25/05/2025
P. TJAKRABUWANA (MBAH WALI TANDURAN) DAN RT. MAS RARASANTANG
Orang Tjirebon jang dahulu dan jang sekarang menamakan djaman achir sekarang ini adalah djaman tutup kendang.
Arti kata djaman tutup kendang itu ialah kalau djaman dahulu-nja demikian nistjaja djaman achirnja demikian p**a. hanja sifatnja sa-dja jang berubah, misalnja kedjadian djaman dahulu itu sejogjanja harus tjotjok, pantas, sesuai dan serasi dengan djamannja jang berlaku pada djaman dahulu itu dan demikian p**alah dengan kedjadian pada djaman achir sekarang ini, dengan lain perkataan hanja sifatnja jang berubah mausufnja tidak berubah. Djadi dengan istilah asing ialah "de geschiede-nis repeteert" artinja sedjarah berulang. Ini adalah hukum iradat dari Tuhan.
Untuk kita mengetahui kedjadian atau sedjarah permulaannja Tjirebon sejogjanja kita mengetahui terlebih dahulu sedjarah Indonesia sebelumnja setjara keseluruhan.
Pada awalnja tersingkaplah disini tabir sedjarah Nusantara (batja Indonesia) kita sedjak ternjata adanja negara Kesatuan Nusantara Mer-deka dan berdaulat penuh terdiri atas beribu p**au sambung-menjam-bung dari Sabang hingga Merauke terletak digaris Chatulistiwa dibelahan bumi sebelah Timur-tenggara jang sekarang disebut orang Asia Tenggara laksana rangkaian Djamrut nan indah pada abad 6 ke 7 Masehi, ibu kočanja di Bandjaransari terletak disekitar Bandjar Tjiamis Djawa Barat sekarang, jang sekarang telah berubah sifatnja mendjadi petilasan pame-raden Tjiung Wanara Karangkamulian ditepi djalan Tjiamis Bandjar. Istana Negaranja (dahulu istilahoja "Kraton") bernama Galuh Lelean. Kepala Negaranja (dahulu istilahnja "Radja") adalah Prabu Lelean ber-gelar Sri Maha Prabu Bandjaransari (istilahnja kalau sekarang misalnja Pemerintah Djakarta, disinilah ternjata p**a bahwa djaman achir kita ini adalah djaman tutup kendangnja djaman dahulu kita (dahulunja ada, sedjarah berulang), oleh karena agar sesuai dengan djaman sekarang si-fatnja telah berubah, misalnja: Negara Republik Indonesia, mausufnja sama sadja, tidak berobah, ialah Negara Merdeka dan berdaulat.
Dan perbendaharaan sedjarah Indonesia di Tjirebon hanja men-tjeriterakan kedjadian jang ter-besar dan ter-penting jang telah terdjadi dip**au Djawa sadja oleh karena p**au Indonesia lainnja dari dahulu hingga sekarang pada umumnja ma'mum sadja kepada Djawa.
Agama jang berlaku pada waktu itu pada umumnja adalah aga-ma Sanghjang.
Prabu Lelean berputra sulung dua, kakak beradik dari dua per-maisuri: 1. PRABU TJIUNGWANARA dan 2. PRABU ARJANGBA. NGA.
Setelah ajahandanja merad (ngahijang, ilang tanpa krana mele-njapkan diri dari dunia tanpa bekas tanpa kuburan) kedua putra ini perang tanding giri gamana toja gamana (perang diatas bukit dan perang(11)diatas air berebut tachta) masing didukung oleh separoh dari Rakjat Indonesia pada waktu itu, sama sakti digdjajanja, tidak ada jang kalah tidak ada jang menang, berbulan-bulan hingga berdua datang disuatu tempat didaerah Tegal berperang surungan, artinja saling dorong-men-dorong hingga tanah jang mereka pidjak petjah mendjadi parit. Disinilah mereka berhenti berperang dan semupakat kedua belah pihak bahwasanja Indonesia sedjak itu terbagi mendjadi dua negara. Mereka dapat ilham dan pertjaja bahwa ini adalah suratan (putusan) dari Dewata. Selan-djutnja dari parit itu kebarat mendjelma mendjadi Negara Pedjadjaran Merdeka dan berdaulat penuh dan diperintah oleh Prabu Tjiung Wanara seturun-turunnja hingga pada suatu waktu tertentu, dan dari parit itu ke timur lahirlah Negara Madjapahit, djuga Merdeka dan berdaulat pe-nuh, diperintah oleh Prabu Arjangbanga seturun-turunnja hingga pada suatu waktu tertentu.
