Narasi Fiqih

Narasi Fiqih Narasi Fiqih

Fiqih merupakan Khazanah Klasik yang selalu mengedepankan Maslahah / Kebaikan, dan Maf Kajian Ala Ahlussunah wal jamaah
(1)

Menjaga pembicaraan itu penting.!ﺃﺩﺭﻛﺖ ﺃﻗﻮﺍﻣﺎ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻟﻬﻢ ﻋﻴﻮﺏ ﻓﺘﻜﻠﻤﻮﺍ ﻓﻲ ﻋﻴﻮﺏ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﺄﺣﺪﺙ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬﻢ ﻋﻴﻮﺑﺎTelah kujumpai o...
18/11/2020

Menjaga pembicaraan itu penting.!

ﺃﺩﺭﻛﺖ ﺃﻗﻮﺍﻣﺎ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻟﻬﻢ ﻋﻴﻮﺏ ﻓﺘﻜﻠﻤﻮﺍ ﻓﻲ ﻋﻴﻮﺏ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﺄﺣﺪﺙ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬﻢ ﻋﻴﻮﺑﺎ

Telah kujumpai orang-orang yang belum pernah ada aib pada diri mereka, lalu mereka membicarakan aib-aib orang lain, maka kemudian Allah SWT menciptakan aib pada diri mereka .

ﻭﺃﺩﺭﻛﺖ ﺃﻗﻮﺍﻣﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻬﻢ ﻋﻴﻮﺏ ﻓﺴﻜﺘﻮﺍ ﻋﻦ ﻋﻴﻮﺏ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﺴﺘﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻴﻮﺑﻬﻢ .

Dan telah kujumpai p**a orang-orang yang mempunyi banyak aib, kemudian mereka diam tidak membicarakan aib-aib manusia, maka kemudian Allah SWT menutupi aib-aib mereka .
-
Al-Imam Hasan Al-Bashri

KISAH SEORANG WANITA YANG BEBAS DARI SIKSA KUBUR KARENA SELAWAT NABIDiceritakan bahwasannya bermula ketika seorang ibu t...
16/11/2020

KISAH SEORANG WANITA YANG BEBAS DARI SIKSA KUBUR KARENA SELAWAT NABI

Diceritakan bahwasannya bermula ketika seorang ibu tua mendatangi Imam Al-Hasan Al-Bashri. Ia bercerita, baru saja ditinggal mati anaknya yang perempuan. Kepada Al-Hasan Al-Bashri, ia menyampaikan kerinduan mendalam kepada anaknya.

"Saya merasa kehilangan. Saya ingin mengetahui keadaan si anak. Saya ingin berjumpa dengan putri saya, meski dalam mimpi," katanya.

Al-Hasan Al-Bashri memahami perasaan yang dialami tamu tersebut. Ia kemudian menyarankan si ibu untuk melakukan sembahyang empat rakaat setelah sembahyang Isya.

“Bacalah Surat Alhakumut Takatsur, sekali setiap rakaat setelah pembacaan Surat Al-Fatihah. Lalu berbaringlah. Bacalah shalawat nabi hingga kau tertidur," ujar cendekiawan muslim tersebut.

Perempuan itu mendengarkan baik-baik fatwa Al-Hasan Al-Bashri. Ia segera p**ang dan menjalankan fatwa tersebut. Terjadilah apa yang dikehendaki si ibu. Ia dapat berjumpa dengan anak perempuannya yang telah meninggal. Tetapi ia begitu terkejut melihat anaknya terbelenggu dan terpasung dalam siksa kubur.

Bangun tidur, ia kembali menemui Al-Hasan Al-Bashri. Ia mengabarkan kondisi anaknya di alam barzakh. Mendengar cerita si ibu, Al-Hasan Al-Bashri pun sempat gelisah dan bimbang sesaat.

Al-Hasan Al-Bashri menyarankan tamunya untuk bersedekah yang amalnya dihadiahkan untuk ahli kubur yang dimaksud. Ibu tersebut p**ang. Ia mengikuti saran Al-Hasan Al-Bashri.

Benar saja, kondisi anaknya berubah di alam kubur. Tetapi kali ini Al-Hasan Al-Bashri yang justru mimpi bertemu anak perempuan tersebut.

Pada malam itu, Al-Hasan Al-Bashri seperti berada di taman surga yang terdapat sofa bagus di dalamnya. Di taman itu Al-Hasan Al-Bashri melihat seorang perempuan muda yang cantik dengan mahkota cahaya di kepala.

“Apakah Tuan mengenal saya?” perempuan muda itu menyapa Al-Hasan Al-Bashri. “Tidak.”

“Aku putri dari seorang ibu tua yang mengunjungi Tuan.”

“Iya, tetapi bukan seperti (sebaik) ini ibumu menceritakan kondisimu,” kata Al-Hasan Al-Bashri terheran.

“Tuan benar, kemarin-kemarin keadaanku memang demikian (buruk dan tersiksa).”

“Lalu dengan apa kau mendapat kemuliaan seperti ini?”

“Di alam barzakh, kami berjumlah 70.000 orang menerima siksa kubur. Tetapi suatu hari ada seorang saleh yang baik hati melewati pemakaman kami. Ia membaca selawat nabi sekali dan menghadiahkan pahalanya untuk kami sehingga Allah membebaskan kami dari siksa tersebut melalui keberkahan Rasulullah SAW.

Keadaanku sampai berubah (180 derajat menjadi baik) seperti Tuan lihat sekarang,” jawab perempuan tersebut. Wallahu a'lam.

~ Sumber: kitabi Tsimarul Yani‘ah fir Riyadhil Badi‘ah karya Syekh M Nawawi Banten. cetakan Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah.

Nikmat Islam.!لكل من يقول انه قليل الحظ، الم يكفيك حظك أنك ولدت مسلما "Untukmu yang sering mengatakan kurang beruntung d...
15/11/2020

Nikmat Islam.!

لكل من يقول انه قليل الحظ، الم يكفيك حظك أنك ولدت مسلما

"Untukmu yang sering mengatakan kurang beruntung dalam kehidupan, tidak cukupkah engkau merasa menjadi orang yang sangat beruntung dengan dilahirkan sebagai seorang Muslim.?

~ Syaikh Mutawali asy-Sya'rawi

15/11/2020

Hati lelaki ketika didatangi Wanita.

في قلب الرجل ألف باب يدخل منها كل يوم ألف شيء ولكن حين تدخل المرأة من أحدها لا ترضى إلا أن تغلقها كلها.

