Desain Grafis Indonesia

Desain Grafis Indonesia A collaborative institution focused the archival of Indonesian graphic design. DGI was founded on March 13, 2007 by a senior graphic designer, Hanny Kardinata.

DGI (Desain Grafis Indonesia - Indonesian Graphic Design) is a collaborative organization focusing on the development of Indonesian graphic design by way of recording history, archiving artifacts, publishing knowledge, expanding discourse, granting awards, and other activities. Starting out as a hobby in record and collection, DGI now acts as a data center, studies, and media on Indonesian graphic

design. DGI has a passion in fostering understanding and mutual respect between Indonesian graphic designers in its junction with art, design, culture, and society. This understanding is mediated by publications, archives, research, and discussions on the site dgi.or.id, and hopefully can serve as a guideline for young Indonesian graphic designer in navigating its historical presedent. In line with this spirit, DGI aspires to establish Indonesian Graphic Design Museum (Museum Desain Grafis Indonesia - MDGI) to support graphic design’s learning and development process by preserving a comprehensive archive of Indonesian graphic design pieces.

Excited to be partnering with  dan ! 🤿Bersiaplah untuk menyaksikan karya desain dan tipografi yang sangat menginspirasi ...
12/09/2024

Excited to be partnering with dan ! 🤿Bersiaplah untuk menyaksikan karya desain dan tipografi yang sangat menginspirasi dan memanjakan mata!.

Save the date!!
🗓️ 12,13,14 Sept 2024
📍 Gedung Galeri ISI Surakarta Kampus 2

Jangan lewatkan kesempatan untuk terhubung dengan komunitas kreatif dan mendapatkan inspirasi dari para ahli ternama! 📸✨

Rest In PeaceIbu Monica Dewi WidjajaIstri dari Bapak Peter Natadihardja, sahabat dan penasihat DGI sejak buku Desain Gra...
14/08/2024

Rest In Peace
Ibu Monica Dewi Widjaja

Istri dari Bapak Peter Natadihardja, sahabat dan penasihat DGI sejak buku Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia (DGIDPDGD) bahkan belum dicetak,
beliau sangat berjasa dalam meluncurkan buku-buku DGI seperti Perspektif,, Serumpun Tulisan Pri S, dan yang terbaru yaitu Collected.

Sarirasa Group's 50th Anniversary Festivities Continue: Pameran Gemah RipahThe celebration of Sarirasa's 50th anniversar...
09/08/2024

Sarirasa Group's 50th Anniversary Festivities Continue: Pameran Gemah Ripah

The celebration of Sarirasa's 50th anniversary is far from over! We are excited to present "Pameran Gemah Ripah," a retrospective exhibition showcasing five decades of innovation.

This exhibition offers more than just visual displays. Highlights include:
- Panel discussions featuring esteemed speakers who will explore Sarirasa Group's journey, Indonesian gastronomy, and culture. Speakers include the 2nd, 3rd, and 4th generations of the Hadisurjo Family, Mr. Arsjad Rasjid (President of Kadin Indonesia), Mrs. Josephine Komara (Obin), Chef William Wongso, Mrs. Vinda Damayanti Ansjar, S.Si., M.Sc. (Director of Waste Reduction Division KLHK), and many more.
- Engaging sessions with various Key Opinion Leaders (KOLs) at our booths and installations.
- A performance of Wayang Cina Jawa.
- A nostalgic revisit of Pergelaran Semesta Rasa with
- The launch of Komik Pandawa
- ⁠Special guide on every installations every day by KOLs and Public Figures
- And much more!

