06/11/2024
Ave Neohistorian!
Bahasa Sunda pada mulanya tidak mengenal sistem tingkatan bahasa seperti yang dikenal saat ini. Seiring dengan perkembangan Sejarah dan sosial budaya masyarakat Sunda, sistem tingkatan bahasa mulai terbentuk dan terstruktur. Hal ini dipengaruhi oleh dinamika sosial dan stratifikasi masyarakat yang memengaruhi cara berbicara seseorang berdasarkan konteks dan lawan bicara. Dalam perkembangannya, tingkatan bahasa Sunda mencakup enam lapisan utama: basa kasar (kasar), sedeng (sedang), lemes (sopan), lemes pisan (sangat sopan), kasar pisan (sangat kasar), dan basa panengah (menengah). Struktur ini mencerminkan nuansa hubungan hierarkis dan penghormatan dalam komunikasi antarmanusia di masyarakat Sunda.
Namun, setelah Kongres Bahasa Sunda 1988 di Bogor, reformasi dilakukan untuk menyederhanakan tingkatan bahasa agar lebih praktis dan adaptif dalam penggunaan sehari-hari. Hasil dari kongres tersebut adalah penyederhanaan sistem menjadi dua tingkatan utama: basa pangagung (sopan) dan basa loma (biasa). Langkah ini diambil untuk mempermudah penutur dalam memilih kosakata yang sesuai, terutama di era modern yang semakin menuntut efisiensi berbahasa.
Ayo belajar bahasa Sunda! Rasakan pengalaman dihajar karena salah memilih kosakata.
Referensi:
Kongres Bahasa Sunda. Laporan Hasil Kongres Bahasa Sunda 1988. Bogor: Panitia Kongres Bahasa Sunda, 1988.
Wahya, W., ‘Budaya Santun Melalui Penggunaan Tingkat Tutur Hormat Bahasa Sunda dengan Pemanfaatan Vokatif’, Kabuyutan