Serpihan Aksara Ary

Serpihan Aksara Ary Halaman berisi cerita pendek dan cerbung

AKU BENAR-BENAR TELAH TERPERANGKAP, TAK LAGI BISA LEPAS DARI ....Part 15Lalu, gadis itu mecubit lengannya dengan keras. ...
23/09/2024

AKU BENAR-BENAR TELAH TERPERANGKAP, TAK LAGI BISA LEPAS DARI ....

Part 15

Lalu, gadis itu mecubit lengannya dengan keras. "Auw!" Seketika orang yang ada di sekitar mereka langsung menoleh karena mendengar pekikan Mila.

"Kamu, ngapain, sih?!" Dandy menarik tangan Mila agar kembali duduk. Lelaki itu lalu menoleh ke kiri kanan sambil berkata, "Lihat! Semua orang pada ngeliatin kita. Mereka kira aku ngapa-ngapain kamu lagi. Bisa-bisa aku dipukuli massa di sini."

"Maaaf. Habisnya, Mas, becandanya nggak lucu, sih. Jadinya, ya ... aku kira mimpi." Mila pun cengar-cengir mengingat tingkahnya.

Dandy menggenggam tangan Mila lalu menatap lekat mata sang kekasih. "Aku serius, Mila. Aku ingin kita segera menikah. Secepatnya!" tegasnya.

"Secepatnya?" tanya Mila tak percaya. Meskipun begitu, binar matanya memancarkan rasa bahagia.

Pasalnya, itu adalah impian Mila, untuk bisa bersanding dengan Dandy, sejak lelaki itu mengatakan ingin berakhir di pelaminan bulan lalu, ketika Mila memberikan uang pelicin. Namun, gadis itu tidak menyangka sama sekali bahwa sang kekasih akan mengajaknya secepat ini. Ada ragu yang muncul dalam hati, tetapi lagi-lagi ditepisnya karena rasa cinta yang menggebu-gebu. Mata hati Mila benar-benar menjadi buta oleh cinta. Kenaifannya melumpuhkan logika, tak dihiraukannya sama sekali gelagat tidak beres yang terlihat.

"Iya," jawab Dandy singkat. Kemudian dia mencium tangan Mila yang ada dalam genggaman. "Mila Jamila binti Ahmad Tomari, will you marry me?"


Baca selengkapnya di aplikasi KBM App;
Judul: Jerat Cinta Istri Lugu - Mila Jamila "Aku Ingin Pulang"
by T-aryanti/ZazaSolehah

MEMANG BENAR AKU MELAKUKANNYA DENGAN SADAR, TETAPI SEMUA ITU JUGA KARENA .... Part 14Gadis berbaju pink dengan rambut te...
22/09/2024

MEMANG BENAR AKU MELAKUKANNYA DENGAN SADAR, TETAPI SEMUA ITU JUGA KARENA ....

Part 14

Gadis berbaju pink dengan rambut tergerai itu ragu untuk melangkah mendekat. Dia bergeming di samping tembok kantor pos yang jaraknya tidak jauh dari tempat Dandy dan seseorang itu sedang berdiri. Mila mengamati mereka berdua yang sedang asyik mengobrol di bawah daun rindang pohon beringin dan tidak mengetahui keberadaannya.

Dia pindai dari bawah hingga atas sosok yang sedang bersama kekasihnya. Wajah orang itu tampan dan rupawan, tak kalah tampan dengan wajah sang kekasih, mata agak sipit dengan alis tebal simetris, hidung mancung, p**i tirus, rambut lurus dengan potongan curtain cut (kata anak zaman now). Ada tahi lalat kecil di atas bibir yang tidak terlalu tipis itu, membuat wajahnya tak jemu untuk dipandang. Pakaian casual serba hitam yang digunakan oleh lelaki bermata elang itu sangat cocok dengan postur tubuhnya yang tinggi dan atletis serta kontras dengan kulitnya yang putih.

"Mungkinkah ini teman yang dimaksud Mas Dandy kemarin?" batinnya, "kalo dilihat dengan seksama, orang itu mirip dengan Mas Dandy. Apa mungkin itu saudara Mas Dandy?" Mila berargumen dalam hati.

