Literasi Alternatif

Literasi Alternatif Sebuah media berbasis komunitas yang memberikan sajian infografis dan podcast tentang perpustakaan

Dorongan mendalam Islam terhadap pengetahuan dan peningkatan posisi orang terpelajar dan penulis ke posisi yang ditinggi...
18/04/2023

Dorongan mendalam Islam terhadap pengetahuan dan peningkatan posisi orang terpelajar dan penulis ke posisi yang ditinggikan membawa industri buku serta perpustakaan maju dan berkembang di dunia Islam dalam waktu dua abad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah perpustakaan yang menjadi bagian dari perjalanan pengatahuan Islam. Berhubung di bulan Ramadan, nih bisa simak infografis tentang Islam dan Perpustakaan.


Sumber:
1. Antonio, M. S., Rusydiana, A. S., Purwoko, D., Khatimah, H., & Puspita, A. T. (2021). Islamic Library: History, Classifification, and Waqf Role. Library Philosophy and Practice, 1-17.
2. Meri, J. W., & Bacharach, J. L. (2006). Medieval Islamic civilization: An encyclopedia. New York: Routledge.
3. Rusydiana, Aam Slamet; As-Salafiyah, Aisyah; and Rahmi, Dewi, "History of Libraries in the Islamic Period" (2021). Library Philosophy and Practice (e-journal). 6607. https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/6607

Pada masa kejayaan Islam banyak sekali cendekiawan-cendekiawan muslim yang pemikirannya mampu mempengaruhi dunia bahkan ...
05/04/2023

Pada masa kejayaan Islam banyak sekali cendekiawan-cendekiawan muslim yang pemikirannya mampu mempengaruhi dunia bahkan hingga saat ini. Padahal pada saat itu belum ada mesin pengganda kertas seperti mesin foto copy, printer, maupun scanner. Sedangkan seorang cendekiawan tidak memiliki banyak waktu untuk menyalin naskah yang sudah ia tulis untuk kemudian disebarluaskan. Padahal pada saat itu perpustakaan merupakan lambang politik dan kejayaan seseorang, sehingga mendorong munculnya suatu profesi penyalin naskah, atau biasa disebut warraq. Profesi warraq muncul pada sekitar abad 3 – 4 Hijriah.



Referensi:
Ganggi, R. I. P. (2019). Profesi Penyalin Naskah di Perpustakaan pada Masa Keemasan Islam. Anuva, 3(1), 19–26. https://doi.org/10.14710/anuva.3.1.19-26

Lubna dari Kordoba adalah seorang intelektual yang memiliki banyak keterampilan. Lubna dikenal sebagai sekretaris pribad...
29/03/2023

Lubna dari Kordoba adalah seorang intelektual yang memiliki banyak keterampilan. Lubna dikenal sebagai sekretaris pribadi Khalifah, penerjemah, penyair, juru tulis, pustakawan hingga matematikawan.



Sumber:
Shamsie, K. (2016). Librarians, rebels, property owners, slaves: Women in al-Andalus. Journal of Postcolonial Writing, 52(2), 178–188. doi:10.1080/17449855.2016.1164968

Lingkungan yang sengaja dibuat oleh para demonstran adalah bagian utama dari apa yang membuat partisipasi berharga. Dili...
13/10/2020

Lingkungan yang sengaja dibuat oleh para demonstran adalah bagian utama dari apa yang membuat partisipasi berharga. Dilihat melalui kacamata ini, keterlibatan perpustakaan di tengah aksi protes sangatlah masuk akal. Perpustakaan mengekspresikan serangkaian nilai yang selaras dengan nilai-nilai yang dianut para pengunjuk rasa.
"In setting up the library, protesters express a desire for people over profits or money" - - - - Zeynep Tufekci


Biar nggak itu-itu aja, nih admin kasih cara alternatif buat gak s**a sama PKI atau Komunis. Meskipun komunisme lahir da...
01/10/2020

Biar nggak itu-itu aja, nih admin kasih cara alternatif buat gak s**a sama PKI atau Komunis. Meskipun komunisme lahir dari kerja intelektualistas, nyatanya komunisme banyak mengekang keberagaman pemikiran dan membatasi informasi.