Sedjak inilah mereka masing2 pamali (dilarang) melintasi parit
itu. Prabu Tjiungwanara se-turunanja pamali melintasi parit itu ke timur dan Prabu Arjangbanga se-turunanja pamali melintasi parit itu ke barat. Dengan lain perkataan mereka sedjak itu pamali (dilarang) saling perang memerangi, saling takluk-menakluki sebaliknja mereka harus rukun kem-bali dan hidup damai dalam negaranja masing2.
Setelah melalui proses ber-ratus2 tahun parit ini berubah mendja-di kali besar jang sekarang bernama kali Tjipamali di daerah Tegal.
Mereka dalam ilhamnja mendapat wedjangan p**a dari dewata bahwasanja kelak pada suatu waktu djaman achir jang akan dis but orang djaman tutup kendang Nusantara atau Indonesia setelah melalui penderitaan jang hebat dalam suatu djaman penjelang jang berarti dia-man pendjadjahan Belanda dan Djepang, kembali bersatu merdeka dan berdaulat penuh seperti semula (waluja kembali).-
LAHIRNJA TJIREBON DAN BANTEN
791 Hidjriah
870 Hidjriah
(tahun 1302 Djawa dan tahun 1381 Djawa)
1389 Masehi
1468 Masehi
Tak lama setelah berdirinja Pedjadjaran ada 4 propinsinja (isti-lah djaman dahulu adalah Kadipaten) terletak disepandjang tapal batas kali Tjipamali melepaskan diri dari Pedjadjaran dan menjatakan diri masing berdiri sendiri merdeka dan berdaulat penuh. Keempat negara ini hingga abad 14 ke 15 maschi adalah:
1. Radjagaluh, ibu kotanja Radjagalub, Prabu Tjakraningrat se-bagai Kepala Negaranja.
2. Luragung, ibu kotanja Luragung, Prabu Luragung sebagai Kepala Negaranja.(12)
3. Telaga, ibu kotanja Telaga, Prabu Putjukumum sebagai Ke-pala Negaranja.
4. Indramaju, ibu kotanja Indramaju, Prabu Indrawidjaja sebagai Kepala Negaranja,
Adapun batas daerahnja kesebelah Barat dari 4 Negara baru jang ketjil ini jalah kurang lebih sama dengan tapal batas daerah Tji-rebon dan Periangan sekarang dengan tjatatan kelak pada waktu djaman para Wali keempat Negara ini digabung mendjadi satu Negara merdeka dan berdaulat penuh jalah negara Tjirebon oleh Sunan Gunung Djati, Ketua Wali Sembilan (djaman dahulu istilahnja jalah Imam).
Negara ini diperintah atas dasar falsafah democratic dan takwa kepada Allah jang selaras dengan kebudajaan dan kepribadiannja ma-sjarakat setempat dan berlaku dan sesuai untuk djaman dahulu oleh Wali Sembilan jalah sosialisme religious atau sosialisme ber-Tuhan jang mana diambil dari nurnja firman Illahi: "Robbana atina fiddunnja chasanah wafilachiroti chasanah wakina 'adabannar", artinja Tuhan Kami beri-lah kami kebahagiaan dunia dan kebahagiaan acherat dan hindarkanlah kami dari siksa neraka".
Serasi dengan nurnja atau sarinja firman ini ada seorang pudjang-ga Islam asing telah berkata "Wie lichamelijk en geestelijk even beza-digd is, heeft het leven van heden en het leven van het hiernamaals". Artinja: "Siapa jang raga dan sukmanja sama padatnja ia mempunjai kebahagiaan hidup dunia dan kebahagiaan hidup landjutan dari dunia (acherat). Murad rasanja ini adalah untuk kita bahagia duniawi dan uchrowi sejogjanja kita harus kaja badani dan kaja sukmani, jang mana akan berbuah mendjadi ketenangan djiwa dan beramal solich jang di-ridhoi oleh Tuhan. Firman Illahi dalam Al Qur'anulkarim adalah:
"Waridhwanum minallohi akbar dhalika huwal fauzul 'adhim". Artinja: adapun orang jang diridhoi oleh Gusti Allah Jang Maha Besar itu itulah bagdja jang besar.