"Di hati lelaki ada 1000 pintu, setiap hari 1000 macam hal masuk melaluinya, tapi begitu ada seorang wanita masuk ke sana, maka wanita itu tak rela kecuali menutup semua pintu itu."


Merespon Keburukan dengan Kebaikan._______Seseorang pernah bertanya bagaimana sikap kita terhadap mereka yang berbuat bu...
12/08/2020

Merespon Keburukan dengan Kebaikan.
_______
Seseorang pernah bertanya bagaimana sikap kita terhadap mereka yang berbuat buruk / jahat kepada kita.? Menurutnya sebagian besar atau pada umumnya kita ingin membalas keburukan itu dengan keburukan yang sama. Setiap hari kita melihat begitu.

Sebuah kalimat dari para bijakbestari menyebutkan :

اذا قابلنا الاساءة بالاساءة فمتى تنتهى الاساءة

"Jika keburukan dibalas dengan keburukan, maka sampai kapan keburukan akan berhenti".

Jadi harus bagaimana.?

Rasulullah SAW. pernah bersabda :

لا يكن أحدكم إمعة يقول: إن أحسن الناس أحسنت، وإن أساءوا أسأت، ولكن وطنوا أنفسكم إن أحسن الناس أن تحسنوا، وإن أساءوا أن تجتنب اساءتهم

“Tidaklah patut kamu ikut-ikutan (membebek). Jika orang-orang berbuat baik maka aku juga berbuat baik, dan jika mereka berbuat jelek maka aku ikut juga berbuat jelek. Janganlah begitu. Kuatkan hatimu. Jika orang-orang berbuat baik, maka engkau juga hendaklah berbuat baik; dan jika mereka berbuat jelek, hendaklah kau hindari melakukan keburukan terhadap mereka.” (HR Tirmidzi).

Al-Qur'an malah mengatakan :

وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Tolaklah (perbuatan buruk itu) dengan tindakan yang lebih baik, maka jika antara kamu dan dia ada permusuhan, maka dia akan menjadi teman yang hangat”.(Qs: Fushilat : 34).

________
Pesan Moral :
Menganggap selalu baik orang yang sering melakukan kebaikan merupakan suatu kebenaran serta anjuran dari Syariat Islam. Namun menganggap selalu salah orang yang sering melakukan kesalahan merupakan tindakan yang salah.

Memahami Makna Ta'aruf yang sebenarnya➖➖➖➖➖➖➖➖➖Deskripsi Masalah :Sering kita dengar istilah dalam ajaran agama Islam  m...
24/07/2020

Memahami Makna Ta'aruf yang sebenarnya
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Deskripsi Masalah :
Sering kita dengar istilah dalam ajaran agama Islam masalah Ta’aruf bahkan ungkapan para pemuda-pemudi dizaman sekarang (Zaman Now), ta'aruf dijadikan bahan ajang dalam pergaulan untuk saling mengenal satu sama lain, ataupun sebagai senjata untuk meminang, ada juga yang untuk pacaran bahkan juga terjadi secara masif dikalangan para remaja ataupun yang tua, agar supaya mendapatkan apa yang dituju.
_______
Pertanyaan :
a. Apa definisi ta'aruf yang sebenarnya ?

b. Bolehkah bertemu antara cowok dan cewek yang bukan mahromnya dengan alasan ta'aruf.?

c. Batasan dan tatacaranya yang diperbolehakan Ta'aruf menurut kacamata Agama.?
_______
Jawaban :
a. Ta’aruf ialah penyamaan (penyerupaan) secara batin yang menuntut ketunggalan perasaan yang mengetahui perasaan temannya.

b. Boleh bahkan Sunah jika bertujuan menikahi si perempuan tersebut serta tidak terjadi Kholwah (berduaan).

c. Ketentuan kebolehan Ta’aruf harus memenuhi dua syarat :
1) Ada hajat, seperti Khitbah (lamaran), belajar/minta fatwa dan Mu’amalah (transaksi).
2) Tidak terjadi kholwah (berduaan).

Sedangkan tatacara yang diperbolehkan :
a. Berbicara yang diperlukan.
b. Melihat wajah dan telapak tangan saja bukan selainnya.
_______
Referensi :

{ فيض القدير جـ ١ ص ٥٥٢ }
ﻭاﻟﺘﻌﺎﺭﻑ ﻫﻮ اﻟﺘﺸﺎﻛﻞ اﻟﻤﻌﻨﻮﻱ اﻟﻤﻮﺟﺐ ﻻﺗﺤﺎﺩ اﻟﺬﻭﻕ اﻟﺬﻱ ﻳﺪﺭﻙ ﺫﻭﻕ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻓﺬﻟﻚ ﻋﻠﺔ اﻻﺋﺘﻼﻑ ﻛﻤﺎ ﺃﻥ اﻟﺘﻨﺎﻛﺮ ﺿﺪﻩ ﻭﻟﺬﻟﻚ ﻗﻴﻞ ﻓﻴﻪ: ﻭﻻ ﻳﺼﺤﺐ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﺇﻻ ﻧﻈﻴﺮﻩ. ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻮﻧﻮا ﻣﻦ ﻗﺒﻴﻞ ﻭﻻ ﺑﻠﺪ

{ ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ جـ ٩ ﺹ ٣٤ }
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ: (ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺭﺍﺩ ﺃﻥ ﻳﺘﺰﻭﺝ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻓﻠﻴﺲ ﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﺣﺎﺳﺮﺓ، ﻭﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰﻭﺟﻬﻬﺎ ﻭﻛﻔﻴﻬﺎ ﻭﻫﻲ ﻣﺘﻐﻄﻴﺔ ﺑﺈﺫﻧﻬﺎ ﻭﺑﻐﻴﺮ ﺇﺫﻧﻬﺎ، ﻗﺎﻝﺗﻌﺎﻟﻰ : ) ﻭﻻ ﻳﺒﺪﻳﻦ ﺯﻳﻨﺘﻬﻦ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻇﻬﺮ ﻣﻨﻬﺎ ( ﻗﺎﻝ :ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻜﻔﻴﻦ)

