26/06/2024
WASPADA BAHAYA LISAN BACA
Nikmat lisan merupakan nikmat yang sangat luar biasa. Lisan adalah anugerah, apabila anugerah ini tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya maka akan menjadi bumerang bagi pemiliknya. Namun kebanyakan umat Islam tidak menyadari bahwa lisan ini benar-benar berbahaya.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menasehatkan, “Telah sampai kepadaku, seseorang mengatakan bahwa tidak ada satu bagian dari tubuhnya yang paling dimurkai pada hari kiamat melebihi lisannya, kecuali yang menggunakannya untuk mengucapkan yang baik-baik atau mengisinya dengan kebaikan,”
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga menasehatkan, ”Demi Allah yang tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, tidak ada sesuatupun yang paling perlu untuk dipenjara lebih lama dari pada lisan.” Ia pernah berkata, ”Wahai lisan, ucapkan yang baik maka kamu beruntung! dan diamlah dari mengucapkan keburukan maka kamu selamat, sebelum kamu menyesal!.”
Pada hari kiamat nanti, banyak diantara kita yang sakit hati sama lisannya, yang benci lisannya, karena gara-gara lisan ini dia diadzab dalam api neraka. Gara-gara lisan ini dia tergelincir ke dalam adzab Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukan karena rambutnya, karena rambutnya sudah ditutup dengan jilbab, bukan karena badannya, badannya sudah ditutup dengan baju yang sesuai dengan syari’at, bukan karena mata kakinya karena sudah sesuai dengan tuntunan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Tapi yang dia benci adalah lisannya. Na’udzubillaahi mindzaliik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seluruh pembicaraan anak Adam itu menjadi ancaman baginya selain amar ma’ruf nahi munkar dan dzikrullah” (Hadis hasan. Hadis selengkapnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Tidak ada satu bagian tubuh pun kecuali ia mengeluhkan kelancangan lidah.” HR.Abu Ya’la dalam Musnad dan Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman. Lihat takhrij Ihya’ Al-‘Iraaqiy VII / 1539).
Suatu ketika Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengunjungi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Ternyata Abu Bakr sedang menarik lidah dengan tangannya. Umar pun bertanya, ”Apa yang Anda lakukan? Semoga Allah mengampunimu!” Abu Bakar menjawab, ”Inilah benda yang akan menjerumuskan aku ke neraka”.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, ”Maukah kamu aku beritahukan kunci dari semua itu?”
Aku (Mu’adz) menjawab,”Tentu wahai Rasulullah.”
Lalu Rasul memegang lidahnya dan berkata, ”Peliharalah ini!”
Aku pun bertanya, ”Wahai Nabi Allah, benarkah kita akan disiksa karena pembicaraan kita?”
Rasul menjawab, ”Ibumu kehilanganmu, Mu’adz! (kalimat yang biasa digunakan untuk menekankan suatu masalah). Bukankah manusia itu diseret ke neraka dengan wajah-wajah mereka atau hidung-hidung mereka, hanya disebabkan oleh hasil perkataan mereka?” (HR. At-Tirmidzi, Al Iman, VII/362 dan Hakim dalam Al Mustadrak fi At Tafsir VI/142, shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim).
Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah mengomentari hadis ini dalam kitab Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam (II/147), “Yang dimaksud dengan buah perkataannya adalah balasan dan siksaan dari perkataan-perkataannya yang haram. Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan amal perbuatannya. Kemudian pada hari kiamat kelak dia akan menuai apa yang dia tanam. Barangsiapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya maupun perbuatan, maka dia akan menuai kemuliaan. Sebaliknya, barangsiapa yang menanam sesuatu yang jelek dari ucapan maupun perbuatan maka kelak akan menuai penyesalan”.
Beliau juga berkata dalam kitab yang sama (hal.146), “Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan senantiasa mengontrolnya merupakan pangkal segala kebaikan. Dan barangsiapa yang mampu menguasai lisannya maka sesungguhnya dia telah mampu menguasai, mengontrol dan mengatur semua urusannya”.
Kemudian pada hal. 149 beliau menukil perkataan Yunus bin Ubaid, “Seseorang yang menganggap bahwa lisannya bisa membawa bencana, umumnya baik amalan-amalannya”.
Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang ia anggap biasa tetapi karenanya ia terjun ke neraka sejauh tujuh puluh tahun.” (HR. At-Tirmidzi (Ar-Raqa’iq, VI/604),beliau berkata, ”Hadis ini hasan gharib”).
Misalnya, seseorang mengucapkan kalimat-kalimat syirik seperti berdoa dan mohon perlindungan pada orang-orang yang telah wafat.
Al Hasan Al Bashri berkata” Orang yang tidak menjaga lisannya, dianggap tidak memahami diennya (agama)nya .”
Bencana Lisan yang paling sedikit mudharatnya adalah berbicara sesuatu yang tidak berfaidah. Untuk menjelaskannya, cukuplah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Merupakan tanda kebaikan islam seseorang, ketika ia meninggalkan sesuatu yang tidak berfaedah baginya“ (Hadist Shahih diriwayatkan At Tirmidzi dalam Az Zuhd VI/ 607, Ahmad (al-Musnad I/201). Dalam tahqiq Musnad, Syaikh Ahmad Syakir mengatakan isnadnya shahih).
Al Hasan juga berkata : ”Diantara yang menghalangi berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah ketika ia menganggap kesibukannya dalam urusan yang tidak berfaedah merupakan suatu kehinaan dari Allah azza wa jalla.”
Sahl berkata : ”Barangsiapa berbicara tentang sesuatu yang tidak berguna baginya, ia akan terhalang dari kejujuran“.
Apa yang kita sebut diatas adalah bencana lisan yang terkecil mudharatnya. Lalu bagaimana dengan ghibah, namimah, kata-kata yang batil dan keji? Kata-kata yang mengandung perdebatan, pengaduan, nyanyian, kedustaan, menyanjung-nyanjung, mengolok-olok, dusta, penghinaan, kekeliruan dalam pembicaraan dan lainnya. Semuanya adalah bencana yang menimpa lisan seorang hamba yang seterusnya akan merusak hatinya, menghilangkan kebahagiaan dan kesenangan yang ia rasakan di dunia, menghilangkan keberuntungan dan kemenangan akhirat
Henro Dan Anna Gosal Ac Henna Gosal Hni ANNA GOSAL HNI LBJ Eyang Masrap