Didalam Nalar

Didalam Nalar tetaplah berprilaku baik

Rasulullah dalam sebuah hadistnya menegaskan bahwa Shalat menjadi pembeda atau pembatas yang tegas antara seorang muslim...
27/01/2024

Rasulullah dalam sebuah hadistnya menegaskan bahwa Shalat menjadi pembeda atau pembatas yang tegas antara seorang muslim dengan orang kafir. “Perjanjian antara kami dengan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah). Senada dengan hadis tersebut, Umar bin Khattab juga menyatakan, “Tidak ada islam bagi seseorang yang tidak menegakkan shalat”.

"maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir." (al b...
27/11/2023

"maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir." (al baqarah: 24)

Sekularisme sering didefinisikan sebagai pemisahan agama dari urusan sipil dan negara.Dalam istilah politik, sekularisme...
31/05/2023

Sekularisme sering didefinisikan sebagai pemisahan agama dari urusan sipil dan negara.
Dalam istilah politik, sekularisme adalah gerakan pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan diskriminasi yang tidak adil atas dasar agama. Hal ini dikatakan untuk menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas. https://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme

konsep sekulerisme dimulai sejak masifnya pemberontakkan para cendikiawan terhadap doktrin gereja melalui kekuatan para kaisar romawi, trauma dengan dogma agama mereka membuat mereka enggan bahkan melecehkan ajaran-ajaran agama mereka, lebih lanjut mereka bahkan menganggap bahwa agama cukup dipakai didalam gereja saja.

dalam islam, pengamalan syariatnya tidak ada dan tidak pernah dikenal istilah sekluerisme , karena memang islam menuntut kepada pemeluknya untuk mengamalkan syariat islam secara kaaffah atau menyeluruh (albaqarah; 208)

sayangnya, masifnya kampanye "jangan bawa-bawa agama" telah meracuni akal anak-anak kaum muslimin sehingga mereka enggan melaksanakan ajaran agama mereka, ajaran islam dilaksanakan hanya beberapa saja malah mereka merasa malu dan tidak pede ketika mengamalkan ajaran mereka sendiri..
padahal jelas, agama islam adalah agama yang komprehensif, mengatur setiap tindakan kita, mengatur ibadah ritual kita sebagaimana juga mengatur urusan dunia kita, mengatur ekonomi kita sebagaimana juga mengatur politik kita. semuanya diatur didalam islam.
apalagi ketika mulai tahun-tahun politik, para buzzer dan influencer sekuler kembali menghembuskan jampi-jampi mereka "jangan bawa-bawa agama dalam berpolitik" sembari membius umat islam dengan kalimat itu agar semakin jauh dari jalan Allah tanpa mereka sadari..
sudah cukuplah kita menderita karena sekulerisme ini, sudah saatnya kembali kepada ajaran islam yang sempurna sebagaimana yang pernah diterapkan rasulullah dan para sahabat, serta diikuti oleh para tabi'in dan ulama salaf lainnya.

masih banyak lagi sih hal penting dibanding nonton konser yang jelas maksiatnya dan gajelas manfaatnya, hati2 lho.. kema...
24/05/2023

masih banyak lagi sih hal penting dibanding nonton konser yang jelas maksiatnya dan gajelas manfaatnya,
hati2 lho.. kemana kita membelanjakan harta itu akan jadi bahan persidangan di akhirat kelak.. jangan sampai 11 juta yg dibelanjakan buat konser maksiat justru memperumit urusan kita dihadapan Allah...

PERANG ini menjadi abadi dan masyhur dalam sejarah Islam, antara lain karena diikuti dengan turunnya firman Allah Ta'ala...
16/05/2023

PERANG ini menjadi abadi dan masyhur dalam sejarah Islam, antara lain karena diikuti dengan turunnya firman Allah Ta'ala sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an (Surah Al-Ahzab). Untuk pertama kalinya dalam usia yang masih muda, kaum muslimin di Madinah dikepung oleh kurang lebih 10.000 orang pas**an musyrikin, yang terdiri dari berbagai suku dan kabilah. (
Pas**an itu diperkuat lagi oleh kaum Yahudi Banu Quraidhah, yang mengkhianati perjanjian perdamaian dengan Rasulullah SAW . Mereka ini bergabung dengan pas**an musyrikin Quraisy yang membeludak dari Makkah guna mengepung kota Madinah. Peperangan tersebut dinamakan juga Perang Khandaq atau Perang Parit, karena untuk menanggulangi penyerbuan kaum musyrikin Quraisy atas usul dan prakarsa Salman Al Farisi , dengan persetujuan Rasulullah, kaum muslimin menggali parit-parit yang cukup lebar dan dalam di sekitar pinggiran kota Madinah. Di perang Khandaq ini keampuhan dan ketangkasan Ali bin Abi Thalib juga teruji dalam perang tanding melawan seorang pendekar Quraisy yang terkenal ulung, yaitu 'Amr bin Abdu Wudd Al'Amiri.