Berbeda dengan di Indonesia yang bebas dan leluasa bagi siapa saja mengakses buku serta materi informasi lain. Di Palest...
14/09/2020

Berbeda dengan di Indonesia yang bebas dan leluasa bagi siapa saja mengakses buku serta materi informasi lain. Di Palestina, konflik ditambah dengan pandemi yang melanda membuat akses perpustakaan terbatas. Lalu bagaimana perpustakaan mengatasi hal tersebut? Berikut infografis kami tentang perpustakaan di palestina.

@ Yogyakarta

Human library adalah sebuah organisasi non profit dan gerakan sosial yang bertujuan untuk membantu orang mengatasi prasa...
01/09/2020

Human library adalah sebuah organisasi non profit dan gerakan sosial yang bertujuan untuk membantu orang mengatasi prasangka-prasangka atas kelompok lain dengan dipertemukan secara langsung. Organisasi mengibaratkan orang-orang yang mendapat stereotipe, stigma, dan pengucilan secara sosial dengan buku yang dapat dipinjam".
Literally "dont judge book by its cover" ya. Gimana pendapat kalian?

@ Yogyakarta

Pendidikan perpustakaan memang diprakarsai oleh Melvil Dewey, namun pada masa itu penyelanggaraannya masih sebatas kegia...
27/08/2020

Pendidikan perpustakaan memang diprakarsai oleh Melvil Dewey, namun pada masa itu penyelanggaraannya masih sebatas kegiatan teknis berbasis "trial dan error". Munculnya gagasan dari Shera tentang Perpustakaan sebagai Ilmu lah yang akhirnya memantapkan posisi pendidikan perpustakaan.
Pondasi yang dimunculkan Shera ini akhirnya membentuk pendidikan perpustakaan di seluruh dunia. Berikut kami sajikan infografis ringkas mengenai salah satu tokoh perpustakaan ini.
Sumber: Widiyastuti, W. (2016). PEMIKIRAN JESSE H SHERA DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ILMU PERPUSTAKAAN DI INDONESIA. Jurnal Pustaka Budaya, 3(1), 71-82.

DDC atau Decimal Dewey Classification menjadi sistem klasifikasi paling banyak digunakan di Dunia. Pengembangan hingga p...
25/08/2020

DDC atau Decimal Dewey Classification menjadi sistem klasifikasi paling banyak digunakan di Dunia. Pengembangan hingga peringkasan telah banyak dilakukan dengan berbagai bentuk produk, salah satunya adalah karya Rotmianto Muhammad () pada tahun 2009. Dirinya berhasil mengembangkan aplikasi gratis DDC bernama e-DDC. Berikut kami sajikan infografis ringkas mengenai aplikasi tersebut.

Tanggal 7 Juli diperingati sebagai Hari Pustakawan Nasional, penetapan hari itu bersamaan dengan hari jadi Ikatan Pustak...
07/07/2020

Tanggal 7 Juli diperingati sebagai Hari Pustakawan Nasional, penetapan hari itu bersamaan dengan hari jadi Ikatan Pustakawan Indonesia. Namun, hingga saat ini belum ada payung hukum yang jelas mengenai hal tersebut.
Hari ini Tim Literatif mengajak untuk kembali menelurus jejak awal keprofesian pustakawan dalam infografis di bawah ini.

Terbunuhnya George Floyd memicu protes anti-rasial besar-besaran di Amerika Serikat. Kasus dan tindakan rasial memang se...
07/06/2020

Terbunuhnya George Floyd memicu protes anti-rasial besar-besaran di Amerika Serikat. Kasus dan tindakan rasial memang sejak dahulu lekat dengan Amerika, tidak terkecuali di bidanng Perpustakaan. Berikut ini kami sajikan infografis tentang Perpustakaan dan Rasisme di Amerika.