Join us to celebrate on:
🗓️ August 9-11, 2024
📍 Main Atrium Senayan City

This exhibition is open to the public, and we warmly invite everyone to witness and celebrate our 50-year journey.

hahtag

1920-an s.d. 1960-anSurealismePada 1919, psikoanalis Sigmund Freud (1856–1939), mendefinisikan konsepsi mengenai ‘the un...
02/08/2024

1920-an s.d. 1960-an
Surealisme

Pada 1919, psikoanalis Sigmund Freud (1856–1939), mendefinisikan konsepsi mengenai ‘the uncanny’ dalam esainya The Uncanny, untuk menggambarkan suatu kondisi mental tak nyaman yang dialami bila sesuatu yang lazim tiba-tiba berubah menjadi tak lazim, bahkan ganjil. Analisisnya atas alam sadar (conscious mind) dan bawah sadar (unconscious mind) ini kemudian menjadi basis pergerakan Surealisme. Walau dikenal terutama sebagai pergerakan seni visual, pengaruh Surealisme menjalar hingga ke desain grafis.

Desain poster Polandia dari periode akhir 1950-an paling banyak memperoleh pengaruh dari seniman-seniman Surealis, bisa ditelusuri misalnya pada karya-karya Jan Lenica (1928–2001), Roman Cieslewicz (1930–1996), Bronislaw Zelek, Franciszek Starowieyski (1930–2009), dan Andrzej Klimowsk (lahir: 1949). Meski tidak begitu dikenal di luar negaranya, banyak desainer Cekoslowakia yang pada masa 1960-an menciptakan poster menggunakan simbol, motif, serta strategi visual Surealisme (misalnya: kolase, fotomontase).

Karakteristik Surealisme pada desain grafis: membebaskan diri dari batasan-batasan yang menghasilkan keteraturan (metode grid, pemahaman mengenai struktur, selera yang baik), mengikuti impuls-impuls untuk memberontak, mengikuti logika mimpi, bersifat subjektif, demi menciptakan bentuk dan keseimbangannya sendiri— menunjukkan bahwa desain grafis pun bisa menjadi tempat untuk mengalami hal-hal ganjil, fantastik dan luar biasa, menemukan kembali misteri, dan mengalami keindahan yang menggetarkan serta kemampuan untuk merasakan pesona dan ketakjuban yang oleh kaum Surealisme disebut sebagai ‘The Marvellous’.


Artikel mengenai Surealisme ini berasal dari buku berjudul 'Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia' (DGIDPDGD) yang ditulis oleh Hanny Kardinata, Hanya tersedia total 2000 eksempler dan kini stock semakin menipis, beli sekarang atau kamu akan terlewat,
Kunjungi alamat dibawah ini untuk membeli buku DGIDPDGD
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

1919–1933 Bauhaus  Dilatarbelakangi oleh kondisi negara yang mengalami krisis di berbagai tatanannya seusai PD I, berdir...
25/07/2024

1919–1933 Bauhaus

Dilatarbelakangi oleh kondisi negara yang mengalami krisis di berbagai tatanannya seusai PD I, berdiri sekolah desain Bauhaus pada 1919 di Weimar (Jerman). Didirikan oleh Walter Gropius (1883–1969), Bauhaus lahir sebagai hasil proses reformasi pendidikan di bidang seni terapan yang sudah dimulai oleh Deutsche Werkstätten[ii] pada 1898.

Deutsche Werkstätten didirikan pada 1873 oleh Karl Schmidt (1884–1976), anggota Deutscher Werkbund (German Work Federation), dan dilanjutkan oleh Hans Poelzig (1869–1936), Peter Behrens, Hermann Muthesius, Theodor Fischer, serta Henry van de Velde pada Deutscher Werkbund pada 1913.

Terinspirasi oleh prinsip-prinsip kerja kekriyaan William Morris, Bauhaus berupaya mencari keseimbangan baru antara seni dan teknologi melalui peningkatan kualitas estetika barang-barang produksi massal. Pandangan bahwa ‘fungsi menentukan bentuk’ (form follows function) berdampak luas pada seni dan kriya hingga dewasa ini. Sekolah ini menginisiasi sistem pelatihan berupa lokakarya untuk menyambung kembali ikatan antara kreativitas artistik dengan manufaktur yang terputus oleh Revolusi Industri. Bauhaus juga membentuk akademi terpadu yang menggabungkan perguruan tinggi seni, perguruan tinggi seni dan kriya, dan sekolah arsitektur sehingga mempromosikan kerja sama yang lebih erat antara praktik seni murni, seni terap, dan arsitektur.