Al Hamid Al Husaini dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib RA" menggambarkan 'Amr seorang prajurit berkuda yang gesit dan lincah bermain pedang atau tombak. Dengan congkak dan sombong si Kafir ini berani maju ke depan menyeberangi parit pertahanan kaum muslimin, lewat bagian yang agak dangkal dan sempit. Sambil membanggakan kebolehannya mengendalikan kuda, ia berteriak menantang: "Hai... Apakah tak seorang pun yang berani keluar untuk bertanding?" Tantangan dari seorang jagoan yang garang itu tidak ditanggapi oleh pas**an muslimin. Kaum muslimin banyak yang mengenal siapa 'Amr bin Abdu Wudd itu dan betapa tenar namanya sebagai pendekar yang mahir duel satu lawan satu. Setelah melihat kenyataan tak ada seorang pun yang menanggapi tantangan 'Amr, Ali bin Abi Thalib tidak tahan lagi menahan perasaan geramnya. Ia segera berdiri dan berkata kepada Rasulullah: "Ya Rasul Allah, biarlah saya yang menandingi dia!" Nabi Muhammad yang mengetahui benar Amr itu seorang pendekar yang kenyang makan garam perang tanding, beranggapan, bahwa 'Amr bukanlah tandingan bagi saudara misannya yang baru berusia kurang dari 30 tahun itu.

"Duduk sajalah engkau, dia adalah 'Amr!" ucap Rasulullah. Di sisi lain, karena tidak ada juga jawaban dari pihak muslimin, maka 'Amr yang beringas itu berkoar lagi: "Mana itu surga yang akan kalian masuki bila kalian mati terbunuh, hah?!" Ejekan itu terasa seperti sembilu yang sangat mengiris-iris hati kaum muslimin, tetapi mereka tetap diam. Dengan darah muda yang mendidih laksana lahar yang menyembur dari kepundan, Sayidina Ali tidak dapat lagi menahan gejolak hatinya mendengar penghinaan yang sangat menyakitkan itu. Ia mendesak lagi kepada Rasulullah: "Biarlah saya yang menghadapinya; ya Rasul Allah!" Tetapi Rasululullah kembali memerintahkan supaya Ali duduk dan tenang, sebab yang akan dihadapinya bukan sembarang orang. Dengan perasaan yang sudah terbakar dan dengan nada gemas, Ali berusaha meyakinkan Rasulullah bahwa ia sanggup melawan dedengkot kaum musyrikin itu: "Biar 'Amr sekalipun ya Rasul Allah!" Mengingat tekad Ali bin Abi Thalib yang begitu bulat, dan mengingat p**a perlu membangkitkan keberanian kaum muslimin, akhirnya Rasulullah memberi izin dan restu kepada misannya itu untuk tampil ke depan.

Dengan hangat Ali menyambut persetujuan dan izin Rasulullah. Ia segera meloncat ke depan menyongsong tantangan seorang lawan yang bukan sembarangan. Dengan mengenakan baju besi dan menghunus pedangnya yang tersohor dengan nama zulfiqar, Ali maju dengan ayunan langkah yang tegap dan diiringi doa Rasululah SAW: "Ya Allah, dia adalah saudaraku dan putera pamanku. Janganlah Kaubiarkan aku seorang diri tanpa dia. Sesungguhnya Engkau tempat aku berserah diri yang sebaik-baiknya." Setelah berhadap-hadapan dengan 'Amr, tanpa perasaan gentar sedikit pun Ali bertanya kepada 'Amr: "Hai 'Amr, bukankah engkau pernah berjanji, bahwa engkau akan menerima ajakan seorang dari Quraisy untuk menempuh salah satu di antara dua jalan hidup?" "Ya!" jawab 'Amr dengan singkat dan angkuh. "Engkau kuajak. ke jalan Allah dan Rasul-Nya, ke jalan Islam," lanjut Ali. Kata-kata Ali ini diucapkan dengan suara lantang yang memecahkan kesunyian garis pertempuran. Hampir semua mata dua pas**an yang siap tempur tertuju kepada dua sosok tubuh yang sedang berhadap-hadapan. 'Amr bin Abdu Wudd yang sudah cukup usia, garang dan banyak pengalaman menghadapi perang tanding kini bertatap muka dengan seorang anak muda yang berdiri tegak di hadapannya. Pemuda pemberani, jantan dan perkasa, berbaju besi dengan pedang terhunus di tangan.