Persebaran informasi yang masif saat ini tidak lepas dari adanya media elektronik yang mampu membuat dan mengirim inform...
24/02/2020

Persebaran informasi yang masif saat ini tidak lepas dari adanya media elektronik yang mampu membuat dan mengirim informasi dengan cepat. Namun sebelum masa ini terjadi, ada berbagai tahapan dalam penyimpanan dan penyebaran informasi. Medium-medium yang menjadi alat disimpannya tulisan terus berkembang. Berikut adalah sajian infografis kami tentang aksara dan medianya. Selamat menikmati.

02/01/2020

MOBILE DIGILIB: SEBUAH WABAH KESALAHPAHAMAN LITERASI INDONESIA

Tahun 2015 menjadi era baru perkembangan perpustakaan digital (selanjutnya disebut “digilib”) di Indonesia. Diluncurkannya iJakarta sebagai aplikasi perpustakaan berbasis mobile menjadi penanda. Aplikasi hasil kolaborasi Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT. Woolu Aksara Maya menjadi yang pertama di Indonesia. Konsep digilib plus tersedianya fitur-fitur sosial media layak dibilang luar biasa ditengah minimnya inovasi bidang perpustakaan. Tidak lupa, ada ribuan judul buku dengan beragam kategori, mulai dari buku pelajaran sekolah, kuliah, ilmu pengetahuan umum, biografi, sejarah, dan buku-buku populer yang bisa diakses secara gratis, menambah rasa bahagia para penggemar buku di Indonesia, khususnya Jakarta.

Setahun setelah diluncurkannya iJakarta, Perpustakaan Nasional seolah tak mau kalah, Berlandasakan hasil survei mengenai tingginya penggunaan gadget, internet, serta media sosial masyarakat Indonesia, dan kecilnya minat baca masyarakat dari UNESCO. Pada Agustus 2016, tepatnya sehari sebelum peringatan kemerdekaan, iPusnas diluncurkan. Munculnya aplikasi ini digadang-gadang menjadi pembaharu perpustakaan dalam upaya meningkatkan kegemaran membaca masyarakat. Namun, dirilisnya iPusnas menjadi tidak spesial, sebab konsep, fitur, dan tampilan hampir tidak ada bedannya dengan iJakarta yang sudah ada. Bisa dimaklumi karena keduanya sama-sama dikerjakan bersama PT. Woolu Aksara Maya.

Semenjak iPusnas muncul, digilib berbasis mobile ini banyak dibuat. Bisa dibilang tumbuh subur atau sebaliknya menjadi wabah yang menjamur. Bagaimana tidak, lebih dari 100 aplikasi digilib (yang dinominasi milik Perpusda) di Indonesia muncul dalam kurun waktu dua tahun saja (2016–2018). Beberapa perusahan jasa pengembang terlibat dalam kolaborasi pengerjaannya. Meskipun dominasi milik Aksara Maya dan PT. Enam Kubuku Indonesia, namun perlahan perusahaan lain mengejar dibelakang, seperti Sygma Media Innovation.

Entah bagaimana bisa perkembangan digilib berbasis mobile dalam lingkup Perpusda begitu cepat. Padahal jika menengok pernyataan Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional, Dedi Junaedi. Perpustakaan daerah diminta memanfaatkan fasilitas layanan digital yang dimiliki Perpusnas, seperti perangkat lunak INLISLite, iPusnas, Repositori Digital Perpustakaan Indonesia OneSearch (IOS), dan portal jurnal dan buku ilmiah elektronik e-Resources.

___________________

MENGINTIP APLIKASI MOBILE DIGILIB PERPUSTAKAAN DAERAH

Menurut artikel berita Prokal(dot)com pengembangan paket perpustakaan digital ini ditaksir memakan biaya sebesar 150–200 juta rupiah, Namun besaran itu juga tergantung pada total pengadaan e-buku dan perusahaan penyedia jasa digilib. Dengan biaya sebesar itu mampukah perpustakaan digital berbasis mobile mendukung suksesnya peningkatan kegemaran membaca di daerahnya?