Artikel mengenai Bauhaus ini berasal dari buku berjudul 'Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia' (DGIDPDGD) yang ditulis oleh Hanny Kardinata, Hanya tersedia total 2000 eksempler dan kini stock semakin menipis, beli sekarang atau kamu akan terlewat,
Kunjungi alamat dibawah ini untuk membeli buku DGIDPDGD
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

1919–1934 Konstruktivisme (Constructivism)  Di Rusia, pergolakan politik dan sosial mengakibatkan jatuhnya Tsar Nicholas...
23/07/2024

1919–1934 Konstruktivisme (Constructivism)

Di Rusia, pergolakan politik dan sosial mengakibatkan jatuhnya Tsar Nicholas II dan berakhirnya Dinasti Romanov (1917). Tak lama setelah itu, partai Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin memperoleh kekuasaan dan mengeluarkan peraturan-peraturan di negara yang kemudian dikenal sebagai Uni Soviet (USSR).

Di bawah rezim sosialis, tujuan seniman satu-satunya adalah untuk mengembangkan teori Sosialisme. Gagasan ‘seni untuk seni’ dikecam dan seniman yang menolak untuk mematuhinya dihukum berat. Tidak sempat mengekspresikan dirinya, banyak seniman dan desainer tewas di Gulag (penjara dan kamp kerja paksa Soviet).

Menyertai perubahan besar ini, lahirlah pergerakan baru di bidang seni dan arsitektur: Konstruktivisme. Kaum Konstruktivis meyakini bahwa seni ”murni” tidak memiliki tujuan dalam masyarakat dan bahwa praktik-praktik seni seharusnya mengabdi pada tujuan-tujuan sosial.

Dalam upaya menyebarkan ideologi Sosialisme, kaum Konstruktivis Rusia mengadopsi prinsip-prinsip Kubisme (juga Futurisme). Mereka memakai desain grafis sebagai alat propaganda yang masif untuk mendukung perjuangan kaum Bolshevik. Para Konstruktivis menanggalkan prinsip prinsip Dada yang radikal. Dengan mendirikan Ring ‘Neue Werbegestalter’ (Inggris: Circle of New Advertising Designers) (1927–1933), mereka menganjurkan kembali kepada prinsip-prinsip ketajaman, kejernihan, ketepatan, dan efisiensi.

Artikel mengenai Constructivism ini berasal dari buku berjudul 'Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia' (DGIDPDGD) yang ditulis oleh Hanny Kardinata, Hanya tersedia total 2000 eksempler dan kini stock semakin menipis, beli sekarang atau kamu akan terlewat,
Kunjungi alamat dibawah ini untuk membeli buku DGIDPDGD
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

Ad Maiora: Tiga seniman pendatang baru menggelar pameran perdana di D Gallerie, JakartaJakarta, 17 Juli 2024 – Seniman C...
19/07/2024

Ad Maiora: Tiga seniman pendatang baru menggelar pameran perdana di D Gallerie, Jakarta

Jakarta, 17 Juli 2024 – Seniman Clasutta, Zita Nuella, dan Tusita Mangalani membuka pameran perdana
mereka, bertajuk Ad Maiora pada Jumat, 12 Juli 2024 di D Gallerie, Jakarta Selatan.

Ad Maiora menampilkan 3 rangkaian seri lukisan hasil karya masing-masing seniman. Melalui medium
cat minyak, arang, cat akrilik, manik, dan sulam, pameran ini tidak hanya menyuguhkan ragam eksplorasi media di atas kanvas, tetapi juga menghadirkan pemikiran yang intim dari para seniman.

