Ummu Yahya Abdillah

Ummu Yahya Abdillah Memurnikan akidah menebar cahaya sunnah

ﺑِﺴْـــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢالسلآم  عليكم ورحمة الله وبركاته🔺Mengkhatamkan Al Qur’an sebulan se...
25/03/2022

ﺑِﺴْـــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ

السلآم عليكم ورحمة الله وبركاته

🔺Mengkhatamkan Al Qur’an sebulan sekali memang salah satu perintah dari baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun apakah suatu kewajiban satu bulan mesti satu juz? Ataukah boleh kurang dari target khatam setiap bulan?

▪️Bacalah yang Mudah Bagimu

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ » . قُلْتُ إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ « فَاقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ »

“Bacalah (khatamkanlah) Al Quran dalam sebulan.” ‘Abdullah bin ‘Amr lalu berkata, “Aku mampu menambah lebih dari itu.” Beliau pun bersabda, “Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam tujuh hari, jangan lebih daripada itu.” (HR. Bukhari No. 5054).

Bukhari membawakan judul Bab untuk hadits ini,

باب فِى كَمْ يُقْرَأُ الْقُرْآنُ .وَقَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى ( فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ) .

“Bab Berapa Banyak Membaca Al Qur’an?”. Lalu beliau membawakan firman Allah,

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ

“Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran” (QS. Al Muzammil: 20).

Kata Ibnu Hajar bahwa yang dimaksud oleh Imam Bukhari dengan membawakan surat Al Muzammil ayat 20 di atas berarti bukan menunjukkan batasan bahwa satu bulan harus satu juz.
Dalam riwayat Abu Daud dari jalur lain dari ‘Abdullah bin ‘Amr ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Berapa hari mesti mengkhatamkan Al Qur’an?”
Beliau katakan 40 hari [artinya, satu hari bisa jadi kurang dari satu juz].
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab lagi, “Satu bulan.”
[Artinya, satu hari bisa rata-rata mengkhatamkan satu juz]
(Lihat Fathul Bari, 9: 95, terbitan Dar Thiybah, cetakan keempat, tahun 1432 H).

Ibnu Hajar mengatakan,

لِأَنَّ عُمُوم قَوْله : ( فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ) يَشْمَل أَقَلّ مِنْ ذَلِكَ ، فَمَنْ اِدَّعَى التَّحْدِيد فَعَلَيْهِ الْبَيَان

“Karena keumuman firman Allah yang artinya, “ Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran ” mencakup p**a jika kurang dari itu (kurang dari satu juz). Barangsiapa yang mengklaim harus dengan batasan tertentu, maka ia harus datangkan dalil (penjelas).” (Fathul Bari, 9: 95)

Ibnu Hajar juga menukil perkataan Imam Nawawi,

وَقَالَ النَّوَوِيّ : أَكْثَر الْعُلَمَاء عَلَى أَنَّهُ لَا تَقْدِير فِي ذَلِكَ ، وَإِنَّمَا هُوَ بِحَسَبِ النَّشَاط وَالْقُوَّة ، فَعَلَى هَذَا يَخْتَلِف بِاخْتِلَافِ الْأَحْوَال وَالْأَشْخَاص

“Imam Nawawi berkata, “Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada batasan hari dalam mengkhatamkan Al Qur’an, semuanya tergantung pada semangat dan kekuatan. Dan ini berbeda-beda satu orang dan lainnya dilihat dari kondisi dan person.” (Fathul Bari, 9: 97).

▪️Bacalah Walau Lima Ayat

Abu Sa’id Al Khudri ketika ditanya firman Allah,

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ

“Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran ” (QS. Al Muzammil: 20).
Jawab beliau, “Iya betul. Bacalah walau hanya lima ayat.”
Disebutkan dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 414, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H.

Dalam riwayat Ath Thabari disebutkan dengan sanad yang shahih, dijawab oleh Abu Sa’id, “Walau hanya lima puluh ayat.”
(Diriwayatkan oleh Ath Tahabari, 29: 170, terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1423 H).

Dari As Sudi, ditanya mengenai ayat di atas, maka beliau jawab, “Walau 100 ayat.” (Idem).

