13/08/2024
SELOROH AIRLANGGA SOAL KURSI, BAHLIL DAN IGNAS JONAN
Pembaca coretan sekenanya ini mungkin bingung apa kaitannya Airlangga, Bahlil dan Ignas Jonan? Usai Airlangga Hartarto mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) pada Minggu (10/8/2024), banyak pertanyaan dan analisis perihal mundurnya Pa Airlangga. Bahkan, di beberapa grup wahtsupp yang saya ikuti dan media sosial, kabar mundurnya Menko Perekonomian itu menjadi perbincangan hangat bahkan jadi trending topik.
Saya yang dulunya senang dengan berita politik termasuk nimbrung berkomentar, kali ini sudah pada fase jumud dan menganggapnya sebagai peristiwa biasa terjadi dalam lingkaran elite kekuasaan. Hal yang menarik bagi saya malah seloroh soal kursi. Sebagaimana ramai diberitakan media, usai Ketua Umum Golkar itu mengumumkan mundur, Minggu (11/8/2024), Airlangga langsung bergegas ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dalam rangka mengikuti sidang kabinet paripurna pertama di IKN pada Senin (12/8/2024).
Ada yang unik sebelum sidang dimulai. Airlangga terlihat berkumpul dengan para menteri Kabinet Indonesia Maju. Airlangga bahkan sempat bercanda dengan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Saat akan duduk setelah foto berdua antara Airlangga dan Bahlil, mereka mengambil kursi untuk kembali duduk. Airlangga yang melihat Bahlil mengambil kursi pun berseloroh,”Kursinya Pak Kapolri saja diambil sama Pak Bahlil,” ujarnya. Celetukan itu pun ditimpali Bahlil,”Masuk itu barang,” kata Bahlil. Sementara menteri lain pun ikutan berseloroh. ”Tadi malam dia bilang suara saya aja diambil,” ucap Sri Mulyani.
Seloroh soal kursi barangkali sudah menjadi bagian dari seloroh umum di kalangan Partai Golkar. Soalnya, seloroh serupa pernah p**a saya dengar dari mantan Menteri Tenaga Kerja, Cosmas Batubara pada suatu acara di Universitas Atmajaya, Jakarta. Saat itu mengomentari salah satu panelis yang meninggalkan kursi karena mau ke toilet, beliau berseloroh, “jangan pernah tinggalkan kursi. Sebab, di Indonesia ini, jangankan kursi kosong, kursi yang sudah diisipun bisa diperebutkan. Semua yang hadir menyambut dengan gelak tawa.
Mistisnya Kursi
"Kursi" itu memiliki kekuatan makna yang sangat sakral, mistik, misterius, adihulung, bahkan penuh dengan simbol simbol pendewaan. Makna "kursi" bisa berkaitan dengan kekuasaan tuhan, dewa, raja, ratu, pangeran, bangsawan, priyayi, bahkan presiden. Biasanya, setiap orang yang ingin berkuasa dan ingin memiliki jabatan senantiasa dihubungkan dengan istilah kursi.
Begitu magisnya “kursi” itu, siapapun yang berada di lingkaran kursi itu tergoda untuk mendudukinya, bahkan berusaha merebutnya dengan beragam cara . Sebaliknya, ada juga orang yang begitu mendapatkan kursi, ia akan berusaha dengan segala cara mempertahankannya.
Teringat Ignas Jonan
Candaan soal kursi dan upaya orang-orang mendapatkannya dan enggan beranjak dari kursi mengingatkan saya pada cerita Ignas Jonan. Jonan mungkin termasuk jenis pejabat yang tidak tergoda magisnya “kursi”. Saya teringat beliau pernah memosting di akun instagramnya bahwa selama menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dia tidak pernah menempati kursi menteri. Sejak hari pertama menjadi Menteri ESDM, dia tidak pernah sekali pun duduk di kursi dan bekerja di meja yang disiapkan untuk menteri. Dia bekerja, menerima tamu, memanggil pejabat dan staf, di meja rapat yang bisa menampung 5 sampai 8 orang yang sekaligus berfungsi sebagai meja kerja dan meja makan. Kebiasaan itu rupanya sudah sejak Jonan pimpin Kereta Api Indonesia (KAI) dan Kementerian Perhubungan. Alasannya dengan tidak duduk dan kerja di meja menteri itu, Ignas sebagaimana dikatakannya tidak akan merasa berat jika suatu saat harus meninggalkan jabatannya.