Mulai dari pengamatan pribadi Clasutta tentang rutinitas di tempat kerja, ke renungan introspektif Zita Nuella terkait rasa sepi, hingga cara Tusita Mangalani menghadapi kegaduhan pikirannya – setiap warna dan sapuan kuas membangun narasi visual tentang hal besar yang dibangun dari himpunan hal kecil, seperti pengalaman sehari-hari.

Menurut Clasutta, narasi visual ini selaras dengan gagasan Ad Maiora, “Kami tergerak oleh frasa ‘Ad
Maiora Natus Sum’ yang berarti ‘kita dilahirkan untuk mencapai hal-hal yang lebih besar’. Sebagai
pendatang baru, kami sadar bahwa cita-cita besar kami di bidang seni rupa harus disertai dengan
kegigihan.

Selama setahun ini kami belajar menjembatani perbedaan dan mengasah kemampuan profesional kami dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang kami perbaiki secara konsisten.”

Ad Maiora sekaligus menutup rangkaian program inkubasi seniman Atreyu Moniaga Project: Mixed
Feelings yang ketujuh. Proyek ini juga menandai satu dekade Atreyu Moniaga Project (AMP) sebagai
sebuah inisiatif independen dengan misi untuk mendukung seniman muda memasuki dunia seni dan
kreatif di Jakarta.

“Sebagai manusia, kita sering merasa cepat puas dan takut untuk memiliki ambisi besar karena kita merasa tidak punya kemampuan yang cukup,” ujar Atreyu Moniaga selaku penggagas AMP dan mentor. Ia menambahkan,
“Proyek ini mengingatkan saya betapa sukses tidak hanya perlu diukur
dari kemampuan teknis saja. Sukses juga sangat bergantung dari kemampuan kita melampaui perjalanan bertumbuh – yang berarti, harus berani untuk keluar dari zona nyaman dan mau terus belajar
memperbaiki diri.”

1916–1922 Dadaisme (Dada)Dadaisme lahir di negara netral Swiss pada masa PD I dengan didorong oleh semangat antiperang, ...
15/07/2024

1916–1922 Dadaisme (Dada)

Dadaisme lahir di negara netral Swiss pada masa PD I dengan didorong oleh semangat antiperang, mengabaikan semua konvensi seni yang berlaku (antikonvensi, antiseni), serta memperjuangkan dikembalikannya seni pada bentuknya yang paling primitif. Para seniman Dada menolak gagasan mengenai ‘seni tinggi’ dan menganggap seni semacam itu hanya milik kalangan menengah ke atas yang memiliki estetika semu.

Dadaisme mengadopsi olah tipografi gaya Futurisme. Ketika dipadu dengan semangat pemberontakan ala Dada, eksperimen-eksperimen Futuris di bidang tipografi pada masa-masa sebelumnya jadi terasa lebih kondusif pada karakter subversif Dadaisme daripada dengan antusiasme kaum Futuris sendiri ketika, misalnya, melukiskan keenergetikan mesin.

Walau sama-sama melakukan revolusi di bidang tipografi, berbeda dengan Futurisme—yang menggunakan teks dan huruf untuk tujuan ekspresi, yang tekstual sekaligus visual—Dada memisahkan tipografi dari pesan tekstual yang dikandungnya; komunikasi terjalin sepenuhnya melalui estetika visual teksnya, terbebas dari makna. Dada tidak ingin pemirsanya melihat ”melalui” teks guna mengurai maknanya, melainkan memaksanya melihat hanya “pada” sosok huruf-hurufnya

Artikel mengenai Dadaisme ini berasal dari buku berjudul 'Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia' (DGIDPDGD) yang ditulis oleh Hanny Kardinata, Hanya tersedia total 2000 eksempler dan kini stock semakin menipis, beli sekarang atau kamu akan terlewat,
Kunjungi alamat dibawah ini untuk membeli buku DGIDPDGD
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