Adapun artikata kaja ragani atau badani ialah kaja materie dan arti kata kaja sukmani adalah kaja kawruh ilmu agama.
Dari beberapa agama jang ada beredar didunia pada waktu itu, para Wali Sembilan pilihannja djatuh kepada suatu agama jang bersum-ber dari pada kata2 emas ialah: "Watamassak bilqur'anil'adhim wasuna-ti Rasulillahil Karim tahtadu watatsbudu 'ala sirothıllahil mustakim" artinja: berpeganganlah anda kepada Al-Qur'an jang besar dan sunah Rosul Allah jang mulia nistjaja anda memperoleh petundjuk dan dite-tapkan diatas djalan Allah jang lurus.
Arti kata jang memperoleh petundjuk itu ialah orang akan di-tundjuki kepada idamannja, ja'ni kebahagiaan duniawi dan uchrowi, dan arti kata ditetapkan diatas djalan Allah jang lurus itu adalah setelah orang mentjapai idamannja itu ia dilanggengkan dalam kebahagiaan jang diridhoi oleh G. Allah itu dan setelahnja akan mentjapai kedudukan berada disisi Allah jang berarti wusulun ila Robbini datang kepada Tuhan-nja(13)
Atas dasar inilah Sunan Gunung Djati Sech Sjarif Hidajatullah dengan kabinetnja jang beranggotakan Wali Sembilan telah memerintah Tjirebon jang merdeka dan berdaulat penuh pada abad 14 ke 15 Maschi.
P**a Tjirebon pada waktu itu merupakan pusat, sumber peman-tjaran dari sinar tjahaja Islam, p**a sebagai basis penjebaran Islam ke seluruh pelosok Indonesia bahkan hingga ke Negeri Tiongkok (Tartar Manchuria).
Kembali pada pokok karja ini Prabu Tjiungwanara membiarkan sadja pelepasan diri dari keempat propinsinja tadi oleh karena pada he-matnja negara ketjil jang baru ini akan menduduki fungsi sebagai buf-ferstaten (negara penjangga) antara Padjadjaran dan Madjapahit.
Prabu Tjiungwanara setelah tjukup landjut usianja merad dengan istananja sama sekali, jang tinggal hingga sekarang hanja petılasannja sadja jang tersebut diatas tadi, jalah patilasan pameradan Tjiungwanara Karangkamulijan ditepi djalan Tjiamis Bandjar.
Tjatatan:
Penganut agama Sanghiang djaman dahulu jang berilmu tinggi dan jang telah mendjalani tapa dengan sempurna pada umumnja mem-peroleh kelebihan (istilah dahulu kadidjajan) salah saturja bisa merad.
Setelah pemerintah Prabu Tjiungwanara dilandjutkan oleh seorang putri sulungnja jalah Ratu Purbasari, Ibukota Padjadjaran dipindahkan ke Bogor.
Ratu Purbasari membangun sebuah istana baru jang diberi nama Galuh Pakuan terletak kemungkinan disekitar kebun raya Bogor an Batu tulis. Sedjak itu ibukota Padjadjaran bernama menurut istana ne-garanja jalah Galuh Pakuan (Bogor sekarang).