Setelah puas mengamati, Mila beranjak dan melangkah perlahan. Akan tetapi, ragu kembali menyelimuti hatinya kemudian menghentikan langkah. Tanpa sadar, dia menghela napas dan mengeluarkan bunyi dari bibir tipisnya. Suara helaan itu dapat didengar oleh kedua orang yang sedang dituju gadis itu meskipun samar.

Dandy menoleh dan melihat Mila yang diam berdiri sambil menatap ke arahnya. "Sayang ...? Kamu udah datang daritadi kah? Kok, nggak segera mendekat ke sini?" Dandy mengerutkan dahi, melihat Mila yang diam saja. "Buruan, siniii!" serunya lagi seraya melambaikan tangan.

"Ah, iya!" Mila melangkah perlahan dan masih dalam keraguan.

Lelaki yang berada di samping Dandy tersenyum simpul melihat gelagat gadis manis itu.

"Kenalkan, ini Leon teman yang mas ceritakan kemarin. Dia manager di bank swasta tersebut. Jadi kamu akan memasukkan lamaran lewat dia," jelas Dandy ketika Mila sudah berada di dekat mereka.

Lelaki berjas hitam itu mengulurkan tangan sambil tersenyum dan disambut malu-malu oleh Mila. Kemudian, gadis itu menyebutkan namanya.

Dalam benak Mila terbesit tanya yang sangat mengganjal, "Jika benar jabatannya setinggi itu, kenapa mau diajak ketemuan di sini? Kenapa nggak kayak di novel yang aku baca, yang ngajak ketemuan di cafe terkenal atau di mana gitu ... tempat yang lebih bergengsi? Masak horang kaya mau aja diajak ketemuan di tempat seperti ini? Nggak cocok banget ma pakaiannya." Mila menjadi semakin ragu dan mulai curiga. Pikirannya yang berkecamuk membuat gadis itu lupa untuk melepas genggaman.


Baca selengkapnya di aplikasi KBM App;
Judul: Jerat Cinta Istri Lugu - Mila Jamila "Aku Ingin Pulang"
by T-aryanti/ZazaSolehah

AKU MEMANG LUGU, BUKAN BERARTI AKU BODOH, HANYA SAJA AKU BUTA KARENA ....Part 13Mila menghentikan langkah seketika lalu ...
21/09/2024

AKU MEMANG LUGU, BUKAN BERARTI AKU BODOH, HANYA SAJA AKU BUTA KARENA ....

Part 13

Mila menghentikan langkah seketika lalu berbalik. Dia melihat Dandy bergegas mendekat. "Ada apa, Mas?" tanyanya setelah sang kekasih berdiri tepat di hadapan.

Dandy tidak langsung menjawab. Dia mengatur ritme detak jantung yang berdegup kencang. Setelah degupan dirasa stabil, dia memberanikan diri berkata, "Eeehm, anu ... i-itu ... dompet aku ketinggalan." Dandy cengar-cengir kayak kuda nyengir. "Boleh aku pinjam uang?" tanyanya kemudian.

Mila yang detak jantungnya tadi bertalu-talu karena menyangka bahwa Dandy akan melakukan hal yang biasa dilakukan sebelum menutup telpon, yaitu memberi kiss, pun terkekeh. Ternyata pemikirannya salah besar.

Melihat Mila tertawa geli, Dandy pun menyugar rambut. Dalam hatinya terselip rasa sungkan bercampur jengkel, merasa dirinya diremehkan. Namun, dia telan rasa itu demi meraih misinya.

"Oalah, kirain tadi apa ...." Mila merogoh saku celana lalu mengambil beberapa lembar uang warna biru dan menyerahkannya kepada Dandy. "Ini, Mas. Nggak usah minjem. Ambil aja, sekali-kali Mila traktir," ucapnya tulus.

Dandy gegas memeluk Mila lalu mengecup kening gadis itu. Sedangkan, Mila hanya mematung mendapat perlakuan yang mendadak itu.

"Makasih, ya, Sayang. Kamu bener-bener pacar yang pengertian dan baik banget. Aku makin cinta, deh, ma kamu," ucapnya girang lalu dia mengantongi uang tersebut. Dalam hatinya bersorak riang bahwa apa yang dipikirkan dan tujuan misinya berhasil.

"Mbaaak Milaaa, ayoook," rengek Kelvin.

Dandy pun lekas merenggangkan pelukan, mendengar rengekan Kelvin.