Seni Grafis Rusia, Lubok: Media Propaganda pada PD ILubok, sebuah tradisi seni grafis Rusia yang dibangkitkan kembali da...
03/07/2024

Seni Grafis Rusia, Lubok: Media Propaganda pada PD I

Lubok, sebuah tradisi seni grafis Rusia yang dibangkitkan kembali dan diadaptasi sebagai alat propaganda pada PD I—dikenal sebagai proyek ROSTA Windows (ROSTA: Agensi Telegraf Rusia)—dengan cara mengubah pesan telegram yang diterima hari itu dari pasukan Garda Merah yang bertempur di garis depan, menjadi poster dengan ilustrasi komik naratif (comic-book posters) yang kerap digantungkan di etalase atau di stasiun kereta api. Dengan cara demikian, khalayak diharapkan bisa memahami pesannya dengan mudah (komunikatif, bahkan bagi yang tidak bisa membaca/buta huruf sekalipun).

Seniman-seniman Rusia menciptakan puluhan hingga ratusan poster seperti ini dalam hitungan hari

Sebagai tradisi seni grafis, lubok sudah ada di Rusia sejak abad ke-17 (berasal dari Cina, berkembang di Eropa), merupakan cetakan kertas atau kain dari cukilan kayu (woodcuts), etsa atau litografi, yang berupa suatu ilustrasi yang disertai teks. Lubok bisa berisi cerita rakyat, kisah religius, atau komentar-komentar sosial. Ia juga bisa berisi lagu, satir sosial, puisi, dan bisa juga berfungsi sebagai pengumuman atau semacam koran.

Artikel mengenai Seni Grafis Rusia ini berasal dari buku berjudul 'Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia' yang ditulis oleh Hanny Kardinata, buku ini dicetak terbatas, dan stocknya semakin menipis, pastikan untuk kamu miliki
Beli bukunya di sini
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

Peran Baru Desain Grafis: sebagai Media PropagandaBanyak negara mengemukakan pembenaran atas keterlibatannya dalam PD I—...
01/07/2024

Peran Baru Desain Grafis: sebagai Media Propaganda

Banyak negara mengemukakan pembenaran atas keterlibatannya dalam PD I—‘ikut berperang untuk mengakhiri peperangan’—melalui media poster. Poster menjadi media propaganda guna menggalang dukungan publik. Gagasan kaum modernis mengenai bentuk bentuk simplistis dan geometris menjadi efektif ketika diaplikasikan pada desain-desain propaganda dari berbagai negara ini.

1917 Poster Propaganda Amerika

James Montgomery Flagg (1877–1960), ilustrator berkebangsaan Amerika, merancang sebuah poster untuk kebutuhan rekrutmen militer Amerika selama PD I.

Poster itu melukiskan Paman Sam dalam posisi frontal mengarahkan telunjuknya ke arah depan—terinspirasi oleh poster rekrutmen tentara Inggris 3 tahun sebelumnya yang menggambarkan Lord Kitchener dengan posisi yang sama—dengan judul I Want YOU for U.S. Army. Poster itu dicetak sebanyak 4 juta kopi dan belakangan dicetak ulang untuk kebutuhan PD II (3.9–3.10).

Jauh sebelumnya, Benjamin Franklin (1706–1790), pengarang, politikus, ilmuwan, penemu, dan salah seorang Bapak Bangsa Amerika (founding father), membuat kartun propaganda politik Join, or Die (1.12), untuk mempersatukan koloni-koloni di Amerika selama Perang Tujuh Tahun (1754–1763)

Artikel diatas berasal dari buku berjudul 'Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia' yang ditulis oleh Hanny Kardinata, buku ini dicetak terbatas, dan stocknya semakin menipis, pastikan untuk kamu miliki
Beli bukunya di sini
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

1914 Vortisisme (Vorticism)Vortisisme merupakan pergerakan para modernis di bidang seni dan sastra di Inggris—satu-satun...
26/06/2024

