28/12/2024
Gara-gara Nemu bayi dipinggir jalan aku disangka selingkuh
HIDUPKU BERUBAH SAAT AKU MENEMUKAN BAYI DI SAMPING MAYAT IBUNYA. BERBAGAI MACAM HAL ANEH SELALU DATANG, SEPERTI MENEROR KU. SIAPA SEBENARNYA BAYI INI?
1
"Pak, tolong! Tolong anak saya!" Seorang wanita berdaster dengan rambut berantakan meski terkuncir kebelakang, menghentikan laju mobil yang pak Sugeng kendarai.
"Pak, hentikan mobilnya," titahku pada lelaki paruh baya yang sudah 10 tahun menjadi sopir pribadi keluarga.
Wanita tadi menggedor kaca. Aku sedikit terkejut karena mata ini baru saja berkedip tetapi posisi si wanita sudah berada di samping mobil, padahal jelas tadi ia berdiri di depan.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanyaku setelah kaca turun setengah bagian.
"Tolong anak saya, Pak. Dia nangis terus, tidak ada yang mau menggendongnya," rengek wanita itu.
Entah apa yang ada dalam otakku, tanpa pikir panjang aku langsung turun dan mengikuti kemana langkah wanita. Pak Sugeng yang takut aku terkena hipnotis, mengekor.
Mata kami terbelalak tatkala menangkap sebuah kecelakaan. Sebuah motor hancur dan tubuh yang remuk tergeletak tak jauh, bagian kaki lebih jauh lagi, sementara tangan berlumur darah tampak menyilang di tubuh bayi diperkirakan berusia satu tahun.
"Pak kenapa bayi itu tidak digendong?" tanyaku padaku seorang pedagang kaki lima. Reflek aku menyingkirkan tangan penuh darah, lalu mendekap bayi yang sedari tadi menangis. Aneh, dalam gendonganku, si bayi langsung berhenti menangis. Aku menoleh ke belakang ingin menanyakan awal kejadian pada wanita tadi, namun sekali lagi aku dibuat terkejut, wanita berdaster tidak ada.
"Pak, lihat!" Pak Sugeng menunjuk ke arah tubuh yang remuk, corak dasternya sama kayak yang dipake wanita tadi.
Bulu kudukku berdiri. Kali pertama dalam hidup aku mendapati kejadian mistis yang sulit di percaya.
Menit, mobil polisi datang. Aku dan semua yang ada di tempat kejadian menjadi saksi. Diantara kami tidak ada yang meilhat mobil yang menabrak motor korban. Tidak ada KTP atau apapun yang bisa mengenali korban. Selain kondisi tubuh yang hancur, sepeda motornya pun sudah tak berbentuk. Karena data diri tidak di temukan, aku pun menawarkan diri menjadi penanggung jawab asalkan bayi yang ditemukan di samping mayat ibunya, bisa aku rawat. Pihak kepolisian setuju, mengambil uang di ATM dengan jumlah yang cukup besar, aku meminta pedagang kaki lima bernama pak Narto yang mengurus semuanya. Sementara aku dan pak Sugeng melanjutkan perjalanan pulang dengan membawa si bayi.
***
"Anak siapa ini, Mas?" tanya Kalila, istri tercintaku. Bayi yang tertidur digendongan, kini terbangun. Karena menangis, aku meminta mbok Surti menenangkannya dengan memberi sufor yang tadi aku beli di mini market.
"Bayi itu aku dapat nemu, Dek. Ibunya meninggal dalam kecelakaan," jelasku.
"Bohong! Jangan kamu kira aku sebodoh itu bisa percaya, mas."
Tawa Citra dan ibu menyela ucapan Kalila. Mereka mendekat dan menatap Kalila dari atas hingga bawah.
"Kamu harusnya nyadar, Kal. Sebagai istri kamu telah gagal karena belum memberi Nathan anak. Jadi jangan salahkan suamimu kalau menikah lagi dan memiliki anak," ejek ibu.
"Bu, tolong jangan memperkeruh suasana. Anak itu beneran bukan anakku."
"Kakak tidak usah bohong. Aku dan ibu pasti akan dukung, kok kalo kakak menikah lagi. Lagian rumah ini sepi tanpa adanya tangis bayi,"
"Stop Citra! Bisa gak kamu tidak usah ikut campur urusan orang dewasa!" Emosiku semakin naik.
Kalila berurai airmata, mengabaikan pembelaanku dan hinaan keluargaku, ia berlari menuju kamar.
Sekelibat, aku melihat sosok wanita itu lagi. Ia mengekori Kalila. Takut terjadi sesuatu, aku pun segera menyusul.
"Dek, mas berani sumpah. Bayi itu bukan anak mas. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanya pak Sugeng. Aku sangat mencintaimu. Meski kita belum dikaruniai anak, cintaku tidak pernah pudar." Panjang lebar aku berbicara, tetapi Kalila hanya diam sambil tertunduk. Rambutnya yang panjang menghalangi wajah cantiknya.
"Anggap anakku seperti anakmu, maka aku akan menjaga istrimu dari kedzoliman ibu dan adikmu," lirih Kalila. Aku tidak mengerti dengan apa yang dia ucapan.
Cklek!
Pintu kamar mandi terbuka aku berbalik, rupanya Kalila baru keluar dari kamar mandi. Menoleh ke samping. Wanita yang aku sangka dirinya sudah tidak ada lagi.
"Aku percaya, Mas. Aku juga tidak akan bertanya pada pak Sugeng. Biarlah Allah yang menghukummu kalau kamu salah."
Di tengah perasaan yang masih bingung, aku merasa bahagia karena Kalila termasuk wanita yang dewasa dan tidak mudah termakan hasud. Itu sebabnya aku tidak terlalu pusing memikirkan soal momongan, karena memiliki Kalila adalah anugrah yang sangat indah dan cukup membuatku bahagia.
Duduk di ranjang dengan kepala menyender di bahu. Aku pun menceritakan kejadian tadi, kejadian yang berhasil meluruhkan keberanian si gagah ini. Pertama kali nyaliku menciut oleh peristiwa mistis. Awalnya Kalila tidak percaya, tetapi melihatku yang ketakutan, ia pun yakin kalau di dunia ini memang ada alam gaib. Berdampingan dengan manusia.
"Siapa nama bayi itu?" tanya Kalila setelah selesai kujabarkan semuanya.
"Aku juga tidak tahu."
"Kalau gitu aku akan kasih nama Bunga."
"Nama yang bagus, aku s**a."
Daun pintu yang tidak tertutup sempurna, mendadak bergerak, seolah ada yang membuka lalu menutupnya dengan rapat. Pandangan kami beradu. Mungkin apa yang Kami pikirkan sama. Wanita itu masih berada diantara kami.
Kbm app_Ratingkem28
Judul: Bayi Yang Kutemukan Disamping Mayat Ibunya