▪️Tadabbur itu Lebih Utama

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

وَالِاخْتِيَار أَنَّ ذَلِكَ يَخْتَلِف بِالْأَشْخَاصِ ، فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْل الْفَهْم وَتَدْقِيق الْفِكْر اُسْتُحِبَّ لَهُ أَنْ يَقْتَصِر عَلَى الْقَدْر الَّذِي لَا يَخْتَلّ بِهِ الْمَقْصُود مِنْ التَّدَبُّر وَاسْتِخْرَاج الْمَعَانِي ، وَكَذَا مَنْ كَانَ لَهُ شُغْل بِالْعِلْمِ أَوْ غَيْره مِنْ مُهِمَّات الدِّين وَمَصَالِح الْمُسْلِمِينَ الْعَامَّة يُسْتَحَبّ لَهُ أَنْ يَقْتَصِر مِنْهُ عَلَى الْقَدْر الَّذِي لَا يُخِلّ بِمَا هُوَ فِيهِ ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ كَذَلِكَ فَالْأَوْلَى لَهُ الِاسْتِكْثَار مَا أَمْكَنَهُ مِنْ غَيْر خُرُوج إِلَى الْمَلَل وَلَا يَقْرَؤُهُ هَذْرَمَة . وَاللَّهُ أَعْلَم

“Waktu mengkhatamkan tergantung pada kondisi tiap person. Jika seseorang adalah yang paham dan punya pemikiran mendalam, maka dianjurkan padanya untuk membatasi pada kadar yang tidak membuat ia luput dari tadabbur dan menyimpulkan makna-makna dari Al Qur’an. Adapun seseorang yang punya kesibukan dengan ilmu atau urusan agama lainnya dan mengurus maslahat kaum muslimin, dianjurkan baginya untuk membaca sesuai kemampuannya dengan tetap melakukan tadabbur (perenungan). Jika tidak bisa melakukan perenungan seperti itu, maka perbanyaklah membaca sesuai kemampuan tanpa keluar dari aturan dan tanpa tergesa-gesa. Wallahu a’lam. ”
(Dinukil dari Fathul Bari, 9: 97).

KATA SYAIKH KHOLID BIN ‘ABDILLAH AL MUSHLIH, “AKU MEWASIATKAN PADA SAUDARA/I-KU UNTUK BERSUNGGUH-SUNGGUH MENGGABUNGKAN ANTARA MEMPERBANYAK BACA AL QUR’AN DITAMBAH DENGAN TADABBUR SUPAYA BENAR-BENAR BISA MERAIH BERBAGAI KEBAIKAN.”

Baca penjelasan Ibnul Qayyim pada artikel Rumaysho: Membaca Al Quran untuk Direnungkan dan Diamalkan.

Semoga Allah memberi taufik pada kita untuk rajin memperhatikan dan mentadabburi Al Qur’an.



Oleh -akhukum fillah- Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho

13/02/2022

✍🏻 MUTIARA SALAF :

MENGAPA KEBAIKAN TERASA BERAT DIAMALKAN..?

🍃BBG AL ILMU🍃

🌴🌴🌴
“Kenapa kebaikan begitu berat dikerjakan, dan kenapa kejelekan begitu mudah dilakukan..?”

Ibnu Hajar rohimahullah menukilkan jawaban dari ulama salaf,

“Karena saat melakukan kebaikan, pahit segera terasa dalam jiwa, sementara buah manisnya belum hadir di depan mata, jadilah terasa berat mengamalkannya.. maka jangan sekali-kali perasaan berat itu menyebabkanmu meninggalkan kebaikan tersebut..

🌴🌴🌴
berbeda ketika melampiaskan kejelekan, manisnya segera terasa, sementara akibat buruknya belum terlihat nyata, sehingga jiwa pun begitu mudah melakukannya.. maka janganlah perasaan mudah itu menggelincirkanmu untuk terjatuh dalam kejelekan..”