{ روضة الطالبين وعمدة المفتين جـ ٧ ﺹ ٢٠-١٩ }
فرع إذا رغب في نكاحها استحب أن ينظر إليها لئلا يندم وفي وجه لا يستحب هذا النظر بل هو مباح والصحيح الأول للأحاديث ويجوز تكرير هذا النظر ليتبين هيئتها وسواء النظر بإذنها وبغير إذنها فإن لم يتيسر النظر بعث امرأة تتأملها وتصفها له والمرأة أيضاً تنظر إلى الرجل إذا أرادت تزوجه فإنه يعجبها منه ما يعجبه منها ثم المنظور إليه الوجه والكفان ظهرا وبطنا ولا ينظر إلى غير ذلك وحكى الحناطي وجهين في المفصل الذي بين الكف والمعصم وفي شرح مختصر الجويني وجه أنه ينظر إليها نظر الرجل إلى الرجل والصحيح الأول قال الإمام ويباح هذا النظر وإن خاف الفتنة لغرض التزوج ووقت هذا النظر بعد العزم على نكاحها وقبل الخطبة لئلا يتركها بعد الخطبة فيؤذيها هذا هو الصحيح وقيل ينظر حين تأذن في عقد النكاح وقيل عند ركون كل واحد منهما إلى صاحبه وذلك حين تحرم الخطبة على الخطبة قلت وإذا نظر فلم تعجبه فليسكت ولا يقل لا أريدها لأنه إيذاء و الله أعلم.

{ الموسوعة الفقهية جـ ١ ص ١٢٧٦ }
الكلام مع المرأة الأجنبية ذهب الفقهاء إلى أنه لا يجوز التكلم مع الشابة الأجنبية بلا حاجة لأنه مظنة الفتنة وقالوا إن المرأة الأجنبية إذا سلمت على الرجل إن كانت عجوزا رد الرجل عليها لفظا أما إن كانت شابة يخشى الافتنان بها أو يخشى افتنانها هي بمن سلم عليها فالسلام عليها وجواب السلام منها حكمه الكراهة عند المالكية والشافعية والحنابلة وذكر الحنفية أن الرجل يرد على سلام المرأة في نفسه إن سلمت عليه وترد هي في نفسها إن سلم عليها وصرح الشافعية بحرمة ردها عليه.

{ إحياء علوم الدين الجزء الثالث ص ٩٩ }
وهذا يدل على أنه لا يجوز للنساء مجالسة العميان كما جرت به العادة في المأتم والولائم فيحرم على الأعمى الخلوة بالنساء ويحرم على المرأة مجالسة الأعمى وتحديق النظر إليه لغير حاجة وإنما جوز للنساء محادثة الرجال والنظر إليهم لأجل عموم الحاجة.

{ حاشية الجمل الجزء الرابع ص ١٢٠ }
(و) سن (نظر كل) من المرأة والرجل (للآخر بعد قصده نكاحه قبل خطبته غير عورة) في الصلاة وإن لم يؤذن له فيه أو خيف منه الفتنة للحاجة إليه فينظر الرجل من الحرة الوجه والكفين وممن بها رق ما عدا ما بين سرة وركبة كما صرح به ابن الرفعة في الأمة وقال أنه مفهوم كلامهم وهما ينظرانه منه فتعبيري بما ذكر أخذا من كلام الرافعي وغيره أولى من تعبير الأصل كغيره بالوجه والكفين واحتج لذلك بقوله صلى الله عليه وسلم للمغيرة وقد خطب امرأة "انظر إليها فإنه أحرى أن يؤدم بينكما" أي أن تدوم بينكما المودة والألفة رواه الترمذي وحسنه والحاكم وصححه وقيس بما فيه عكسه وإنما اعتبر ذلك بعد القصد لأنه لا حاجة إليه قبله ومراده بخطب في الخبر عزم على خطبتها لخبر أبي داود وغيره "إذا ألقي في قلب امرئ خطبة امرأة فلا بأس أن ينظر إليها" وأما اعتباره قبل الخطبة فلأنه لو كان بعدها لربما أعرض عن منظوره فيؤذيه
(قوله بعد قصده نكاحه إلخ) أي وقد رجا الإجابة رجاء ظاهرا كما قاله ابن عبد السلام لأن النظر لا يجوز إلا عند غلبة الظن المجوز ويشترط أيضا أن يكون عالما بخلوها عن نكاح وعدة تحرم التعريض وإلا فغاية النظر مع علمها به كونه كالتعريض اهـ شرح م ر (قوله : قبل خطبة) فلا يسن بعدها على ما هو ظاهر كلامهم لكن الأوجه كما قال شيخنا استحبابه فالتقييد بالقبلية للأولوية على المعتمد – إلى أن قال – (قوله عزم على خطبتها) أي وإن كانت خطبتها حينئذ غير جائزة بأن كانت معتدة فيجوز له الآن نظر المعتدة لخطبتها بعد العدة وإن كان بإذنها أو علمها بأنه لرغبته في نكاحها ثم رأيت في شرح الإرشاد الصغير ولا بد في حل النظر من تيقن خلوها من نكاح وعدة وخطبة ومن أن يغلب على ظنه أنه يجاب ومن أن يرغب في نكاحها اهـ ومثله في شرح شيخنا لكن قيد العدة بكونها تحرم التعريض اهـ شوبري

{ روضة الطالبين وعمدة المفتين ج ٢ ص ٤٥٨ }
الحال الثاني إذا احتاج إلى النظر وذلك في صور منها أن يريد نكاحها فله النظر كما سبق ومنها أن يريد شراء جارية وقد سبق في البيع ومنها إذا عامل امرأة ببيع أو غيره أو تحمل شهادة عليها جاز النظر إلى وجهها فقط ليعرفها وإذا نظر إليها وتحمل الشهادة كلفت الكشف عن وجهها عند الأداء فإن امتنعت أمرت امرأة بكشفه ومنها يجوز النظر والمس للفصد والحجامة ومعالجة العلة وليكن ذلك بحضور محرم أو زوج ويشترط في جواز نظر الرجل إلى المرأة لهذا أن لا يكون هناك امرأة تعالج وفي جواز نظر المرأة إلى الرجل أن لا يكون هناك رجل يعالج كذا قاله أبو عبد الله الزبيري والروياني وعن ابن القاص خلافه قلت الأول أصح وبه قطع القاضي حسين والمتولي قالا أيضاً ولا يكون ذميا مع وجود مسلم والله أعلم.
ثم أصل الحاجة كاف في النظر إلى الوجه واليدين وفي النظر إلى سائر الأعضاء يعتبر تأكد الحاجة وضبطه الإمام فقال ما يجوز الإنتقال من الماء إلى التيمم وفاقا أو خلافا كشدة الضنى وما في معناها يجوز النظر بسببه وفي النظر إلى السوأتين يعتبر مزيد تأكد قال الغزالي وذلك بأن تكون الحاجة بحيث لا يعد التكشف بسببها هتكا للمروءة ويعذر في العادة ومنها يجوز للرجال النظر إلى ف*ج الزانيين لتحمل شهادة الزنا وإلى ف*ج المرأة للشهادة على الولادة وإلى ث*ي المرضعة للشهادة على الرضاع هذا هو الصحيح وقال الإصطخري لا يجوز كل ذلك وقيل يجوز في الزنا دون غيره وقيل عكسه.

