
16/01/2025
/ Pelajaran Zuhud Dunia dari Amir bin Abdullah at-Tamimi /
Setelah Perang Al-Qadisiyah di daerah Irak yang dimenangkan oleh kaum muslim atas Persia, Sa’ad bin Abi Waqqash, sang panglima perang Al-Qadisiyah turun ke Istana Kisra. Ia memerintahkan Amr bin Muqarrin agar mengumpulkan ganimah dan menghitungnya. Kemudian seperlimanya dikirimkan ke baitulmal kaum muslim, sementara selebihnya dibagikan kepada para mujahidin.
Akhirnya terkumpullah di hadapannya harta, perhiasan, dan permata yang tidak terhitung jumlahnya. Terdapat keranjang besar berlapis timah yang penuh dengan bejana emas dan perak yang merupakan perabotan makan raja-raja Persia. Sementara itu, juga berserakan peti-peti yang terbuat dari kayu terindah. Di dalamnya terdapat pakaian, perhiasan, serta baju besi Kisra yang berukir intan dan mutiara. Di sana juga ada kotak perhiasan, sarung pedang beserta pedang warisan raja-raja Persia, juga pedang raja dan panglima yang dibanggakan Persia sepanjang sejarah.
Pada saat para petugas menghitung ganimah-ganimah itu dengan disaksikan dan didengarkan kaum muslim, tiba-tiba ada seseorang yang kumal dan lusuh datang menghadap mereka. Ia membawa dan mengangkat dengan kedua tangannya wadah perhiasan yang besar dan berat. Kemudian mereka mencermatinya, ternyata benda tersebut adalah kotak yang belum pernah mereka lihat dari sekian banyak harta ganimah yang mereka kumpulkan.
Mereka melihat isi kotak tersebut yang penuh dengan intan dan mutiara indah. Mereka pun berkata kepada orang itu, “Dari mana engkau mendapatkan kotak berharga ini?” Orang itu menjawab, “Aku mendapatkan ini di dalam peperangan ini, di tempat anu.” Kemudian mereka berkata, “Apakah engkau telah mengambil sesuatu darinya?” Orang itu menjawab, “Semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian. Demi Allah, sesungguhnya wadah perhiasan ini dan seluruh apa yang dimiliki raja-raja Persia, bagiku tidak sebanding dengan sepotong kuku pun. Seandainya bukan karena hak baitulmal kaum muslim, aku tidak akan mengangkutnya dari negeri asalnya dan tidak akan membawanya kepada kalian.”
Mereka kembali bertanya, “Sebenarnya siapa engkau ini? Mudah-mudahan Allah memuliakanmu.” Orang itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan memberitahu kalian, nanti kalian memujiku. Aku juga tidak akan memberitahu kepada selain kalian, nanti mereka menyanjungku. Akan tetapi, aku memuji Allah Swt. dan hanya mengharapkan pahala-Nya.”
Kemudian, orang itu pergi meninggalkan mereka. Mereka segera menyuruh salah seorang dari mereka supaya membuntutinya dan menyampaikan informasi tentangnya. Utusan itu terus berjalan di belakangnya, sementara orang itu tidak menyadarinya hingga sang utusan menjumpai para sahabatnya. Ketika utusan itu bertanya tentangnya, mereka berkata, “Apakah engkau tidak mengenalnya? Ia adalah ahli zuhud kota Basrah ini, yakni Amir bin Abdullah at-Tamimi.” (Abdurrahman Ra’fat al-Basya, Jejak Perjuangan dan Keteladanan Para Tabiin)
Hikmah
Ketika seseorang bersikap zuhud terhadap dunia, kemilau harta dunia tidak akan melenakannya dari tujuan hidupnya sebagai hamba Allah Taala. Amir Abdullah at-Tamimi, garda terdepan dari delapan tabiin zuhud yang terpilih telah mendedikasikan hidupnya hanya untuk Allah dan Rasul-Nya. Bahkan gemerlap harta dunia yang ada di genggamannya tidak menggodanya sedetik pun untuk berpaling dari amanah Allah. Ia letakkan harta itu sebagai hak Baitulmal untuk kaum muslim. Amir bin Abdullah memberi kita pelajaran dan teladan dalam dua hal.
Pertama, harta yang menjadi hak kaum muslim harus diletakkan dan digunakan untuk kemaslahatan kaum muslim. Inilah yang disebut sebagai orang yang amanah. Sementara itu, jika ia berkhianat atas harta yang dipercayakan kepadanya, berarti ia telah melakukan korupsi harta.
Kedua, ketika iman menjadi fondasi dasar bagi setiap individu, harta berlimpah yang ia genggam tidak akan memalingkannya dari ketaatan kepada Allah Taala. Bahkan, dengan ketaatan itulah ia menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, tidak curang dan berkhianat.
Iman dan amanah, dua sifat ini sangat jarang kita temukan pada diri pemimpin negeri ini. Mereka justru didominasi sifat serakah, curang, dan lemah iman dalam kehidupan sistem sekuler hari ini. Keserakahan melalaikan mereka dari tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Iman yang lemah membuat mereka tergoda memperkaya diri dengan cara yang salah. Dari kisah Amir bin Abdullah sangat jelas perbedaan pengaturan kehidupan antara sistem Islam kafah dengan sistem sekuler kapitalisme. Sistem Islam kafah dapat melahirkan pejabat dan pemimpin amanah. Sementara itu, sistem sekuler kapitalisme menjadikan pejabat dan pemimpin gampang salah arah sehingga berlaku khianat kepada rakyatnya.
Sumber: muslimahnews[dot]net
—————————
Silakan bagikan dengan mencantumkan sumber Puan Riau Bersyariah - Saatnya Muslimah Cerdas Politik
——————————
Follow kami di
Facebook:
Instagram:
Channel Telegram:
https://t.me/puanriaubersyariah
Saluran Whatsapp:
https://whatsapp.com/channel/0029VaigCsf3wtbFPeJ7fL1C
—————————