Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kaum muslimin untuk membaca Al-Quran dengan tartil.
Sungguh al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat utama dan mulia, karena beberapa sebab yang penting, diantaranya :
Pertama : Al Qur’an merupakan wahyu dari Rabbul ‘alamin, penguasa alam semesta, Dzat yang Mahakuasa atas segala sesuatu yaitu Allah Tabaraka wa Ta’ala. Al Qur- an adalah Kalamullah.
Kedua : Al-Qur’an diturunkan kepada manusia yang paling agung dan mulia semenjak Allah menciptakan manusia yang pertama hingga terakhir. Pemimpin para nabi dan rasul, pemberi syafaat (dengan izin Allah) pada hari kiamat dan seorang yang pertama kali membuka pintu surga dan memasukinya sebelum yang lainnya yaitu Nabi kita Muhammad Salallahu alaihi wassalam.
Ketiga : Al-Qur’an diturunkan dengan perantaraan makhluk yang paling ta’at kepada Allah yaitu Malaikat Jibril. Dia adalah malaikat terbaik dan pemimpin dikalangan malaikat. Allah menjelaskan dalam surat an Najmu ayat 5 dan 6 bahwa Jibril itu sangat kuat, memiliki akal yang cerdas. Dan didalam surat at Takwir ayat 19-21 Allah menjelaskan p**a bahwa Jibril adalah utusan yang mulia, yang mempunyai kekuatan memiliki kedudukan yang tinggi disisi Allah serta dipercaya.
Keempat : Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada waktu yang sangat mulia dan penuh berkah yaitu bulan Ramadhan. Bahkan malam diturunkannya adalah malam kemuliaan yaitu lailatul qadr, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Sebagai ujud memuliakan al-Qur’an maka ada beberapa adab yang perlu ditaati seorang hamba saat membacanya, diantaranya adalah:
Pertama: Membacanya dalam keadaan yang paling sempurna yaitu bersuci. Berusaha menghadap kiblat, duduk dengan sopan dan menghadirkan hati.
Kedua: Membacanya dengan tartil dan tidak tergesa-gesa, dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid dan mentadaburinya. Ini adalah sebagai mana dimaksud dalam firman Allah : “Warattilil qur’ana tartila”. Dan bacalah al-Qur-an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S al Muzammil 4)
Syaikh as Sa’di berkata: Membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan bisa menimbulkan perenungan, pemikiran, menggerakkan kalbu, beribadah dengan tanda-tanda kebesaran Allah serta bersiap-siap secara sempurna untuk itu.
Ketiga: Selalu khusyu’ dalam membaca dan memperhatikan makna-maknanya. Tampakkan kesedihan dan berusaha untuk sedih.
Keempat: Hendaklah memperindah suara. Para sahabat dahulu selalu berusaha membaguskan suara dalam membaca al-Qur’an. Rasulullah bersabda: “Laisa minna man lam yataghanna bil qur’an.” Bukan golongan kami orang yang tidak membaca al-Qur’an dengan irama. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Kelima: Seorang yang membaca Al-Qur’an hendaklah menyembunyikan suaranya jika ia khawatir akan menimbulkan riya atau sum’ah pada dirinya atau apabila ia khawatir akan menganggu orang lain, misalnya orang yang sedang shalat.
Keenam: Hendaklah seorang muslim berusaha memperbanyak hafalan al-Qur’an. Hal ini termasuk tanda keimanan dan salah satu tanda orang yang diberi ilmu.