Tak satu jengkal pun tubuhku luput dari luka. Namun, lihatlah aku sekarang... Aku akan wafat di atas ranjangku, seperti unta tua.”

Pada 18 Ramadan 21 Hijriah, Khalid bin Walid wafat di usia 50 tahun. Meski tidak syahid di medan perang, hidupnya menjadi bukti perjuangan di jalan Allah.

Wallahu a'lam.

30/11/2024

inilah kisah akhir hidup sang pedang Allah Khalid bin walid menjelang akhir hidupnya Khalid bin walid sang panglima besar yang dikenal sebagai pedang Allah yang terhunus terbaring lemah tubuhnya yang dulu gagah di Medan perang kini penuh luka saksi bisu perjuangannya dengan Suara pelan Khalid meminta sahabat sahabatnya mengukur tubuhnya jengkal demi jengkal mereka melihat hampir setiap bagian tubuhnya memiliki bekas luka tombak pedang atau panah meski demikian air mata mengalir di wajahnya salah satu sahabat bertanya wahai Khalid mengapa engkau menangis bukankah amalmu sangat banyak dengan nafas tersengal Khalid menjawab Aku ikut lebih dari 100 pertempuran tak satu jengkal pun tubuhku luput dari luka namun lihatlah Aku sekarang Aku akan wafat di atas ranjangku seperti unta tua pada 18 Ramadan 21 hijriah Khalid wafat di usia 50 tahun meski tidak syahid hidupnya bukti perjuangan di Jalan Allah

30/11/2024
29/11/2024

Di abad pertengahan, Pierre, seorang pendeta Nasrani, melihat gelombang penaklukan Muslim mendekati desanya. Ia memandang Islam sebagai ancaman besar, agama yang menurutnya menyebar dengan pedang, bertentangan dengan pesan kasih Kristus. Kehilangan Yerusalem kepada kaum Muslim dirasakannya sebagai luka mendalam bagi iman mereka.

Namun, rasa penasaran tumbuh di hatinya. Pierre memutuskan mengunjungi pasar kota yang kini dikuasai Muslim. Di sana, ia menyaksikan hal tak terduga: para cendekiawan berdiskusi tentang filsafat Yunani, ilmu astronomi, dan kedokteran dengan semangat yang luar biasa. Ia bertemu seorang ulama yang menawarkannya kopi hangat dan diskusi ramah.

“Bagaimana mungkin ilmu dan kedamaian lahir dari mereka yang memaksa?” batinnya. Sang ulama tersenyum, berkata, “Kami mencari kebenaran, sama seperti Anda. Perbedaan kita bukanlah musuh, tetapi jembatan.”

Pierre kembali dengan hati yang bimbang. Islam tidak seperti yang ia bayangkan. Di tengah perbedaan, ia menyadari ada kemanusiaan dan pengabdian mendalam kepada Tuhan, yang layak dipahami lebih dalam.

Address

Jalan Raya Cidahu KM 7 Pondokkaso Tengah Cidahu Sukabumi
Sukabumi
43358

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when DUTA santai posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share


Other News & Media Websites in Sukabumi

Show All