1914 Vortisisme (Vorticism)

Vortisisme merupakan pergerakan para modernis di bidang seni dan sastra di Inggris—satu-satunya pergerakan di Inggris yang mempunyai kontribusi bagi Modernisme— yang dimotori oleh Wyndham Lewis (1882–1957), sebagai aksi serangan terhadap aliran Victorianisme yang dianggap mengekang energi artistik para seniman muda Inggris

Vortisisme merupakan perkembangan dari gaya Kubisme, tapi Lewis sendiri menganggap Vortisisme sebagai sebuah aliran yang independen. Vortisisme merupakan alternatif dari Kubisme, Futurisme, atau Ekspresionisme. Para Vortisis menciptakan gaya mereka sendiri (abstrak geometris) yang diimplementasikan guna merayakan kesadaran baru mengenai kemanusiaan dalam lingkungan urban yang serba mekanik. Karakteristik visualnya: garis-garis tebal dan warna warna keras.

Artikel mengenai Vortisisme diatas berasal dari buku berjudul 'Desain Grafis Indonesia Dalam Pusaran Desain Grafis Dunia' yang ditulis oleh Hanny Kardinata, buku ini dicetak terbatas, dan stocknya semakin menipis, pastikan untuk kamu miliki
Beli bukunya di sini
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

1909–1944 Futurisme (Futurism)Pergerakan Futurisme diinisiasi oleh penyair Italia, Filippo Tommaso Marinetti (1876–1944)...
14/06/2024

1909–1944
Futurisme (Futurism)

Pergerakan Futurisme diinisiasi oleh penyair Italia, Filippo Tommaso Marinetti (1876–1944), dan diproklamasikan bersamaan dengan publikasi Manifesto Futurisme pada harian Perancis Le Figaro, Paris, 20 Februari 1909 (sebelumnya, dimuat di harian Italia La gazzetta dell’Emilia, Bologna, 5 Februari 1909), yang berlandaskan pada ide bahwa “tidak ada mahakarya (masterpiece) tanpa agresivitas”

Futurisme menolak khaidah-khaidah lama dan menyuarakan keberpihakan pada tema-tema yang terkait dengan konsep-konsep kontemporer mengenai kondisi masa depan: kebisingan kehidupan modern abad ke-20, kecepatan, teknologi, mesin, industri, perubahan, kekuatan, kekerasan, perang.

Buku ini dicetak terbatas, dan stocknya semakin menipis, pastikan untuk kamu miliki
Beli bukunya di sini
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

1906–1921Kubisme (Cubism)Pada karya-karya Kubisme, objek dianalisis, dipecah-pecah, dan disusun kembali menjadi bentuk-b...
11/06/2024

1906–1921
Kubisme (Cubism)

Pada karya-karya Kubisme, objek dianalisis, dipecah-pecah, dan disusun kembali menjadi bentuk-bentuk abstrak geometris—bukannya menggambarkan objek dari satu sudut pandang, seniman Kubisme menampilkannya dari banyak sudut pandang, guna menghadirkan objek tersebut dalam konteks yang lebih besar.

Bentuk abstrak geometris yang hadir pada karya Kubisme ini berpengaruh besar pada karya-karya desain grafis modern sesudahnya (Futurisme, dan lain-lain), dan masih berlangsung hingga kini . Di Indonesia, sejak kisaran 1990–1991, ilustrator Wedha Abdul Rasyid (lahir: 1951) mengembangkan ilustrasi bergaya Kubisme dan Pop Art dengan sebutan Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP).

Buku ini dicetak terbatas, dan stocknya semakin menipis, pastikan untuk kamu miliki
Beli bukunya di sini
✔ Tokopedia.com/dgistore
✔ Shopee.co.id/dgistore

📣 Launching ArtMAX Magazine Vol. 18!Haloo semuaa👋 Ada kabar gembira nih! Setelah sekian lama, ArtMAX akan launching maja...
05/06/2024

📣 Launching ArtMAX Magazine Vol. 18!