Per tanggal 28 Agustus 2018 kami melakukan observasi mengenai pengembangan digilib daerah melalui Google Playstore. Hasilnya kami menemukan 94 aplikasi mobile digilib yang dikembangkan oleh 5 pengembang. Sebagai pelopor digilib di Indonesia tentu saja iJakarta menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Google Playstore dengan total kurang lebih seratus ribu unduhan, kemudian disusul oleh iJogja dengan kurang lebih sepuluh ribu unduhan. Meskipun di urutan satu dan dua, namun iJakarta dan iJogja cukup terpaut jauh total unduhannya. Lebih miris lagi, dari total 94 aplikasi yang tercatat oleh penulis, dapatkan sebanyak 89.85 persen aplikasi digilib hanya memperoleh kurang lebih lima ribu unduhan dan 26 aplikasi mencapai tidak lebih dari 10 unduhan.

Entah ada atau tidak riset yang dilakukan perpustakaan daerah sebelum mengembangkan aplikasi. Nyatanya digilib berbasis mobile yang dibuat tiap daerah tidak banyak digunakan masyarakat. Pengembang dan perpustakaan daerah seakan acuh pada realita bahwa mayoritas masyarakat kita cenderung menggunakan internet untuk akses aplikasi chat serta media sosial, yang didalamnya banyak mengandung konten hiburan. Bahkan penetrasi untuk aplikasi hiburan masyarakat Indonesia dalam sehari saja mencapai 81,45 persen.

Pola akses informasi seperti ini membuat kita mundur satu abad ke belakang. Paul Otlet yang dikenal sebagai bapak informasi pada saat itu membuat dan mengumpulkan katalog berbagai pengetahuan dunia yang disimpan di Mundaneum. Tujuannya jelas, Otlet menginginkan adanya satu titik akses pengetahuan bagi seluruh masyarakat dunia untuk mempermudah dalam menemukan informasi. Namun mengapa banyak perpusda yang ngeyel membuat titik akses sendiri, padahal jelas dalam beberapa aplikasi, terdapat banyak keluhan yang disampaikan pengguna cukup serupa, seperti kurang beragamnya koleksi buku hingga buku yang dicari terdapat di aplikasi digilib lain. Bahkan menurut Ahmad Masykuri Kabid Pengembangan Koleksi dan Bahan Pustaka Perpusnas, iPusnas-pun masih mengalami defisit antrian pengguna sebanyak 50 ribu dari total 118 ribu pengunduh aplikasinya. Hal tersebut tanpa disadari mengindikasikan gagalnya pola digilib yang telah dibentuk selama ini.

Sederhananya, apakah masyarakat Indonesia mau memakai dua atau lebih aplikasi mobile digilib yang memiliki fitur sama? Kalu saya sih tidak.

Perpusnas harus mengentikan wabah ini, anggaran harus digunakan dengan efektif mungkin. Ultimatum patut diberikan kepada perpustakaan daerah. Pengembangan mobile digilib harusnya berangkat dari kebutuhan masyarakat bukan sebuah bentuk adu wibawa antar perpusda. Banyak yang harus dilakukan Perpusda selain berkutat dengan digilib dalam meningkatkan budaya baca dan literasi bangsa Indonesia.

Sebagai tambahan, berikut adalah 94 produk mobile digilib yang penulis temukan lewat Google Playstore.
https://drive.google.com/open?id=1YUKgsI43QNAP0xG94XW3Ag_yf4dIYPN4MOBILE DIGILIB: SEBUAH WABAH KESALAHPAHAMAN LITERASI INDONESIA

Tahun 2015 menjadi era baru perkembangan perpustakaan digital (selanjutnya disebut “digilib”) di Indonesia. Diluncurkannya iJakarta sebagai aplikasi perpustakaan berbasis mobile menjadi penanda. Aplikasi hasil kolaborasi Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT. Woolu Aksara Maya menjadi yang pertama di Indonesia. Konsep digilib plus tersedianya fitur-fitur sosial media layak dibilang luar biasa ditengah minimnya inovasi bidang perpustakaan. Tidak lupa, ada ribuan judul buku dengan beragam kategori, mulai dari buku pelajaran sekolah, kuliah, ilmu pengetahuan umum, biografi, sejarah, dan buku-buku populer yang bisa diakses secara gratis, menambah rasa bahagia para penggemar buku di Indonesia, khususnya Jakarta.