{ شرح النووي على مسلم الجزء العاشر ص ١٠٦ }
واعلم أن في حديث فاطمة بنت قيس فوائد كثيرة: إحداها جواز طلاق الغائب، الثانية جواز التوكيل في الحقوق في القبض والدفع، الثالثة لا نفقة للبائن وقالت طائفة لا نفقة ولا سكنى، الرابعة جواز سماع كلام الأجنبية والأجنبى في الاستفتاء ونحوه، الخامسة جواز الخروج من منزل العدة للحاجة، السادسة استحباب زيارة النساء الصالحات للرجال بحيث لا تقع خلوة محرمة لقوله صلى الله عليه و سلم في أم شريك تلك امرأة يغشاها أصحابى، السابعة جواز التعريض لخطبة المعتدة البائن بالثلاث، الثامنة جواز الخطبة على خطبة غيره اذا لم يحصل للاول إجابة لأنها أخبرته أن معاوية وأبا الجهم وغيرهما خطبوها، التاسعة جواز ذكر الغائب بما فيه من العيوب التى يكرهها اذا كان للنصيحة ولا يكون حينئذ غيبة محرمة، العاشرة جواز استعمال المجاز لقوله صلى الله عليه و سلم ( لا يضع العصا عن عاتقه ولا مال له )، الحادية عشرة استحباب إرشاد الانسان إلى مصلحته وان كرهها وتكرار ذلك عليه لقولها قال انكحى أسامة فكرهته ثم قال انكحى أسامة فنكحته، الثانية عشر قبول نصيحة أهل الفضل والانقياد إلى إشارتهم وأن عاقبتها محمودة، الثالثة عشر جواز نكاح غير الكفء اذا رضيت به الزوجة والولى لأن فاطمة قرشية وأسامة مولى، الرابعة عشر الحرص على مصاحبة أهل التقوى والفضل وإن دنت أنسابهم، الخامسة عشر جواز إنكار المفتى على مفت آخر خالف النص أو عمم ما هو خاص لأن عائشة أنكرت على فاطمة بنت قيس تعميمها أن لا سكنى للمبتوتة وإنما كان انتقال فاطمة من مسكنها لعذر من خوف اقتحامه عليها أو لبذاءتها أو نحو ذلك، السادسة عشر استحباب ضيافة الزائر وإكرامه بطيب الطعام والشراب سواء كان الضيف رجلا أو امرأة والله أعلم.
_______
Semoga bermanfaat.

Dua Amal sederhana paling utama di sisi Allah SWT.________Narasi Fiqih. Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk berpega...
20/07/2020

Dua Amal sederhana paling utama di sisi Allah SWT.
________
Narasi Fiqih. Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk berpegang pada tali Allah dan tali manusia. Al-Qur’an meminta agar kita tidak bercerai-berai. Perintah ini bukan perintah main-main. Perintah Al-Qur’an tersebut menjadi perintah luar biasa. Rasulullah SAW mengatakan bahwa keimanan kepada Allah dan kebaikan kepada orang lain menjadi kunci ibadah secara keseluruhan. Keduanya merupakan amalan utama dan dapat mendatangkan ridha Allah SWT.

خصلتان لا شيء أفضل منهما الإيمان بالله والنفع بالمسلمين

Artinya, “Dua hal di mana tidak ada yang lebih utama dari keduanya, yaitu beriman kepada Allah dan bermanfaat kepada umat Islam,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nashaihul Ibad, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 4).

Oleh karena itu, niat seseorang di pagi hari bahkan juga sangat penting. Niat pagi-pagi seseorang mendapatkan penilaian istimewa dari Allah SWT. Dalam hadits berikut ini, Rasulullah menjelaskan ganjaran mereka yang niat berbuat zalim dan mereka yang berniat membela orang yang terzalimi.

من أصبح لا ينوي الظلم على أحد غفر له ما جنى ومن أصبح ينوى نصرة المظلوم وقضاء حاجة المسلم كانت له كأجر حجة مبرورة

Artinya, “Siapa saja berpagi hari tanpa berniat zalim, niscaya diampuni baginya dosa yang telah dikerjakan. Siapa saja yang berpagi hari denga berniat membela orang terzalimi dan memenuhi hajat umat Islam, niscaya ia beroleh pahala sebesar pahala haji mabrur,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nashaihul Ibad: 4).

Sebaliknya, Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bermanfaat bagi orang lain baik hartanya maupun jiwa dan raganya. Sesuatu yang membahagiakan, menghilangkan rasa lapar, membuka jalan atas kesulitan, atau membayarkan hutang orang lain merupakan ibadah paling utama di sisi Allah sebagaimana hadits Rasulullah berikut ini.

أحب العباد إلى الله تعالى أنفع الناس للناس وأفضل الأعمال إدخال السرور على قلب المؤمن يطرد عنه جوعا أو يكشف عنه كربا أو يقضي له دينا.

Artinya, “Hamba yang paling dis**ai Allah adalah orang yang paling bermanfaat kepada orang lain. Sementara amal yang paling utama adalah memasukkan kebahagiaan di hati orang yang beriman yang menolak rasa lapar, membuka jalan atas kesulitannya, atau membayarkan utangnya,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nashaihul Ibad: 4).

Adapun berikut ini adalah peringatan Rasulullah SAW agar umat Islam menjauhi kemusyrikan terhadap Allah dan kezaliman terhadap orang lain. Kedua hal ini merupakan perbuatan terkeji. Keduanya sangat dibenci oleh Allah sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dikutip dalam Kitab Nashaihul Ibad berikut ini:

وخصلتان لا شيء أخبث منهما الشرك بالله والضر بالمسلمين

Artinya, “Dua hal di mana tidak ada yang lebih keji dari keduanya, yaitu menyekutukan Allah dan memudharatkan umat Islam” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nashaihul Ibad: 4).

