Agama Hindu

Agama Hindu Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Agama Hindu, Digital creator, negara, Negara.

21/12/2024

Belajar untuk diri sendiri
Motivasi diri

05/11/2024

Pemahaman Tentang *Samsara* dalam *Sloka* Agama Hindu

*Samsara*, atau siklus kelahiran dan kematian yang terus berulang, merupakan konsep penting dalam agama Hindu. Tema ini kerap muncul dalam *sloka*-sloka kuno, seperti dalam kitab-kitab suci Hindu. Konsep *samsara* bertujuan mengingatkan manusia akan pentingnya melepaskan diri dari dunia materi untuk mencapai kebebasan atau *moksha*.

- Apa yang dimaksud dengan *samsara* dalam konteks *sloka* agama Hindu?
- Bagaimana *sloka* menggambarkan konsep *samsara* dan hubungannya dengan kehidupan manusia?


**III. Pembahasan**
- **Analisis *Sloka*-*Sloka* yang Berkaitan dengan *Samsara***
- Kutipan beberapa *sloka* dari kitab suci seperti Bhagavad Gita atau Upanishad yang menguraikan konsep *samsara*.
- Pembahasan makna dari setiap *sloka* yang dikutip dan kaitannya dengan pemahaman tentang siklus hidup-mati.

- **Tujuan *Samsara* dan Hubungan dengan *Moksha***
- Penjelasan tentang bagaimana *samsara* mengarahkan manusia menuju pencapaian *moksha*, kebebasan dari siklus kehidupan duniawi.
- Diskusi mengenai hubungan antara karma (perbuatan) dan *samsara* dalam ajaran Hindu
**

22/10/2024

Catur Marga
I. Pendahuluan

Catur Marga merupakan konsep penting dalam ajaran Hindu yang menjelaskan empat jalan atau marga untuk mencapai moksha, yaitu pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Konsep ini menunjukkan bahwa ada berbagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai tujuan spiritual. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian, jenis-jenis Catur Marga, serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
II. Pengertian Catur Marga

Catur Marga berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti "empat jalan". Dalam konteks spiritual, Catur Marga menggambarkan empat pendekatan yang berbeda untuk mencapai realisasi diri dan penyatuan dengan Tuhan. Keempat marga ini memberikan panduan bagi individu sesuai dengan karakteristik dan kecenderungan masing-masing.
III. Jenis-Jenis Catur Marga

Catur Marga terdiri dari empat jalan utama:

Bhakti Marga:
Definisi: Jalan pengabdian kepada Tuhan yang dilakukan dengan penuh cinta dan rasa hormat.
Praktik: Melalui puja (ibadah), doa, dan pengabdian kepada Tuhan. Penganut Bhakti Marga percaya bahwa cinta kepada Tuhan dapat membawa mereka kepada pembebasan.

Karma Marga:
Definisi: Jalan tindakan atau perbuatan yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan.
Praktik: Melakukan tindakan baik dan dharma (kewajiban) dengan niat yang tulus. Karma Marga menekankan pentingnya bertindak untuk kebaikan tanpa pamrih.

Jnana Marga:
Definisi: Jalan pengetahuan dan kebijaksanaan yang fokus pada pencarian kebenaran dan pemahaman diri.
Praktik: Melalui studi teks suci, meditasi, dan refleksi. Jnana Marga menekankan pentingnya pengetahuan spiritual sebagai cara untuk memahami hakikat diri dan realitas.

Raja Marga:
Definisi: Jalan meditasi dan pengendalian diri untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi.
Praktik: Melalui praktik yoga, meditasi, dan disiplin mental. Raja Marga mengajarkan pengendalian pikiran dan emosi sebagai sarana untuk mencapai ketenangan batin.

IV. Implikasi Catur Marga dalam Kehidupan Sehari-hari

Catur Marga memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari penganut Hindu:

Pilihan Spiritual: Individu dapat memilih marga yang paling sesuai dengan kepribadian dan kecenderungan spiritual mereka. Hal ini memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan menemukan jalan yang tepat.

Peningkatan Kualitas Hidup: Melalui praktik Catur Marga, individu dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dengan mengembangkan sifat-sifat baik, seperti pengabdian, kebaikan, kebijaksanaan, dan disiplin.

Keseimbangan dalam Hidup: Dengan memahami dan menerapkan Catur Marga, individu dapat mencapai keseimbangan antara tindakan, pengetahuan, pengabdian, dan pengendalian diri.