Setelah Ratu Purbasari pemerintahan dilandjutkan oleh seorang putra sulungnja jalah Sang Prabu Linggahiang, Sang Prabu Linggahiang ang putra sulungnja jalah Prabu Lingga-setelahnja dilandjutkan oleh seorang putra wesi. Prabu Linggawesi setelahnja dilandjutkan oleh hnja dilandjutkan oleh seorang putra su-lungnja jalah Prabu Wastu. Prabu Wastu setelahnja pılandjutkan oleh seorang putra sulungnja jalah Prabu Susuktunggal, sete setelah Prabu Susuk-tunggal dilandjutkan oleh seorang putra sulungnja jalah Sri Angga-larang, Sri Anggalarang setelahnja dilandjutkan oleh seorang putra su-lungnja jalah Prabu Mundingkawati, Prabu Mundingkawati setelahnja di landjutkan oleh seorang putra sulungnja jalah Prabu Mundingwangi, Prabu Mundingwangi setelahnja dilandjurkan oleh putra sulungnja jalah PRA-BU SILIWANGI. Prabu Siliwangi inilah jang meru-pakan titik tolak sedjarah Tjirebon.-
Pada abad 13 ke 14 Masehi misi perorangan Islam baru berani dengan terangan menjebarkan adjaran agama Islam di Djawa chususnja dan Indonesia pada umumja. Sebelumnja abad2 ini kemungkinan sudah ada misi Islam jang telah masuk Indonesia tapi dengan tjara geruisloos artinja tak berani terangan. Pada abad 13 ke 14 Masehi Sjech Kuro telah membuka pengguron atau pesantren Islam di Krawang. Dipantai(14)
Palimanan (Tjirebon sekarang) di Gunung Djati sebelah Utara Gunung Sembung tempat makam Sunan Gunung Djati telah timbul pengguron/pesantren Islam dari Sjech Nurdjati. setelah Sjech Nurdjati pergi dari tempat itu untuk melandjutkan bertapa, pesantren dilandjutkan oleh se-orang muridnja jalah Sjech Datuk Chafid seorang adik dari Pangeran Pandjunan hingga wafatnja disitu.
Sedang di Djawa Timur di Ngampel Surabaja Sunan Ngampel seorang kerabat dari Prabu Brawidjaja telah membuka Pesantren p**a.
Di Palembang berdirilah sebuah pesantren p**a jang dipimpin oleh Sultan Palembang Ariadila seorang pernah kemenakan dari Prabu Brawidjaja. Djuga pada waktu itu telah berdiri Kesultanan Atjeh jang diperintah oleh Sultan Atjeh seorang pernah kemenakan dari Prabu Sili-wangi,
Pada suatu hari Prabu Siliwangi dengan pengiringnja berkenan menginspeksi pesantren Sjech Kuro di Krawang. Beliau memeriksa dgn. teliti, seluruh pesantren Krawang hingga santrinja baik wanita maupun pria djuga tidak ketinggalan. Pada waktu itu kebetulan dipesantren Krawang ada seorang santri wanita sedang mesantren jang bernama Ra-ra Subangkrantjang seorang putri dari Tjempa Malaka. Prabu Siliwangi setelah melihat putri itu lantas djatuh tjinta. Beliau meminangnja kepada Sjech Kuro Sjech Kuro mendjawab akan menanjai dahulu santri putri-nja itu. Putri Rara Subangkrantjang setelah ditanjai pada mulanja me nolak dengan tegas. Akan tetapi Sjech Kuro adalah seorang Wali, pada usumnja Wali Allah itu diberi fadhol, artinja kelebihan jang bernama Keramat olch Tuhan, salah satunja ialah weruh sadurunging winarah artinja tahu suratan (putusan²) Tuhan jang tertera di Lauchilmachfud artinja daun jang diraksa, jang mana kalau dengan istilah sekarang ialah lembaran keradjaan Tuhan.
Sjech Kuro setelah melihat lauchilmachfud berkata kepada murid putrinja bahwa Rara Subangkrantjang sudah takdir Allah harus mema-suki istana Padjadjaran, oleh karena dari Prabu Siliwangi inilah beliau akan melahirkan dua putra sulung kakak beradik pria dan wanita jang akan bernama Pangeran Walangsungang Tjakrabuana dan Ratu Mas Ra-rasantang jang akan mendjadi lantaran bergantinja Padjadjaran chususnja Indonesia umumoja kepada agama Islam.
Oleh karena inilah putri Rara Subangkrantjang dengan korban perasaan tunduk kepada Gurunja, beliau mau ditikah oleh Prabu Sili-wangi dengan sjarat:
1. Harus mendjadi permaisuri.
2. Beliau setelah ditukah tidak pindah dari agama Islam kepada agama jang berlaku di Padja-djaran, dengan lain perkataan Rara Subang-krantjang setelah mendjadi permaisuri Pedja-djaran akan tetap mengamalkan sarengat2 Islam terutama sembahjang lima waktu dan beliau ikrar Sjech Kuro jang akan bertindak sebagai walinja,(15).