Sungguh anggun kelihatannya. Konfrontasi antara dua orang itu melambangkan konfrontasi dari dua kekuatan yang berlawanan. Kekuatan lama yang sudah lapuk dan kekuatan baru yang sedang tumbuh, yaitu kekuatan jahiliyah dan kekuatan lslam. Mendengar pertanyaan yang bernada desakan itu, dengan cepat 'Amr menyahut: "Aku tidak membutuhkan itu!" "Kalau begitu, mari kita mulai bertanding!" tantang Ali sambil siaga menghadapi gerakan 'Amr. Tantangan Ali itu diremehkan saja oleh 'Amr: "Aku tak s**a menumpahkan darahmu. Ayahmu kan teman karibku!" Tanpa memperdulikan ucapan 'Amr, Ali dengan perasaan tak sabar lagi berucap: "Tetapi, demi Allah, aku justru ingin membunuhmu!" Ucapan seorang muda yang dianggap ketus oleh 'Amr itu, ternyata membangkitkan amarah dan meluapkan emosinya. Cepat saja darah perang yang mengalir dalam tubuh 'Amr mendidih. Naluri keprajuritannya secara cepat menyentakkan gerak refleksi dan langsung seketika menyerang Ali. Demikian gesit dan tangkasnya 'Amr mengayunkan pedang dengan dorongan tenaga yang luar biasa. Tetapi Ali tidak kalah tinggi nalurinya dan gerak refleksinya. 'Amr yang sejak semula meremehkan lawan, ternyata sia-sia belaka dalam mengerahkan segala kekuatan ototnya untuk menebas leher Ali bin Abi Thalib. Kesempatan yang meleset itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh Ali. Ia mengelak, menangkis dan menyerang dalam gerak beruntun secara kilat. Pada saat 'Amr kehilangan keseimbangan badan, Pedang Dzul Fiqar yang diayun kuat-kuat oleh Ali menyambar bahu kanan 'Amr sampai terbelah dua. Pendekar kebanggaan Quraisy itu jatuh dari atas kuda menggelepar di tanah mandi darah dan debu. Perang tanding berlangsung demikian cepat dan selesai jauh lebih cepat dari yang diperkirakan orang. Pada mulanya banyak yang menduga bahwa Ali yang "masih hijau" itu akan dibelah dua oleh pedang 'Amr. Oleh karena itu ketika jagoan Quraisy itu tersungkur tidak bangkit kembali, banyak orang dari kedua pas**an terkesima. Hampir saja mereka, tidak mempercayai apa yang sudah terjadi. Baru setelah Ali menyerukan takbir, kaum muslimin menyambutnya dengan mengumandangkan kebesaran Allah: Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar.... ! Selanjutnya Ali bin Abi Thalib kembali menghampiri Rasulullah. Dengan perasaan haru dan syukur ke hadirat Allah Ta'ala, Rasulullah mengeluarkan pernyataan singkat: "Perang tanding yang dilaksanakan oleh Ali bin Abi Thalib melawan 'Amr bin Abdu Wudd itu merupakan perbuatan paling mulia yang dilakukan umatku sampai hari kiyamat." Terbunuhnya jagoan Quraisy ini belum menyelesaikan jalannya perang Khandaq, namun cukup menimbulkan kegoncangan yang hebat di kalangan pas**an penyerbu. Semangat pas**an penyerbu makin merosot, setelah harapan mereka untuk dapat menerobos parit makin tipis. Dalam keadaan seperti itu terjadilah angin ribut dan hujan deras diiringi suara petir sambar menyambar. Kemah-kemah dan perkakas-perkakas masak kaum musyrikin beterbangan dilanda angin kencang. Kubu pertahanan mereka menjadi porak poranda dan banyak sekali diantara mereka yang tak tahan menghadapi tekanan udara dingin. Di tengah-tengah hembusan angin puyuh seribut itu, Abu Sufyan yang dalam perang Khandaq ini bertindak selaku rimpinan pas**an penyerbu, berkata kepada anak buahnya: "Saudara-saudara, kita tak perlu lama lagi tinggal di tempat ini. Banyak kuda dan unta kita yang sudah binasa. Bani Quraidah sudah tak menepati janjinya lagi dengan kita. Bahkan kita mendengar hal-hal dari mereka yang tidak menyenangkan hati. Tambah lagi kita menghadapi angin kencang begini ributnya. Maka itu lebih baik kita p**ang saja. Aku sendiri akan berangkat p**ang!" Di tengah-tengah angin puyuh yang begitu kencangnya, Abu Sufyan dan rombongan secara bergelombang meninggalkan tempat dan kembali ke Makkah. Keesokan harinya sudah tak ada lagi seorang Quraisy atau Yahudi yang masih tinggal. Semuanya sudah jauh meninggalkan parit. Rasulullah bersama kaum muslimin lainnya dengan tenang kembali ke tempat kediaman masing-masing. Semuanya memanjatkan syukur sedalam-dalamnya kepada Allah Ta'ala yang telah menghindarkan mereka dari marabahaya.