V. Kesimp**an

Catur Marga adalah konsep yang sangat penting dalam ajaran Hindu yang menyediakan empat jalur berbeda untuk mencapai moksha. Setiap marga menawarkan pendekatan unik yang dapat diambil oleh individu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan spiritual mereka. Dengan memahami dan mengamalkan Catur Marga, penganut Hindu dapat meningkatkan kualitas hidup mereka, mencapai tujuan spiritual, dan mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan Tuhan dan sesama.
VI. Daftar Pustaka

Buku-buku tentang ajaran Hindu dan Catur Marga.
Artikel tentang spiritualitas dan praktik dalam budaya Hindu.
Sumber-sumber online mengenai Catur Marga dan jalan-jalan spiritual.

Antana Ary Dee Dee Ary Antana

masukan dan saran
pengetahuan
bermaksud menyinggung siapapun
monivasi diri

17/06/2024

Tiga perbuatan yang kotor

Om Swastyastu
Umat sedharma, bahwa dalam hidup ini ada tiga hal yang harus dihindari yakni Moha, Mada dan Kasmala. Mengapa ketiga hal tersebut harus dihindari karena dapat membuat terperosok ke lembah kesengsaraan dalam hidup.

Moha, artinya berpikir kotor atau dusta. Karena dengan berpikir kotor menjadi beban dalam hidupnya sehingga membuat bingung yang akhirnya berpikir sesuatu yang kurang baik walaupun belum tentu benar. Moha adalah kejahatan yang bertentangan dengan Manacika Parisudha.

Mada, artinya berarti berkata yang kotor atau dusta karena seseorang yang sering berkata kotor atau dusta menimbulkan kecongkakan dan kesombongan pada dirinya yang tidak bisa terkendali. Mada adalah kejahatan karena ucapan yang bertentangan dengan Wacika Parisudha.

Kasmala, artinya berbuat yang kotor atau dusta dalam hal ini bertentangan dengan Kayika Parisudha. Melakukan himsa karma yaitu perbuatan menyiksa atau membunuh makhluk lain. Melakukan kecurangan terhadap harta benda yaitu mencuri, merampok, mencopet dan lain-lain.

Umat sedharna demikian tiga hal tersebut yang harus dihindari baik kejahatan dalam pikiran, dalam perkataan maupun perbuatan yang kotor itu agar kehidupan diduna ini lebih nyaman dan tentram lahir dan batin.

17/06/2024
17/05/2024

Dana Punia

Om Swastyastu
Umat se-dharma semoga tiada halangan yang melintang, puji astuti angayu bagyo marilah kita panjatkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta waranugrahaNya kita masih diberikan kesehatan dan dapat berkumpul dalam keadaan sehat. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan wacana dharma tentang Dana Punia. Salah satu ajaran agana Hindu yang mendukung ap*♧]4¡-apun kegiatan adalah adanya dana punia. Dana artinya pemberian sedangkan punia artinya baik atau suci. Sehingga dana punia artinya pemberian yang baik atau suci. Bila kita menyadari saat kita memberi jari tangan kita mencakup membentuk satu kesatuan. Jari memiliki karakeristik yang berbeda. Hal ini dapat kita artikan bahwa apabila kita melakukan dana punia dapat mendorong terjadinya persatuan dan kesatuan antar sesama, mempererat tali persaudaraan. Sesuai dengan ajaran kita yang menyatakan bshwa kita semua bersaudara ( vasudaiva kutumbhakam).

Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini saya akan mengupas tuntas tentang dana punia untuk kebersamaan dan persaudaraan. Adapun yang ingin sampaikan yang pertama mengapa dana punia menjadi prioritas dijaman ini, yang kedua bahaimana berdana punia yang baik dan tepat. Mengapa memprioritaskan dana punia menjadi penting kita lakukan di zaman sekarang dalam Parasara dharmadastra I.23 disebutkan:
tapah param kerta yuga
tretayam jnana mucyate
dvapare yajna waewahur
danamekam kalau yuge

Yang artinya
Pelaksanaan penebusan dosa yang ketat ( tapa) merupakan kebajikan pada masa Satyayoga pengetahuan tentang sang Diri (jnana) pada Tretayuga, pelaksanaan upscara kurban keagamaan (yajna) pada masa Dwarayuga, dan melaksanakan amal sedekah/dana punia ( danam) pada masa Kaliyuga.