[ Fathul Bari ]

ARTIKEL TERKAIT
Mutiara Salaf – KOMPILASI ARTIKEL

======🌴🌴🌴🌴🌴======

👤 *Kenapa Disebut Ustadz Sunnah Dan Kajian Sunnah ?* Segala puji hanya bagi Allah ta’ala, dengan pertolongan-Nya, kemudi...
30/01/2022

👤 *Kenapa Disebut Ustadz Sunnah Dan Kajian Sunnah ?*

Segala puji hanya bagi Allah ta’ala, dengan pertolongan-Nya, kemudian perjuangan, ilmu dan hikmah para da’i dan ikhwan sunnah dengan berbagai sarana dakwah, maka kajian-kajian sunnah pun semakin marak dan tersebar, di masjid-masjid, kantor-kantor, dari desa hingga perkotaan.

Bersamaan dengan itu p**a, kajian-kajian yang tidak berlandaskan sunnah dengan sendirinya berangsur meredup, melemah, tersingkir bahkan tak sedikit yang akhirnya ‘punah’,

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

_“Dan katakanlah: Telah datang yang benar dan telah lenyap yang batil, sungguh yang batil itu pasti lenyap.”_ (QS. Al-Isra’: 81)

Asy-Syaikh Al-Mufassir As-Sa’di rahimahullah berkata, “Maknanya: Yang pasti lenyap adalah sifat kebatilan, namun terkadang kebatilan itu memiliki kekuatan dan tersebar jika tidak ada kebenaran yang menghadangnya, maka tatkala kebenaran itu datang, kebatilan pun melemah, sampai tidak tersisa gerakannya. Oleh karena itu tidaklah tersebar kebatilan kecuali di masa-masa dan tempat-tempat yang kosong dari ilmu tentang ayat-ayat Allah ‘azza wa jalla dan penjelasan-penjelasannya.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 464)

*Latar Belakang Penamaan Ustadz Sunnah Dan Kajian Sunnah*

Penamaan “Ustadz Sunnah” dan “Kajian Sunnah” tidaklah datang dengan sendirinya, tapi karena adanya faktor yang sangat kuat, yaitu tidak lain adalah karena kajian-kajian yang dibahas oleh para da’i tersebut *selalu merujuk kepada sunnah Nabi* shallallahu’alaihi wa sallam dan *menjauhi setiap ajaran baru (bid’ah)* yang tidak berdasar petunjuk beliau shallallahu’alaihi wa sallam.

Semua kajian berdasarkan pemahaman sunnah, apakah itu kajian tafsir, hadits, tauhid, fiqh, adab dan lain-lain selalu merujuk kepada sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, karena sunnah yang dimaksudkan di sini adalah semua ajaran yang berasal dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, yang tertera dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang *sesuai Pemahaman Salaf.*

Atau dengan kata lain “Ustadz Sunnah” dan “Kajian Sunnah” yang dimaksudkan di sini adalah ustadz atau kajian Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Seorang ustadz atau kajian yang selalu merujuk kepada manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, nama lainnya adalah Salafiyyah, sebuah metode beragama yang selalu merujuk kepada generasi Salaf, generasi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum.

✍🏻 Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc.
_______

Web: dakwahmanhajsalaf.com

Bismillah. 🌻🌷🌷Inilah sifat wanita yang baik agamanyaSyaikh Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:• Menegakkan perintah...
25/01/2022

Bismillah.

🌻🌷🌷Inilah sifat wanita yang baik agamanya

Syaikh Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:

• Menegakkan perintah Allah ﷻ⁣
• Menjaga hak-hak suaminya dan ranjangnya⁣
• Menjaga anak-anak dan harta suaminya⁣
• Membantunya dalam ketaatan kepada Allah ﷻ⁣
• Jika suaminya lupa, ia akan mengingatkannya⁣
• Jika suaminya malas, ia akan menyemangatinya⁣
• Jika suaminya marah, ia akan berusaha membuatnya ridha⁣

⁣Az-Zawaj, hal.20⁣

Barokallahu fiikum

Address

Sungai Rongkong Palopo
Palopo

Telephone

+6281242620341

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Ummu Yahya Abdillah posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Ummu Yahya Abdillah:

Share


Other Digital creator in Palopo

Show All