Haloo semuaa👋 Ada kabar gembira nih! Setelah sekian lama, ArtMAX akan launching majalah yang ke 18 dengan tema Novaturient! Launching kali ini akan dilaksanakan di The Forum, Lippo Mall Puri pada tanggal 8 Juni 2024!

Selain launching majalah, ada banyak banget kegiatan seru lainnya nih!
• Workshop Kreatif : belajar berbagai teknik dari para ahli seni!
• Pameran Karya : berbagai karya seni yang menarik bakal dipajang disini loh!

Jangan sampai ketinggalan event seru ini yaa! catat tanggal nya dan ikut ramaikan acaranya! 🎨🎉✨

HARMONISASIJUMAT 31 MEI MINGGU 16 JUNI | 2024HARMONIZINGFRIDAY MAY 31, SUNDAY JUNE 16 | 2024NUSAÉPameran “Harmonisasi” a...
31/05/2024

HARMONISASI

JUMAT 31 MEI MINGGU 16 JUNI | 2024

HARMONIZING

FRIDAY MAY 31, SUNDAY JUNE 16 | 2024

NUSAÉ

Pameran “Harmonisasi” adalah bentuk refleksi Nusaé atas nilai-nilai harmoni yang selama ini menjadi landasan dari praktiknya di dunia desain. Nusaé melihat harmoni sebagai sebuah nilai universal tentang keselarasan yang melintasi zaman, budaya, dan disiplin. Perspektif harmoni digunakan Nussé sebagai dasar dari kesadaran dalam praktik desain yang dijalaninya.

“Harmonizing” exhibition is Nusaé’s reflection on the value of harmony that have been the foundation of its design practice. Nusaé perceives harmony as a universal value of alignment/congruence that transcends time, culture, and discipline. The perspective of harmony serves as the basis that shapes Nusaé’s awareness in its design practice.

In collaboration with .ind & .id , in Illustration Now chapter 3 this time we brought a young artist whose work is curre...
30/05/2024

In collaboration with .ind & .id , in Illustration Now chapter 3 this time we brought a young artist whose work is currently being exhibited at the Jakarta Art Hub

Feri or commonly known as is a digital artist from Semarang whose character is Wokeboy.

In this event we will get to know Feri about his self-taught experience in creating work, the process of finding inspiration and how he was able to attract more than 100 illustrators and artists to create their own versions of Woketoon characters

Saturday, June 1, 2024
14.00 - 15.00 WIB

Location:
Slabs | Wisma Geha 3rd floor, Jl. Timor 25 Jakarta

Pssst...we will provide Wangkawa Woketoon exhibition T-shirt merchandise for the for lucky visitor.

Rubicube Creative is growing sky high!Seeking for an awesome people for the position below:- Account Executive- Art Dire...
13/05/2024

Rubicube Creative is growing sky high!
Seeking for an awesome people for the position below:

- Account Executive
- Art Director
- Social Media Content Planner/Specialist
- Graphic Designer

send your resume and portfolio now via email to [email protected].
Let's create something awesome together!

 

DGI kembali membuka kesempatan bagi pemagang yang berniat belajar dan terlibat langsung dalam project penciptaan brand k...
07/05/2024

DGI kembali membuka kesempatan bagi pemagang yang berniat belajar dan terlibat langsung dalam project penciptaan brand kegiatan DGI
Kesempatan ini terbuka untuk siapa saja, baik mahasiswa maupun umum.

Kurikulum yang akan dipelajari kali ini meliputi; Etika Profesi, Prinsip Dasar Desain, Story telling & kampanye, serta pengarsipan

Address

South Tangerang
15227

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Desain Grafis Indonesia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Desain Grafis Indonesia:

Videos

Share


Other South Tangerang media companies

Show All