Dari sloka diatas dapat kita simpulkan bahwa untuk sekarang ini kebajikan yang perlu kita lakukan adalah dana punia. Swami Wiwekananda membagi dana punia menjadi tiga macam yaitu dhanta dana, vidya dana dan artha dana. Pemberian itu bisa berupa nasehat/ wejangan atau petunjuk hidup, yang mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik ( dharmadana), contohnya sebagai orang tua mengarahkan anaknya menjadi menegang dharma dalam segala perbuatannya.
Pengetahuan (vidyadana) seperti seorang guru yang memberiksn pengetahuan yang dimiliki kepada murid-muridnya dan berupa harta benda (arthadana) yang brrtujuan untuk menolong atau menyelamatkan seseorang atau masyarakat. misalnya membeti sedikit kepada yang meminta-minta.

Pemberian merupakan suatu hal yang mulia, mengapa demikian? didalam Mahabaratha ada seorang pemberi yang agung yaitu Radheya putra Kunti dan Surya. Saat Radheya selesai memuja matahari disiang hari datanglah Indra yang menyamar sebagai seorang Brahmana. Beliau berkata mohon berikanlah aku sedekah. Radheya menghormati Brahmana tersebut dengan sujud dikakinya dan mempersilahkan duduk. Brahmana itu meminta kavaca dan kundala. Radheya menawarkan yang lainnya. Singkat cerita Radheya tahu bahwa yang datang Indra. Hal ini memberi makna bahwa pemberian itu merupakan hal mulia.

Lalu bagaimana berdana punia yang baik dan tepat? Bila kita kaitkan dengan tiga guna yang melekat pada manusia, dana punia memiliki tiga kualitas satwika, rajasika dan tamasika. Hal ini dipertegas dalam kitab Bhagawadgita XVII
20, 21, 22 sebagai berikut:
Bhagawadgita XVII.20 dikatakan bahwa dana punia yang bersifat satvika adalah dana punia yang didasari rasa tulus ikhlas kepada orang yang berhak cara yang baik, sesuai dengan jalan dharma. Bhagawadgita XVII.21 menyebutkan juga Rajasika merupakan kualitas kedua dari dana punia yang memiki sifat rajasika mempunyai ciri-ciri : memberikan dana punia untuk memperoleh keuntungan di kemudian hari atau mengharapkan hasilnya, hanya untuk pamer, ada perasaan kesal saat memberikannya.

14/05/2024




Semuut Semuut

01/05/2024

Makna Tumpek Krulut
Hari Tumpek Krulut jatuh pada hari Sabtu kliwon, wuku Krulut, yaitu setiap 6 bulan atau 210 hari kalender. Pada hari Tumpek Krulut masyarakat hindu mengadakan pemujaan puji syukur kepada Tuhan dalam manisfestasinya sebagai Dewa Iswara, yang telah terciptanya suara-suara suci dalam bentuk Tabuh atau Gamelan. Istilah dari Tumpek Krulut diambil dari nama wuku (penanggalan jawa dan bali) berdasarkan kalender Bali, yaitu “lulut” yang memiliki makna jalinan atau rangkaian. Jadi Hari Tumpek Krulut merupakan wujud dari kasih saying terhadap alat-alat seni berupa gamelan atau tetabuhan.

Hari Tumpek Krulut jika dicermati secara mendalam sesungguhnya sebagai sarana memunculkan rasa saling asih, asah dan asuh di antara sesame manusia melalui sarana seni tetabuhan, hasil dari karya cipta Hyang Widhi yang membuat rasa tertarik, senang, dan terpesona dalam kehidupan. Tumpek Krulut diambil dari Kata krulut berasal dari kata lulut yang artinya „senang‟ atau „cinta‟ yang bisa disejajarkan dengan makna sayang cinta dan welas asih. Krama Hindu di Bali selama ini merayakan hari Tumpek Krulut sebagai hari piodalan di pelinggih penyarikan di banjar - banjar. Di Hari Tumpek Krulut krama banjar mengupacarai perangkat Gamelan atau Tetabuhan. Di dalam masyarakat tetabuhan sangat identik dengan Gong . Oleh sebab itu Hari Tumpek Krulut juga sering disebut dengan Odalan Gong atau Otonan Gong yang bertujuan agar perangkat suara untuk kelengkapan upacara tersebut memiliki suara yang indah dan bertaksu. Sesajen yang dihaturkan pada hari Hari Tumpek Krulut yaitu peras pengambean, ajuman, tigasan, beserta tipat/ketupat gong.