Setahun setelah diluncurkannya iJakarta, Perpustakaan Nasional seolah tak mau kalah, Berlandasakan hasil survei mengenai tingginya penggunaan gadget, internet, serta media sosial masyarakat Indonesia, dan kecilnya minat baca masyarakat dari UNESCO. Pada Agustus 2016, tepatnya sehari sebelum peringatan kemerdekaan, iPusnas diluncurkan. Munculnya aplikasi ini digadang-gadang menjadi pembaharu perpustakaan dalam upaya meningkatkan kegemaran membaca masyarakat. Namun, dirilisnya iPusnas menjadi tidak spesial, sebab konsep, fitur, dan tampilan hampir tidak ada bedannya dengan iJakarta yang sudah ada. Bisa dimaklumi karena keduanya sama-sama dikerjakan bersama PT. Woolu Aksara Maya.

Semenjak iPusnas muncul, digilib berbasis mobile ini banyak dibuat. Bisa dibilang tumbuh subur atau sebaliknya menjadi wabah yang menjamur. Bagaimana tidak, lebih dari 100 aplikasi digilib (yang dinominasi milik Perpusda) di Indonesia muncul dalam kurun waktu dua tahun saja (2016–2018). Beberapa perusahan jasa pengembang terlibat dalam kolaborasi pengerjaannya. Meskipun dominasi milik Aksara Maya dan PT. Enam Kubuku Indonesia, namun perlahan perusahaan lain mengejar dibelakang, seperti Sygma Media Innovation.

Entah bagaimana bisa perkembangan digilib berbasis mobile dalam lingkup Perpusda begitu cepat. Padahal jika menengok pernyataan Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional, Dedi Junaedi. Perpustakaan daerah diminta memanfaatkan fasilitas layanan digital yang dimiliki Perpusnas, seperti perangkat lunak INLISLite, iPusnas, Repositori Digital Perpustakaan Indonesia OneSearch (IOS), dan portal jurnal dan buku ilmiah elektronik e-Resources.

___________________

MENGINTIP APLIKASI MOBILE DIGILIB PERPUSTAKAAN DAERAH

Menurut artikel berita Prokal(dot)com pengembangan paket perpustakaan digital ini ditaksir memakan biaya sebesar 150–200 juta rupiah, Namun besaran itu juga tergantung pada total pengadaan e-buku dan perusahaan penyedia jasa digilib. Dengan biaya sebesar itu mampukah perpustakaan digital berbasis mobile mendukung suksesnya peningkatan kegemaran membaca di daerahnya?

Per tanggal 28 Agustus 2018 kami melakukan observasi mengenai pengembangan digilib daerah melalui Google Playstore. Hasilnya kami menemukan 94 aplikasi mobile digilib yang dikembangkan oleh 5 pengembang. Sebagai pelopor digilib di Indonesia tentu saja iJakarta menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Google Playstore dengan total kurang lebih seratus ribu unduhan, kemudian disusul oleh iJogja dengan kurang lebih sepuluh ribu unduhan. Meskipun di urutan satu dan dua, namun iJakarta dan iJogja cukup terpaut jauh total unduhannya. Lebih miris lagi, dari total 94 aplikasi yang tercatat oleh penulis, dapatkan sebanyak 89.85 persen aplikasi digilib hanya memperoleh kurang lebih lima ribu unduhan dan 26 aplikasi mencapai tidak lebih dari 10 unduhan.

Entah ada atau tidak riset yang dilakukan perpustakaan daerah sebelum mengembangkan aplikasi. Nyatanya digilib berbasis mobile yang dibuat tiap daerah tidak banyak digunakan masyarakat. Pengembang dan perpustakaan daerah seakan acuh pada realita bahwa mayoritas masyarakat kita cenderung menggunakan internet untuk akses aplikasi chat serta media sosial, yang didalamnya banyak mengandung konten hiburan. Bahkan penetrasi untuk aplikasi hiburan masyarakat Indonesia dalam sehari saja mencapai 81,45 persen.