Dengan kata lain, kalau tidak dapat berbuat baik terhadap orang lain, sekurang-kurangnya kita tidak berbuat sesuatu yang membahayakan mereka atau berbuat zalim terhadap mereka.

Wallahu a‘lam.

Faedah Membaca Asma’ul Husna._____Sering sekali kita mendengar pembacaan Asma’ul Husna (nama-nama indah Allah) dalam doa...
02/07/2020

Faedah Membaca Asma’ul Husna.
_____
Sering sekali kita mendengar pembacaan Asma’ul Husna (nama-nama indah Allah) dalam doa-doa, di antaranya doa Ismul A’dham yang masyhur. Sebagian Asma’ul Husna pun ada yang diamalkan secara khusus, dengan diwiridkan dalam jumlah tertentu sesuai ijazah yang diberikan oleh gurunya.

Namun adanya ijazah wirid maupun tidak bukan suatu masalah untuk mengamalkannya. Karena zikir dan wirid adalah amalan yang dianjurkan Allah Swt dan Rasul-Nya.
_____
Asma’ul Husna sendiri sebenarnya memiliki keutamaan-keutamaan tersendiri, banyak rahasia dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Apalagi jika sudah terbiasa mengimplementasikan Asma’ul Husna dalam sikap kesehariannya, seperti sifat Rahman yang artinya Maha Penyayang, maka bentuk pengimplementasiannya adalah dengan menyayangi seluruh mahluk-mahluk Allah ﷻ.

Syekh Shâlih al-Ja’fari mengatakan:

فَالَّذِي يَدْعُو بِهَا فَقَدِ اسْتَجْلَبَ الْخَيْرَ كُلَّهُ لِنَفْسِهِ وَجَعَلَ الْوِقَايَةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الشَّرِّ كُلِّهِ، فَإِذَا قُلْتَ مَثَلًا الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ فَقَدِ اسْتَجْلَبْتَ الرَّحْمَةَ، وَإِذَا قُلْتَ: اللَّطِيْفُ فَقَدِ اسْتَجْلَبْتَ اللُّطْفَ... الخ

“Orang yang berdoa dengan Asma’ul Husna maka telah meminta kebaikan seluruhnya, dan membuat pencegahan di antara dirinya dan keburukan seluruhnya. Jadi apabila engkau menyebut ar-Rahmân ar-Rahîm, maka kamu telah meminta rahmat, dan jika kamu menyebut al-Lathîf maka kamu telah meminta kelembutan, dan seterusnya.” (Muhammad bin Alwi al-Aidarus, Khawwâsh Asmâ` ul-Husnâ Littadâwi wa Qadhâ il-Hâjât, Dar el-Kutub, Shan’a, Cet. Ke-3 2011, Hal. 16).
_____
Kesimp**annya, manfaat yang kita dapatkan dari membaca Asma’ul Husna, seperti dijelaskan Syekh Shâlih al-Ja’fari, adalah sebagaimana Asma’ yang disebut.

Disebutkan dalam kitab Khawwâsh Asmâ’ul-Husnâ Littadâwi wa Qadhâ il-Hâjât:

فَذِكْرُهَا نَافِعٌ لِلدُّنْيَا وَالدِّيْنِ وَالآخِرَةِ، وَذِكْرُهَا يُسَمَّى مَجْمَعَ الْخَيْرَاتِ وَمَفَاتِحَ الْبَرَكَاتِ وَمَجَلَّى التَّجَلِّيَاتِ، مَاوَاظَبَ عَلَيْهَا مَكْرُوْبٌ إِلَّا فَرَّجَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ كُرْبَةً، وَلَا مَدْيُوْنٌ إِلَّا قَضَى اللهُ تَعَالَى دِيْنَهُ، وَلَا مَغْلُوْبٌ إِلَّا نَصَرَهُ اللهُ تَعَالَى، وَلَامَظْلُوْمٌ إِلَّا رَدَّ اللهُ تَعَالَى مَظْلَمَتَهُ، وَلَا ضَالٌّ إِلَّا هَدَاهُ اللهُ، وَلَامَرِيْضٌ إِلَّا شَفَاهُ اللهُ تَعَالَى، وَلَا مُظْلِمُ الْقَلْبِ إِلَّاَ نَوَّرَ اللهُ تَعَالَى بِهَا قَلْبَهُ

“Menyebut Asma’ul Husna bermanfaat bagi (urusan) dunia, agama, dan akhirat, dan zikirnya dinamakan kump**an kebaikan-kebaikan, kunci-kunci keberkahan, dan singkapan kejelasan. Tidaklah kesulitan yang ditekuni dengan Asma’ul Husna melainkan Allah lapangkan kesulitannya, tidaklah hutang melainkan Allah tunaikan hutangnya, tidaklah kekalahan melainkan Allah akan menolongnya, tidak orang yang dizalimi melainkan Allah kembalikan kezalimannya, tidaklah orang yang sesat melainkan Allah beri petunjuk, tidaklah orang yag sakit melainkan Allah sembuhkan penyakitnya, tidaklah kegelapan hati melainkan Allah terangi hatinya dengan Asma’ul Husna. (Muhammad bin Alwi al-Aidarus, Khawwâsh Asmâ` ul-Husnâ Littadâwi wa Qadhâ il-Hâjât, Dar el-Kutub, Shan’a, Cet. Ke-3 2011, Hal. 17).

Demikian keutamaan-keutamaan dari membaca Asmaul Husna, barangkali setelah mengamalkan muncul pertanyaan mengapa faedah tersebut belum datang juga, misalkan. Perlu kita ketahui bahwa tujuan utama dari zikir sebenarnya bukan keutamaan itu sendiri, melainkan Allah ﷻ—keutamaan adalah bonus saja. Zikir merupakan pertanda hidupnya hati. Kualitas zikir juga berkaitan dengan kebiasaan si pelaku zikir.

Zikirnya orang yang sudah memiliki derajat di sisi Allah tentu berbeda dengan orang yang sehari-harinya jarang menyebut Asma’-Nya. Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam.

Mempercayai adanya hari sial, justru membuat Sial._____Kepercayaan terhadap adanya hari sial bisa dilacak keberadaannya ...
01/07/2020

Mempercayai adanya hari sial, justru membuat Sial.
_____
Kepercayaan terhadap adanya hari sial bisa dilacak keberadaannya sejak masa jahiliyah. Hari-hari tertentu dianggap sebagai hari yang membawa petaka atau kesialan, misalnya hari Rabu terakhir setiap bulannya. Keyakinan ini juga tetap ada setelah Islam datang, bahkan hingga kini.

