02/05/2024
KWEEKSCHOOL TANOBATO (1862-1873)
Kweekschool Tanobato, menjadi ikon penting sejarah pendidikan di Indonesia. Sekolah ini menjadi sekolah ketiga yang berdiri di Hindia Belanda setelah Kweekschool Surakarta dan Bukit Tinggi, jauh sebelum Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa tahun 1922 di Yogyakarta.
Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers Tanobato, didirikan oleh Willem Iskander tahun 1862. Begitu pentingnya sekolah itu, sampai-sampai mantan Mendikbud Dr. Daoed Joesoef sempat tiga kali mengunjungi lokasi sekolah itu: Pertama, melihat bekas pertapakan sekolah guru itu pada tahun 1981. Kedua, meletakkan batu pertama pembangunan SMA Negeri Willem Iskander di lokasi itu tahun 1982, bersamaan dengan peresmian SMA Negeri Siabu. Ketiga, meresmikan SMA Negeri Willem Iskander itu pada tahun 1983.
WILLEM ISKANDER. Lahir di Pidoli Lombang bulan Maret 1840. Pada usia 13 tahun (1853), ia masuk sekolah rendah dua tahun yang didirikan Godon di Kotanopan. Begitu lulus tahun 1855, ia diangkat menjadi guru di sekolahnya. Ia termasuk guru formal termuda dalam sejarah pendidikan Indonesia, 15 tahun. Tahun itu juga, ia diangkat oleh Alexander Philippus Godon, Asisten Residen Mandailing-Angkola, menjadi juru tulis bumiputera (Adjunct Inlandsch Schrijfer) di kantor Asisten Residen Mandailing-Angkola di Panyabungan. Jabatan guru dan juru tulis itu dijabatnya dua tahun sampai menjelang keberangkatannya ke Negeri Belanda bersama Godon, Februari 1857.
Ia sekolah di Oefenschool di Amsterdam yang dipimpin D. Hekker Jr. Tamat tahun 1861, tanggal 2 Juli ia langsung bertolak ke Batavia dengan kapal Petronella Catarina.
Bulan Desember 1861, ia menghadap Gubernur Jenderal Mr. Ludolf Anne Jan Wilt Baron Sloet van den Beele untuk mengutarakan maksudnya mendirikan sekolah guru di Mandailing.
Dari Batavia, ia langsung ke Padang bertemu Gubernur Jenderal Pantai Barat, Van den Bosche. Ia menyampaikan pesan gubernur jenderal Batavia agar Van den Bosche membantunya.
Begitu sampai di Mandailing pada awal 1862, ia langsung mempersiapkan pendirian sekolah guru di Tanobato, 526 meter di atas permukaan laut, berhawa sejuk rata-rata 22°C, dan berada di jalur lintas utama ke pelabuhan Natal.
Begitu menerima izin pendirian sekolah di Mandailing, tanggal 5 Maret 1862, ia langsung membangun Kweekscchool Tanobato dengan konstruksi bahan dari kayu, bambu dan beratap daun rumbia. Tanggal 24 Oktober 1862, ia menerima SK sebagai guru di sekolah yang dipimpinnya itu.
Setahun berdiri, September 1863, Gubernur Van den Bosche datang ke Tanobato melakukan inspeksi. Hasil kunjungan dilaporkan kepada Gubernur di Batavia dengan kata-kata yang amat memuji: zeer ontwikkeld, hoogst ijverig [sangat cerdik, terpelajar, dan sangat rajin dan tekun].
Empat tahun kemudian, bulan Juni 1866, Mr. J.A. van der Chijs, Inspektur Pendidikan Bumiputera di Batavia (Jakarta), berkunjung ke Tanobato untuk melihat langsung kemajuan yang dicapai Kweekschool Tanobato. Kesempatan itu digunakan Willem Iskander untuk mengusulkan agar pemerintah Hindia Belanda segera meningkatkan jumlah guru dengan cara memberikan beasiswa sekolah guru bagi bumiputra.
Mr. J.A. van der Chijs memuji sistem belajar yang digunakan di Tanobato. Konsep-konsep keilmuan dibahas dengan menggunakan bahasa Mandailing, bahasa Melayu, dan tentu juga bahasa Belanda yang amat fasih. Pengajaran Fisika telah menggunakan media sederhana yang mudah ditemukan di sekitar mereka. Sekolah ini sangat menonjol terutama dalam bidang ilmu berhitung, bahasa Melayu dan Bahasa Belanda. Karenanya, Willem Iskander bersama murid-muridnya kemudian terpilih menjadi anggota komisi penerjemah buku-buku berbahasa Belanda ke bahasa Melayu dan Mandailing oleh pemerintah kolonial.
Murid-murid ditugaskan untuk membaca puluhan buku dalam berbagai bahasa dan diwajibkan membuat laporannya setiap tahun. Ujian dilakukan dengan menulis esei dan berbicara. Sekolah ini tumbuh menjadi pusat pengetahuan terpenting di Sumatera pada pada waktu itu. Terbukti kemudian, beberapa muridnya menjadi pengarang buku-buku penting pada masanya.
Kweekscholl menjadi pembicaraan penting di mana-mana, bahkan di parlemen Belanda, di samping buku Multatuli, Max Havelaar. Tahun 1871, keluar keputusan parlemen, yakni: 1) Sekolah guru harus menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 2) Guru sekolah guru harus mampu menulis buku pelajaran. 3) Bahasa daerah harus dikembangkan sesuai kaidah-kaidah bahasa.
Tahun 1873, salah seorang murid Kweekschool Tanobato, Banas Lubis, memperoleh beasiswa sekolah di Belanda bersama dua orang lain dari Surakarta dan Bandung. Rombongan itu langsung dipimpin oleh Willem Iskander pada bulan April 1874. Mereka tinggal di bekas pemondokan Willem Iskander di Prinsengracht 239, Amsterdam.
Karena kepergiannya, Kweekschool Tano Bato dipindahkan ke Padangsidimpuan tahun 1875. Sekolah itu dipimpin oleh Van Ophuysen yang menyusun Tata Bahasa Melayu dan menjadi Ejaan I Bahasa Indonesia.
Sempat menikah dengan Maria Christina Jacoba Winter pada tanggal 27 Januari 1876 di Amsterdam, Wilem Iskander menderita sakit-sakitan setelah Banas Lubis meninggal. Hanya beberapa bulan sejak menikah, Willem Iskander wafat di Amsterdam 8 Mei 1876 dan dimakamkan di Zorgvlied Begraafplaats, Amsterdam.
Tahukah Anda?
1) Makam Willem Iskander pernah ditawarkan pemerintah Belanda untuk dipindahkan ke Indonesia, tetapi tidak mendapat tanggapan. 2) Berita kematian Willem Iskander justru dimuat di Harian Lokomotif, Surabaya. 3) Peringatan 150 tahun Willem Iskander justru dilakukan di Amsterdam. 4) Rapot Willem Iskander masih tersimpan di Bagas Godang Pidoli Lombang. Saya melihatnya tahun 2013 saat membuat film biografinya, Senandung Willem Iskander.
Sumber FaceBook ASKOLANI II