01/05/2024

Panca Upaya Sandhi
Panca Upaya Sandhi berasal dari tiga kata yakni Panca yang berarti Lima, Upaya yang berarti akal, atau usaha dalam hal ini jalan keluar suatu persoalan dan Sandhi yang artinya kode, rahasia atau berita. Jadi Panca Upaya Sandhi dapat diartikan Lima tekni atau cara yang harus dimiliki seorang pemimpin guna
menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Selain itu Panca Upaya Sandhi juga dapat diartikan lima upaya dalam memimpin.
Dalam Lontar Siwabuddha Gama Tattwa, Panca Upaya Sandhi diartikan sebagai lima macam usaha dan upaya yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk menghadapi dan menyelesaikan persolan serta tantangan yang menjadi tanggung jawabnya. Adapun Bagian-Bagian dari Panca Upaya Sandhi adalah sebagai berikut:
1. Maya Maya maksutnya adalah seorang pemimpin hendaknya memiliki dan
melakukan upaya dalam pengump**an data atau permasalahan yang belu jelas
kedudukan dan profesinya, sehingga dapat dilakukan penataan lebih lanjut untuk
mencapai kesempurnaan.
2. Upeksa
Upeksa maksutnya adalah seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya
dan kemampuan untuk meneliti dan menganalisis semua data dan informasi yang
ada, sehingga semua permasalahan yang dihadapi itu dapat diletakkan pada
proporsinya.
3. Indrajala
Indrajala maksutnya adalah seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya
dan kemampuan untuk mencarikan jalan keluar setiap permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya.
4. Wikrama
Wikrama maksutnya adalah seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya
dan kemampuan untuk melaksanakan semua rencana dan rumusan yang telah
diprogramkan sebelumnya.
5. Logika
Logika maksutnya adalah seorang pemimpin dalam melaksanakan semua
tindakannya, hendaknya selalu didahului dengan pertimbangan nalar yang sehat
dan dapat diterima oleh masyarakat. Keputusan yang diambil harus masuk akal
dan logis tanpa emosi.

19/07/2022

ETIKA

Etika atau susila berasal dari kata “su” yang berarti baik, indah, harmonis dan “sila” yang berarti prilaku, tata cara/tata laku. Jadi susila berarti tingkah laku manusia yang baik dalam mengadakan hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta dan dengan tuhan (tri hita karana). Setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya hendaknya selalu menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan (tri kaya parisudha).

Di lingkungan keluarga misalnya, anak-anak hendaknya berbicara dan bertingkah laku yang sopan terhadap orang tua. Orang tua juga hendaknya memberi contoh/teladan tentang perilaku yang baik kepada anaknya, sehingga terjadi hubungan yang harmonis di lingkungan keluarga.

Dalam menjaga hubungan dengan alam, ketika akan menebang pohon untuk digunakan, maka hendaknya menanam pohon baru sebagai pengganti. Setiap orang hendaknya merawat lingkungan sekitar sehingga alam tetap lestari.

Sementara untuk menjaga hubungan dengan Ida Sanghyang Widi/Tuhan, dapat dilakukan dengan Nitya Yadnya (persembahyangan Tri Sandhya, Mesesaiban/Ngejot), dan Naimitika Yadnya (persembahyangan pada waktu-waktu tertentu misalnya hari-hari suci, Tilem, Purnama, Galungan, Kuningan, Nyepi dan hari suci lainya). Selain kedua cara di atas, hubungan dengan Tuhan dapat p**a dilakukan dengan berdoa dalam kegiatan sehari-hari (doa makan, sebelum makan, mau bekerja dan sebagainya) dapat p**a dengan berjapa.

12/07/2022

“Om Swastyastu”

Tri Hita Karana Harmoni Manusia, Alam, dan Tuhan

Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kebahagiaan. Kebahagian akan terwujud apabila kita telah mampu mewujudkan suatu harmoni. Harmoni adalah suatu hubungan yang selaras dan seimbang antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan. (Wiana, 2007: 5-6). Atas dasar pengertian keharmonisan inilah maka orang-orang Hindu tetap tidak mau memisahkan agama mereka dari kehidupan sehari-hari, atau untuk memisahkan kepercayaan dari kepercayaan besar lainnya di dunia.
Dalam agama Hindu, kami meyakini konsep Tri Hita Karana yang berarti kebahagiaan bersumber dari keharmonisan manusia dengan Tuhan, semesta, dan sesama. Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”.

Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 Nopember 1966 yaitu saat diselenggarakan Konferensi Daerah I Badan Perjuangan Umat Hindu yang bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan dengan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat sampai saat ini.

Pada dasarnya hakikat ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan ke Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Adapun bagian-bagian dari Tri Hita Karana, yaitu:

Parahyangan
Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu setiap manusia wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai umat Hindu yang perlu dilakukan untuk berhubungan dengan Sang Pencipta adalah melalui ajaran Catur Marga yang artinya empat jalan menuju sang pencipta. Adapun bagian-bagian dari Catur Marga, yaitu:
1. Karma Marga
Karma Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk berbuat semaksimal mungkin untuk kepentingan orang banyak atau dirinya sendiri berada dalam lingkungan itu. Apa yang dikerjakannya tersebut di landasi dengan rasa tulus iklas dan tanpa pamrih.
2. Bhakti Marga
Bhakti Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk tulus iklas mengabdi atas dasar kesadaran pengabdiaan, yang dimaksudkan disini adalah selain berbhakti kepada Hyang Widi Wasa (Tuhan) juga mengabdi untuk kepentingan masyarakat, Bangsa, dan Negara.
3. Jnana Marga
Jnana Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk yang mempunyai kemampuan pemikiran – pemikiran yang cemerlang dan positif untuk disumbangkan secara sukarela dan tanpa imbalan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
4. Raja Yoga Marga
Raja Yoga Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk selalu menghubungkan diri dengan Tuhan melalui kegiatan sembahyang, tapa (mengikuti untuk tidak melanggar larangan/ pantangan), brata (mengendalikan diri) dan semadi (selalu menghubungkan diri dengan berpasrah diri kepada Tuhan melalui berjapa/jikir).
Penerapan parahyangan dalam kehidupan manusia adalah sujud bakti kepada Tuhan. Di dalam ajaran agama Hindu dapat juga diwujudkan dengan Dewa Yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kepada dewa-dewa. Penerapan parahyangan juga dapat dilakukan dengan mengendalikan diri kita agar selalu berada di jalan-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan rajin sembahyang untuk mengucap rasa syukur kita kepada Tuhan.

Palemahan
Palemahan berasal dari kata lemah yang artinya tanah. Palemahan juga berati bhuwana atau alam. Dalam artian yang sempit palemahan berarti wilayah sutu pemukiman atau tempat tinggal. Untuk mencapai kehidupan yang damai, tenang, dan tentram, manusia tidak bisa hidup tanpa bhuwana agung (alam semesta). Manusia hidup di alam dan dari hasil alam. Hal inilah yang melandasi terjadinya hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta ini.

Untuk tetap menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam, umat Hindu melaksanakan upacara tumpek uye (tumpek kandang), yang bertujuan untuk menjaga kelestarian hidup binatang dan melaksanakan upacara tumpek wariga (tumpek bubuh) untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan.

Pawongan
Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan agar sesama umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi dan hubungan yang harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi / silahturahmi.

Pada mulanya Tuhan yang lebih dulu menciptakan bhuwana atau alam, maka munculah palemahan, setelah itu barulah beliau menciptakan manusia beserta mahluk hidup lainya. Setelah manusia berkembang dan menghimpun diri dalam kehidupan bersama dan mendiami suatu wilayah tertentu maka muncullah masyarakat yang disebut dengan pawongan. Penerapan pawongan ini adalah membina hubungan yang baik antar sesama manusia agar tercipta kehidupan yang rukun dan harmonis serta saling membantu sesama manusia dengan hati yang penuh dan cinta kasih.

Nah itulah penjelasan singkat mengenai konsep Tri Hita Karana dalam agama Hindu. Pertanyaan mengenai mengapa pohon di Bali ada kain atau sesajennya itu tidak lepas dari pengamalan Tri Hita Karana yaitu palemahan. Dimana hal tersebut menunjukkan rasa terima kasih kepada alam semesta atas apa yang diberikannya kepada umat manusia.
Demikian ulasan artikel tentang Tri Hita Karana Harmoni Manusia, Alam, dan Tuhan. Semoga bermanfaat bagi umat sedharma.
"Om Santih Santih Santih Om"

Address

Negara
Negara
82218

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Agama Hindu posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share