Dalam interaksi sosial, tak jarang kita mendengar bahwa kesialan-kesialan itu nyata dalam arti betul-betul terjadi sesuai tanda-tanda yang ada sehingga pelakunya menyarankan untuk menghindari kesialan tersebut. Berbagai testimoni tentang bahaya hari sial atau tanda-tanda sial itu makin membuat beberapa pihak yakin bahwa hari sial betul-betul ada. Di lain pihak, kita temui juga orang-orang yang sama sekali acuh dan kelihatan tak terpengaruh dengan hari sial atau aneka pertanda sial.

Dari aspek aqidah, meyakini adanya hari sial cukup bermasalah sebab kesialan atau keberuntungan itu hanya bisa diberikan oleh Allah semata berdasarkan sifat irâdah atau sifat Maha Berkehendak Bebas. Ketentuan beruntung atau sialnya seseorang sudah ditulis di Lauh Mahfudz sejak alam belum tercipta. Sama sekali tak ada hubungannya dengan hari atau momen tertentu.

Sebab itu, Syekh as-Suhaili, sebagaimana dinukil dalam Kasyf al-Khafâ’ menjelaskan:

وقال المناوي نقلًا عن السهيلي: نحوسته على من تشاءم وتطير، بأن كانت عادته التطير وترك الاقتداء بالنبي -صلى الله عليه وسلم- في تركه، وهذه صفة من قل توكله، فذلك الذي تضر نحوسته في تصرفه فيه ثم قال المناوي: والحاصل أن توقي يوم الأربعاء على وجه الطيرة وظن اعتقاد المنجمين حرام شديد التحريم؛ إذ الأيام كلها لله تعالى لا تضر ولا تنفع بذاتها وبدون ذلك لا ضير ولا محذور، ومن تطير حاقت به نحوسته، ومن أيقن بأنه لا يضر ولا ينفع إلا الله لم يؤثر فيه شيء من ذلك

“Imam al-Munawi berkata dengan menukil dari as-Suhaili: Kenahasan/kesialannya hanya bagi orang yang meyakini bahwa hal itu membawa sial (tasya’um) dan bagi orang yang meyakini tanda-tanda kesialan (tathayyur) berupa kebiasaannya untuk meyakini adanya kesialan melalui tanda-tanda dan meninggalkan ikut Nabi yang meninggalkan keyakinan seperti itu. Ini adalah sifat orang yang sedikit tawakalnya, maka orang itulah yang tertimpa kesialannya ketika melakukan sesuatu di hari itu. Kemudian Imam al-Munawi berkata: Kesimp**annya, bahwa orang yang menjaga diri di hari Rabu dengan alasan thiyarah (menjadikannya sebagai tanda kesialan) dan meyakini aqidah ahli nujum adalah tindakan yang sangat haram. Sebab, seluruh hari adalah milik Allah Ta'ala, tak bisa memberikan celaka atau manfaat secara independen dan tanpa hal itu maka tak ada kecelakaan atau pun larangan. Siapa yang meyakini adanya tanda-tanda sial (tathayyur), maka kesialan akan mengepungnya. Siapa yang meyakini bahwa tak ada yang dapat memberi kecelakaan atau manfaat kecuali Allah, maka semua hal itu tak berpengaruh baginya.” (al-Ajluni, Kasy al-Khafâ’, Juz I, halaman 19-20)

Jadi, menurut Imam pakar hadits terkemuka, al-Munawi, hari sial itu pada dasarnya tak ada. Adanya anggapan bahkan hari tertentu atau kejadian tertentu adalah tanda akan terjadinya kesialan justru akan membuat orang yang meyakininya tertimpa kesialan. Adapun orang yang yakin bahwa hal seperti itu sama sekali tak berpengaruh, maka tak ada sama sekali hari sial atau hal-hal pembawa sial baginya. Dengan kata lain, yang menerima efek kesialan hanya mereka yang percaya tathayyur saja.

Ini menjelaskan kenapa masyarakat perkotaan yang kebanyakan tak mengenal konsep seperti ini menjalani hidupnya dengan normal tanpa terpengaruh hari sial, sedangkan di kalangan masyarakat pedesaan yang masih lekat dengan kepercayaan seperti ini justru banyak ditemukan testimoni kesialan akibat melakukan pantangan di hari sial. Dari sudut pandang agama, hal ini berkaitan dengan firman Allah dalam hadis qudsi bahwa Allah mengikuti prasangka hamba-Nya tentang Dia.

Bila seorang hamba meyakini bahwa Allah akan memberinya kecelakaan atau hal negatif, maka boleh jadi Allah akan menuruti pikiran pesimis itu. Sebaliknya bila seorang hamba yakin bahwa Allah akan memberinya kesuksesan dan keselamatan, maka besar kemungkinan Allah akan menuruti harapan positif itu.

Wallahu a’lam.

Padukan Ikhtiar dan Pasrah._____Usaha dalam segala untuk mendapat sebuah hasil itu wajib. Ikhtiar merupakan upaya bebas ...
29/06/2020

Padukan Ikhtiar dan Pasrah.
_____
Usaha dalam segala untuk mendapat sebuah hasil itu wajib. Ikhtiar merupakan upaya bebas untuk mencari jalan yang terbaik. Tetapi hasil dari usaha itu sendiri merupakan sebuah keputusan Allah secara mutlak. Perihal ini penting kiranya untuk diperhatikan.

Pertama, segala bentuk ikhtiar harus diniatkan semata karena menjalankan syariat.

Kedua, hasil dari segala bentuk upaya mesti diserahkan hanya kepada Allah. Allah pasti memberikan yang layak bagi usaha hamba-Nya. Kewajiban ikhtiar dan kepasrahan hati kepada Allah merupakan titik keseimbangan antara kemampuan dan keterbatasan manusia. Ajaran ahlussunah ini menempatkan manusia dalam kodratnya. Manusia didorong untuk memaksimalkan kemampuan pada dirinya di satu sisi. Di lain sisi, manusia juga dipaksa menyadari keterbatasan dirinya.

Dengan demikian, ia menjadi optimis dalam kehidupan. Di lain sisi, ia juga tidak menyombongkan diri atas segala kemampuannya. Dari situ, ia telah menjalankan kewajiban ikhtiar tanpa mengesampingkan kehadiran Allah dalam dirinya. Karenanya, seorang hamba perlu menyandarkan kepasrahan dirinya kepada Allah SWT semata. Ia tidak boleh berharap dan takut kepada siapapun selain Allah SWT.

