22/04/2023
Semoga ketemu Ramadhan 1445 H. Dan lebih baik lagi 🤲
TA**RA dan PUASA
Oleh: Sansyanata Ra
(Yeddi Aprian Syakh al-Athas)
Ajaran Ta**ra memandang setiap manusia adalah DEWAYA dan BHUTAYA. Dalam artian yang lebih sederhana dapatlah dimaknai bahwa selain memiliki karakter DEWA (karakter kebaikan), manusia juga memiliki karakter BHUTA (karakter kejahatan) dalam dirinya. Kedua karakter ini selalu ada dan berdampingan dalam diri manusia. Karakter DEWA (karakter kebaikan) dan karakter BHUTA (karakter kejahatan) yang ada dalam diri setiap manusia ini pada dasarnya merupakan pengejawantahan dari dua GUNA (dua sifat) yang berbeda tetapi saling terkait dan saling melengkapi satu sama lain. Karenanya kedua karakter ini disebut sebagai Sanghyang RWABHINEDA (RWA = dua, BHEDA = berbeda, RWABHINEDA berarti "dua yang berbeda").
Keduanya adalah dua kutub yang menciptakan polaritas dalam diri manusia, yang mewakili polaritas antara ruang tubuh bagian atas (Utamangga Mandala) dan ruang tubuh bagian bawah (Nistangga Mandala) dalam diri manusia. Jika keduanya tidak ada, maka manusia tidak akan hidup dan JIWA pun tidak akan mampu bertempat dalam tubuh raga untuk menjalani kehidupan.
Bahkan Al-Qur'an sampai menegaskan keberadaan kedua karakter ini (yakni karakter BHUTA dan karakter DEWA).
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ
"Maka Dia mengilhamkan kepada (JIWA) FUJUURAHA (yakni karakter kejahatan atau karakter BHUTA) dan TAQWAAHA (yakni karakter kebaikan atau karakter DEWA)."
( QS. Surat Asy-Syamsu, 91:8 )
Karakter BHUTA (Al-Qur'an menyebutnya sebagai karakter FUJUR) sejatinya mewakili kekuatan Sanghyang Ibu Pêrtiwi, yang merupakan pengejawantahan dari Energi FEMININ dalam diri manusia yang bersemayam pada ruang tubuh bagian bawah (Nistangga Mandala), yakni pada bagian tubuh yang bernama PERUT, yang padanya bertempat Aksara MIM.
Shuhuf Nabi Ibrahim as menyatakan,
"Dia menyebabkan huruf MEM (yakni aksara MIM) yang dengannya Dia membentuk BUMI pada alam semesta (alam makrokosmos), dan membentuk PERUT pada tubuh manusia (alam mikrokosmos)."
( Sepher Yetzirah, 3:8 )
Inilah sebabnya Ajaran Ta**ra menyebutkan bahwa Sanghyang Ibu Pertiwi (merujuk kepada keberadaan Bumi di Alam Semesta) bertempat di Ruang Tubuh bagian bawah (Nistangga Mandala), yakni bagian PERUT, tepatnya pada bagian Pusat Tubuh atau PUSAR. Konon, energi ini berwujud Api yang sangat panas sehingga dapat membakar apapun di dalam diri. Darinya energi panas dihasilkan sehingga proses pembakaran makanan di dalam PERUT pun dapat berlangsung dengan sempurna.
Dalam Ajaran Ta**ra, Karakter BHUTA (atau karakter FUJUR dalam istilah Al-Qur'an) disebut sebagai karakter RAJAS. Energi ini dipenuhi dengan energi aktif, kreatif, dinamis, panas, penuh gejolak, dan gairah, dan karenanya ia disebut p**a sebagai Energi GNI atau Energi API yang bersemayam pada pusat tubuh (yakni PUSAR). Lalu kenapa disebut GNI? Sebab ia memiliki energi yang sangat panas sebagaimana API (magma) yang sangat panas bersemayam pada pusat bumi (pertiwi).
Sementara karakter DEWA (Al-Qur'an menyebutnya sebagai karakter TAKWA) sejatinya mewakili kekuatan Sanghyang Bapa Akasa, yang merupakan pengejawantahan dari Energi MASKULIN dalam diri manusia yang bersemayam pada ruang tubuh bagian atas (Utamangga Mandala), yakni bagian tubuh yang bernama KEPALA, yang padanya bertempat Aksara SIN.
Shuhuf Nabi Ibrahim as menyatakan,
"Dia menyebabkan huruf SHIN (yakni aksara SIN) yang dengannya Dia membentuk LANGIT pada alam semesta (alam makrokosmos), dan membentuk KEPALA pada tubuh manusia (alam mikrokosmos)."