Pola akses informasi seperti ini membuat kita mundur satu abad ke belakang. Paul Otlet yang dikenal sebagai bapak informasi pada saat itu membuat dan mengumpulkan katalog berbagai pengetahuan dunia yang disimpan di Mundaneum. Tujuannya jelas, Otlet menginginkan adanya satu titik akses pengetahuan bagi seluruh masyarakat dunia untuk mempermudah dalam menemukan informasi. Namun mengapa banyak perpusda yang ngeyel membuat titik akses sendiri, padahal jelas dalam beberapa aplikasi, terdapat banyak keluhan yang disampaikan pengguna cukup serupa, seperti kurang beragamnya koleksi buku hingga buku yang dicari terdapat di aplikasi digilib lain. Bahkan menurut Ahmad Masykuri Kabid Pengembangan Koleksi dan Bahan Pustaka Perpusnas, iPusnas-pun masih mengalami defisit antrian pengguna sebanyak 50 ribu dari total 118 ribu pengunduh aplikasinya. Hal tersebut tanpa disadari mengindikasikan gagalnya pola digilib yang telah dibentuk selama ini.

Sederhananya, apakah masyarakat Indonesia mau memakai dua atau lebih aplikasi mobile digilib yang memiliki fitur sama? Kalu saya sih tidak.

Perpusnas harus mengentikan wabah ini, anggaran harus digunakan dengan efektif mungkin. Ultimatum patut diberikan kepada perpustakaan daerah. Pengembangan mobile digilib harusnya berangkat dari kebutuhan masyarakat bukan sebuah bentuk adu wibawa antar perpusda. Banyak yang harus dilakukan Perpusda selain berkutat dengan digilib dalam meningkatkan budaya baca dan literasi bangsa Indonesia.

Sebagai tambahan, berikut adalah 94 produk mobile digilib yang penulis temukan lewat Google Playstore.

https://drive.google.com/open?id=1YUKgsI43QNAP0xG94XW3Ag_yf4dIYPN4

Transformasi perpustakaan digital Indonesia ditandai dengan munculnya iJakarta, kemudian disusul iPusnas. Semenjak itu, ...
31/12/2019

Transformasi perpustakaan digital Indonesia ditandai dengan munculnya iJakarta, kemudian disusul iPusnas. Semenjak itu, banyak Perpusda berlomba mengembangkan aplikasi digilib-nya masing-masing.

Bukannya efektif, aplikasi yang terlalu banyak malah mewabah. Lalu apakah dengan banyaknya aplikasi digilib mampu meningkatkan kegemaran baca masyarakat Indonesia? atau pengembangan digilib hanya dijadikan sebagai adu gengsi antar Perpusda?

Berikut kami sajikan infografis tentang digilib.

British Library bekerjasama dengan British Fashion Council tahun lalu menyelenggarakan pagelaran busana untuk acara Lond...
29/12/2019

British Library bekerjasama dengan British Fashion Council tahun lalu menyelenggarakan pagelaran busana untuk acara London Fashion Week.

Desain busananya terinspirasi dari koleksi arsip perpustakaan. Naskah dan gambar arsip dijadikan bagian dari busana yang epik.

Kegiatan ini sekaligus sebagai penanda dimulainya dukungan perpustakaan terhadap riset fashion.

Kira-kira kalau di Indonesia busananya bakal seperti apa ya?

New York Public Library () membuat terobosan baru dalam bidang media perpustakaan.Memanfaatkan kepopuleran instagram, me...
25/12/2019

New York Public Library () membuat terobosan baru dalam bidang media perpustakaan.
Memanfaatkan kepopuleran instagram, mereka menciptakan instanovels. Pengabungan novel dan fitur instagram story.

Address

Semarang

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Literasi Alternatif posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Literasi Alternatif:

Share

Category


Other Media in Semarang

Show All