Dalam kitab Fahtul Majid, Syekh Nawawi Banten mengutip cerita pelajaran dari Nabi Musa As. Suatu hari, kata Syekh Nawawi, Nabi Musa As mengadukan derita sakit giginya kepada Allah. Lalu Allah memerintahkan untuk mengambil beberapa helai rumput di suatu tempat. "Letakkan rumput itu pada gigimu yang nyeri," kata Allah. Seketika sakit giginya reda. Setelah beberapa waktu berlalu, sakit giginya kembali kambuh.
Tanpa mengadu kepada-Nya, Nabi Musa menuju padang rumput yang pernah didatangi beberapa masa silam. Lalu ia mengobati giginya dengan rumput seperti praktik yang pernah dilakukannya. Bukannya sembuh, sakit giginya semakin menjadi.

فقال إلهى ألست أمرتنى بهذا ودللتنى عليه فقال تعالى أنا الشافى وأنا المعافى وأنا الضار وأنا النافع قصدتنى فى المرة الأولى فأزلت مرضك والآن قصدت الحشيشة وما قصدتنى

"Nabi Musa As lalu bermunajat, 'Tuhanku, bukankah Kau memerintahkanku dan menunjukkanku untuk ini?' Lalu Allah Swt menjawab, 'Akulah penyembuh. Akulah pemberi kebaikan. Akulah yang mendatangkan mudlarat. Aku p**a yang mendatangkan kemaslahatan. Pada sakitmu yang pertama, kau mendatangi-Ku. Karenanya, Kusembuhkan penyakitmu. Tetapi kali ini, kau langsung mendatangi rumput itu, bukan mendatangi-Ku.'"

Wallahu A'lam.

Tanda Ma'rifat pada diri sendiri_____Makrifatullah pada diri seseorang merupakan pengalaman batin seseorang yang tidak t...
27/06/2020

Tanda Ma'rifat pada diri sendiri
_____
Makrifatullah pada diri seseorang merupakan pengalaman batin seseorang yang tidak tampak atau tidak terlihat. Makrifat merupakan barang ghaib sebagaimana keimanan.

Tetapi ciri makrifat pada diri seseorang dapat terlihat dari sejauh mana intensitas orang tersebut dalam beribadah.

Syekh M Nawawi Banten mengutip pandangan ulama yang mengatakan bahwa tanda makrifat seseorang dapat terlihat dari ketaatan seseorang dalam menjalankan kewajiban agamanya.

Ulama tersebut menyerupakan ibadah dengan gerakan fisik sebagai tanda kehidupan makhluk hidup.

قيل حركة الطاعة دليل المعرفة كما أن حركة الجسم دليل الحياة

Artinya, “Dikatakan, gerakan ketaatan (ibadah kepada Allah) merupakan dalil makrifat seseorang sebagaimana gerakan fisik yang menandai kehidupan,” (Syekh M Nawawi Banten, Nashaihul Ibad, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubi Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 7).

Menurut Syekh Nawawi, ketaatan seseorang dalam menjalankan perintah Allah merupakan tanda makrifat pada diri yang bersangkutan. Sedikit dan banyaknya juga menunjukkan redup dan terangnya daya makrifat yang menyala pada diri seseorang.

والمعنى أن إتيان العبد الطاعة لله تعالى علامة على معرفته لله تعالى فإذا كثرت الطاعة كثرت المعرفة إذا قلت قلت لأن الظاهر مرآة الباطن

Artinya, “Maknanya, pelaksanaan ibadah seorang hamba kepada Allah merupakan tanda makrifatnya kepada Allah. Jika ibadahnya banyak, maka kuantitas makrifatnya juga banyak. Tetapi jika ibadahnya sedikit, maka makrifatnya sedikit karena aktivitas lahiriah merupakan cermin batin seseorang,” (Syekh M Nawawi Banten, Nashaihul Ibad: 7).

Namun demikian, ketaatan beribadah itu jangan diartikan secara tunggal dalam bentuk ibadah mahdhah, seperti shalat, zikir, puasa, haji, tadarus Al-Qur’an di atas sajadah sendiri, tetapi juga dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk ketaatan sesuai dengan profesi keseharian masing-masing orang.

Syekh M Nawawi Banten memberikan jalan taqarub kepada Allah bagi mereka yang ingin lebih baik secara spiritual tanpa harus meninggalkan profesi yang sedang digelutinya. Menurut Syekh M Nawawi, mereka dapat menuju kepada Allah tanpa harus menyita, mengurangi waktu, atau mengganggu profesinya selama ini.

واعلم أن المريد لحرث الآخرة السالك لطريقها لا يخلو عن ستة أحوال إما عابد أو عالم أو متعلم أو محترف أو وال أو موحد مستغرق بالواحد الصمد عن غيره

Artinya, “Ketahuilah, orang yang menginginkan dan menempuh jalan untuk bekal kehidupan akhiratnya kelak tidak lepas dari enam jalan, yaitu ahli ibadah, orang alim, santri/pelajar/mahasiswa, perajin, pemerintah, atau ahli tauhid yang menghabiskan waktunya dengan Allah semata.” (Syekh M Nawawi, Tsimarul Yani‘ah fir Riyadhil Badi‘ah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 94).

Ahli ibadah mahdhah, orang alim, santri/pelajar/mahasiswa, perajin, pedagang, karyawan, pemerintah, pegawai, penyedia jasa, atau ahli tauhid yang menghabiskan waktunya dengan Allah semata akan tampak ciri makrifatullah pada dirinya pada sejauh mana mereka menjalankan kesehariannya secara bertanggung jawab, berintegritas, profesional, dan maksimal.

Wallahu a’lam.

Hakikat Fiqih serta Analisisnya_____Fiqih merupakan sebuah produk khazanah intelektual peradaban Islam yang sangat berha...
25/06/2020

Hakikat Fiqih serta Analisisnya
_____
Fiqih merupakan sebuah produk khazanah intelektual peradaban Islam yang sangat berharga. Fiqih menawarkan sebuah jawaban yang beragam terhadap berbagai fenomena kehidupan masyarakat baik dalam peribadatan maupun dalam muamalah. Dalam pemaparan kali ini, kita membahas pengertian fikih secara definitif dengan harapan bisa memberikan pemahaman kepada kita tentang hakikat fiqih tersebut. Imam Abu Ishak As-Syirazi menerangkan sebagai berikut:

والفقه معرفة الأحكام الشرعية التي طريقها الاجتهاد

Artinya, “Fiqih ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat melalui metode ijtihad,” (Lihat Abu Ishak As-Syirazi, Al-Luma’ fî Ushûlil Fiqh, Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyyah, 2010, halaman 6).