seorang atheis pernah berkata kepada Syeikh Ahmad Dedat, "bagaimana perasaan anda jika setelah meninggal anda mengetahui...
06/05/2023

seorang atheis pernah berkata kepada Syeikh Ahmad Dedat, "bagaimana perasaan anda jika setelah meninggal anda mengetahui bahwa akhirat adalah kebohongan?" kemudian syaikh Ahmad menjawab, "tidak lebih buruk daripada saat kamu mati dan menemukan bahwa akhirat adalah kebenaran"

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26).
30/04/2023

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26).

BEBERAPA hari setelah turun wahyu perintah hijrah, Rasulullah SAW menyuruh para sahabat di Makkah untuk berhijrah ke Mad...
27/04/2023

BEBERAPA hari setelah turun wahyu perintah hijrah, Rasulullah SAW menyuruh para sahabat di Makkah untuk berhijrah ke Madinah dan bergabung dengan kaum Anshar.
Beliau mewanti-wanti agar mereka meninggalkan Makkah dengan cara berhati-hati, tidak bergerombol, dan menyelinap di waktu malam atau siang hari. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai diketahui kaum musyrik Quraisy hingga mereka akan bergerak merintangi perjalanan.
Para sahabat mengerti betul apa yang diperintahkan Rasulullah saw., mereka lalu berhijrah dengan diam-diam meninggalkan kota Makkah tanpa sepengetahuan penduduknya, kecuali Umar ibn al-Khathab.
Sebuah riwayat yang dihubungkan kepada Ali ibn Abi Thalib menuturkan, “Setahu saya, semua Muhajirin berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar ibn al-Khathab. Sebelum berangkat hijrah, ia membawa pedang dan menyelempangkan busur dengan menggenggam anak panah di tangan dan sebatang tongkat komando. Ia menuju Ka’bah saat orang-orang Quraisy tengah berkumpul di sana.
“Umar melakukan tawaf di Ka’bah tujuh putaran dengan khusyuk, lalu menuju ke Maqam Ibrahim untuk melaksanakan shalat. Setelah itu, setiap lingkaran orang banyak didatanginya satu per satu seraya berkata kepada mereka, ‘wajah-wajah celaka! Allah menistakan orang-orang ini! Aku akan berhijrah ke Madinah melaksanakan perintah Rasulullah.
“Barang siapa yang ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim, atau istrinya menjadi janda, hendaklah ia menemuiku di balik lembah ini.”
BACA JUGA: Abdullah Bin Zubair, Lahir saat Kaum Muslimin Hijrah ke Madinah
Dan, tidak ada seorang pun dari kaum Quraisy yang berani menjawab tantangan Umar ini. Akhirnya Umar pergi berhijrah ke Madinah secara terang-terangan ketika yang lain sembunyi-sembunyi. []
Sumber: The Great of Two Umars/ Penulis: Fuad Abdurrahman/ Penerbit: Zaman/ Jakarta/ 2013

https://www.islampos.com/dengan-terang-terangan-umar-hijrah-dari-mekah-ke-madinah-162823/

padahal udah jelas diharamkan AllahAlbaqarah 275
25/04/2023

padahal udah jelas diharamkan Allah
Albaqarah 275

Address

Pariaman
Pariaman

Telephone

+6281365886388

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Didalam Nalar posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Didalam Nalar:

Share