( Sepher Yetzirah, 3:9 )
Inilah sebabnya Ajaran Ta**ra menyebutkan bahwa Sanghyang Bapa Akasa (merujuk kepada keberadaan Langit di Alam Semesta) bertempat di Ruang Tubuh bagian atas (Utamangga Mandala) di KEPALA, yakni tepatnya bersemayam pada bagian tengah OTAK atau "Telengin Untek" (istilah medis menyebutnya sebagai Kelenjar Pineal). Wilayah ini juga disebut sebagai Pulau Manyeti atau Pulau Pikiran.
Dalam Ajaran Ta**ra, karakter DEWA (atau karakter TAKWA dalam istilah Al-Qur'an) disebut sebagai karakter SATWAM. Energi ini mewakili energi yang sejuk, pasif, kesadaran, hening, dan tenang, dan karenanya ia disebut p**a sebagai Energi TIRTHA AMERTHA atau Energi AIR KEHIDUPAN. Kenapa TIRTHA AMERTHA? Sebab bagian tengah OTAK atau "Telengin Untek" (istilah medis menyebutnya sebagai Kelenjar Pineal) yang juga disebut sebagai Pulau Manyeti atau Pulau Pikiran ini dikelilingi oleh sebuah danau yang disebut sebagai "Danau Untek" yang memiliki air yang berwarna putih bersih yang disebut sebagai TIRTHA AMERTHA (istilah medis menyebutnya sebagai cairan otak atau cairan serebrospinal).
Dalam diri manusia, keberadaan dua karakter energi ini saling mendominasi satu sama lain. Ketika keduanya tidak selaras, maka akan menyebabkan ketidakseimbangan energi pada tubuh. Dan ketidakseimbangan energi ini akan menyebabkan emosi menjadi tidak terkendali sehingga pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Karena itu dalam Ajaran Ta**ra, kedua energi tersebut harus diselaraskan, dan salah satunya dilakukan dengan terlebih dulu menyelaraskan Energi GNI (Energi API) atau Energi RAJAS yang ada dalam diri sebagaimana hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an.
اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menyelaraskan karakter RAJAS (karakter GNI atau karakter BHUTA) dari kamu wahai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari karakter RAJAS tersebut)."
( QS. Surat Al-Ahzab, 33:33 )
Nah pertanyaannya adalah mengapa harus terlebih dulu melakukan penyelarasan Energi GNI (Energi API) atau Energi RAJAS yang dimiliki oleh karakter BHUTA (atau karakter FUJUR) yang berada pada Ruang Tubuh bagian bawah (Nistangga Mandala), yakni bagian PERUT yang bernama PUSAR?
Jawabnya, karena pada Ruang Tubuh bagian bawah (Nistangga Mandala), yakni bagian PERUT yang bernama PUSAR lah Energi GNI (Energi API) atau Energi RAJAS yang sangat panas itu bersemayam, yang dengannya proses pembakaran makanan di dalam perut dapat berlangsung dengan sempurna. Dan dengan PUASA, maka asupan makanan ke dalam PERUT pun akan menjadi berkurang, dan sebagai akibatnya maka Energi GNI (Energi API) atau Energi RAJAS yang bersemayam pada Ruang Tubuh bagian bawah (Nistangga Mandala) alias PERUT pun akan menjadi melemah, analognya ketika asupan kayu bakar berkurang maka nyala api pun akan menjadi semakin mengecil dan meredup. Nah karena keberadaan dua karakter energi (yakni energi BHUTA atau energi API dan energi DEWA atau energi AIR) ini saling mendominasi satu sama lainnya, maka ketika salah satunya melemah, tentunya yang lainnya dengan sendirinya akan menjadi mendominasi.
Sehingga lewat PUASA, maka Energi GNI (Energi API) atau Energi RAJAS yang bersemayam pada Ruang Tubuh bagian bawah (Nistangga Mandala) alias PERUT ini akan menjadi melemah, dan sebaliknya Energi TIRTHA (Energi AIR KEHIDUPAN) atau Energi SATWAM yang bersemayam pada Ruang Tubuh bagian atas (Utamangga Mandala) alias KEPALA akan mendominasi tubuh. Dan dampaknya, maka kemudian karakter DEWA (atau karakter TAKWA dalam istilah Al-Qur'an) yang juga disebut sebagai karakter SATWAM pun akan mendominasi.
Dari sinilah kemudian kita akan menjadi paham mengapa Al-Qur'an menyatakan bahwa tujuan dari PUASA sejatinya adalah untuk meraih karakter TAKWA yang dalam ajaran Ta**ra disebut sebagai karakter DEWA atau karakter SATWAM.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
"Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan atas kamu BERPUASA sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar (jiwa kamu didominasi oleh karakter) TAKWA."
( QS. Al-Baqaeah, 2:183 )
Demikianlah tulisan ini berakhir.
Mohon maaf tiada maksud untuk menggurui siapapun karena tulisan ini hanyalah media untuk bertutur pada diri sendiri yang masih bergelimang salah dan dosa.
Akhir kata...
Selamat menyempurnakan Ibadah Puasa..
Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏
Manokwari, 19 April 2023
Sansyanata-Ra
(Yeddi Aprian Syakh al-Athas)