Dari definisi di atas, kita bisa memahami bahwa fiqih merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang cara mengetahuinya adalah dengan proses ijtihad.

Pengetahuan-pengetahuan tentang hukum syariat yang untuk mengetahuinya tidak perlu dilakukan ijtihad, bukanlah bagian dari fiqih. Untuk mengetahui keharaman zina, kita tinggal langsung merujuk pada Surat Al-Isra ayat 32.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Artinya, “Janganlah kalian dekati zina, karena sesungguhnya zina itu kotor dan seburuk-buruknya jalan.” Tanpa perlu proses berpikir panjang, dengan hanya melihat pada ayat di atas, kita bisa pahami bahwa zina itu haram.

Demikian juga tentang kewajiban shalat, sesuatu yang bisa kita ketahui dengan langsung merujuk pada Surat Al-Baqarah ayat 43:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

Artinya, “Dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat, dan shalat (rukuk)-lah bersama orang-orang yang shalat.” Pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya langsung dipahami dengan hanya melihat teks, dalam agama Islam disebut sebagai syariat yang bukan fiqih. Untuk lebih jelas memahami hal ini, ke depan, Insya Allah akan kita bahas tentang perbedaan antara syariat dan fiqih.

Seperti yang kita singgung di atas, fiqih hanya terbatas pada pengetahuan tentang hukum syariat yang memerlukan proses ijtihad untuk mengetahuinya, contoh-contoh penjelasan hal tersebut bisa kita simak pada pemaparan Jalaluddin Al-Mahalli dalam kitab Syarh Al-Waraqat:

وهو معرفة الأحكام الشرعية التي طريقها الاجتهاد، كالعلم بأن النية في الوضوء واجبة، وأن الوتر مندوب وأن النية من الليل شرط في صوم رمضان، وأن الزكاة واجبة في مال الصبي، وغير واجبة في الحلي المباح، وأن القتل بمثقل يوجب القصاص، ونحو ذلك من مسائل الخلاف

Artinya, “(Fiqih) adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang cara mengetahuinya adalah dengan ijtihad. Salah satunya pengetahuan bahwa niat dalam wudhu adalah wajib, witir (hukumnya) sunah, niat di malam hari merupakan syarat (sah) puasa di bulan Ramadhan, zakat (hukumnya) wajib pada harta anak kecil, tidak wajib (hukumnya) pada perhiasan yang diperbolehkan, dan membunuh dengan benda berat bisa menyebabkan qishas, serta contoh-contoh permasalahan khilaf lainnya,” (Lihat Jalaluddin Al-Mahalli, Syarh Al-Waraqat, Surabaya, Al-Hidayah, 1990, halaman 3).

contoh-contoh yang dikemukakan oleh Imam Al-Mahalli di atas merupakan contoh-contoh persoalan hukum syariat yang cara mengetahuinya perlu dengan melakukan ijtihad terlebih dahulu. Kita ambil contoh pertama; Niat dalam wudhu hukumnya adalah wajib. Awalnya, muncul pertanyaaan dari umat tentang status hukum niat dalam berwudhu. Pertanyaan ini kemudian memunculkan inisiatif para mujtahid untuk merumuskan jawaban dari pertanyaan tersebut. Hal pertama yang dilakukan oleh para mujtahid ialah merujuk pada dalil kewajiban wudhu pada Al-Maidah ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sap**ah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.”

Dari pembacaan terhadap teks di atas, tidak disinggung tentang perintah niat ketika kita akan melaksanakan wudhu. Hal ini membuat Imam Hanafi sang pendiri madzhab Hanafiyah mengeluarkan fatwa bahwa niat dalam wudhu tidak wajib. Berbeda halnya dengan Imam Syafi’i yang melanjutkan pembacaan terhadap teks lainnya yakni An-Nisa ayat 43:

فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا

Artinya, “Maka bertayamumlah kalian (dengan) debu yang suci.” Ketika membaca ayat ini, Imam Syafi’i mengartikan kata تيمم dengan pemaknaan kebahasaan (lughawi), di mana secara kebahasaan kata tersebut bermakna “menyengaja”. Artinya, ketika akan melaksanakan shalat, sementara hendak berwudlu tidak ditemukan air, kita diperintahkan untuk “menyengaja” mencari debu suci dalam rangka bertayammum. Dari “menyengaja” ini, bisa kita pahami bahwa dalam tayamum, kita diwajibkan untuk niat. Sementara kita tahu, bahwa tayamum merupakan pengganti niat, maka bila dalam tayamum (yang hanya pengganti) saja kita wajib niat, maka dalam wudhu pun kita wajib niat. Dengan penyusunan argumen semacam ini, maka Imam Syafi’i memfatwakan kewajiban niat dalam berwudhu.

Membaca argumen di atas, Imam Hanafi yang tidak mewajibkan niat dalam wudhu membangun argumen baru untuk menolak argumen Imam Syafi’i dengan menyatakan bahwa kata تيمم dalam ayat di atas mestinya dimaknai secara istilah sebagai prosesi “bertayamum”, tidak lagi dimaknai secara lughawi sehingga Imam Hanafi tetap pada pendiriannya tidak mewajibkan niat dalam wudhu. Penyusunan argumentasi melalui proses ijtihad hingga mengeluarkan jawaban hukum sebuah persoalan, itulah yang dinamakan sebagai fiqih.

Dari sini bisa kita pahami bahwa fiqih bekerja pada persoalan-persoalan yang sifatnya khilafiyah (persoalan yang dalam menjawabnya berpotensi terjadinya perbedaan pendapat). Wajar bila terjadi perbedaan pendapat antara satu madzhab dan lainnya, dan itu bukanlah masalah.

Rasulullah SAW menganggap masing-masing pendapat tersebut sebagai benar adanya. Inilah yang disebut bahwa perbedaan adalah rahmat. Sebaliknya, sikap terlalu fanatis terhadap madzhab fiqih tertentu merupakan sebuah kesia-siaan saja.

Wallahu a’lam.

Address

Tepa'nah Barat, Durjan, Kec. Kokop, Kab. Bangkalan
Maduran
69155KOKOP

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Narasi Fiqih posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Narasi Fiqih:

Share


Other Maduran media companies

Show All