Mila gegas merunduk, lalu mengelus p**i gembul bocah tampan itu. "Ah, iya, Cayang. Bentar, ya?" Kemudian dia menegakkan badan. "Ya udah, ya, Mas, Mila balik sekarang? Takutnya Kelvin ngambek kalo kelamaan," pamitnya, lalu dia kembali membungkuk untuk menggend**g Kelvin.

"Ok, Mila Sayang."

Akhirnya mereka pun berpisah, seperti mingu-minggu sebelumnya.

Malam harinya, seperti biasa saat jam kerja Mila selesai dan waktunya istirahat, Dandy menghubungi gadis itu. Dia masih merasakan rindu meski pagi tadi sudah bertemu. Di sela-sela guraun dan manja-manjaan, Dandy mengingatkan kembali perihal tawaran kerja. Lelaki berkaos putih polos itu berharap Mila segera mengiakan dan memberikan uang pelicin itu kepadanya.


Baca selengkapnya di KBM App;
Judul: Jerat Cinta Istri Lugu - Mila Jamila "Aku Ingin Pulang"
by T-aryanti/ZazaSolehah

HARUSKAH AKU MELAKUKAN ITU? PADAHAL, AKU TAHU JIKA ITU SEBUAH DOSAPart 12Dandy mengangguk. "Iya." Dia nyengir kuda."Ya, ...
05/07/2024

HARUSKAH AKU MELAKUKAN ITU? PADAHAL, AKU TAHU JIKA ITU SEBUAH DOSA

Part 12

Dandy mengangguk. "Iya." Dia nyengir kuda.

"Ya, Allah ... itu 'kan nggak baik. Dosa, Mas, nggak berkah."

"Yaaa, mau gimana lagi, itu jalan satu-satunya. Tanpa itu kita nggak bisa masuk kerja di sana tanpa hambatan, apalagi hanya dengan ijazah SMA. Jelas nggak mungkinlah meski kita ajuin lamaran lewat orang penting." Dandy berkata sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Gadis berhidung bangir itu menghela napas. "Harus, ya, Mas?" Mila masih tidak begitu yakin dengan apa yang didengar.

"Ya harus, Mila. Wajib. Tanpa itu ya ... nggak bisa."

"Kalo gitu, nggak usah aja deh, Mas. Mending–"

Dandy menyergah, tak ingin melepaskan kesempatan. "Jangan gitu, Mila. Ini kesempatan langka dan kesempatan emas buat kita. Momen seperti ini jarang sekali ada. Kapan lagi kamu bisa dapat pekerjaan enak dan kita bisa bebas berduaan, jalan-jalan di mana aja. Ayolah, Mila sayang."

Mila meremas tangan, hatinya resah memikirkan pilihan yang tepat. Sebenarnya, dia enggan berhubungan dengan hal semacam itu, tapi mengingat keadaan dan besarnya cinta yang dirasakan, gadis berwajah agak murung itu mulai goyah pendiriannya.

"Ntar dech, Mas, Mila pikir-pikir dulu," ucap Mila sambil memalingkan wajah mengarah pada Kelvin yang masih asyik bermain pasir bersama teman-temannya. Hati dan logika Mila kontras saat ini, pikiran ingin menolak tapi jiwa penuh gelora cinta mendesaknya untuk menerima.

"Jangan lama-lama mikirnya. Takutnya ntar dah dimasukin orang lain." Dandy masih berusaha membujuk dan mendesak.

"Yaaa, gimana, ya, Mas. Mila nggak bisa secepatnya memutuskan. Apalagi yang menyangkut sesuatu yang tidak berkah," ucapnya tanpa menoleh. Dia menatap kosong hamparan pasir di depan yang tak jauh dari tempatnya duduk.

"Heehm, tapi jangan lama-lama. Ntar mas pending dulu biar temen mas nggak nerima lamaran dari orang lain. Jadi kesempatan kamu aman," desak Dandy lagi.

"Baiklah. Terserah, Mas aja," ucapnya pasrah.

"Oke, deh kalo gitu. Ntar malam mas akan nemui temen mas itu." Dandy berkata dengan nada bahagia.

"Tapi, Mas. Mas, yakinkah kalo Mila bakal lolos kerja di sana?" tanya Mila seraya menoleh.

"Yakinlah. Seribu persen. Percaya, deh, sama Mas. Apa, sih, yang nggak bisa mas lakuin buat kekasih tambatan hati mas ini." Dandy menowel dagu Mila.

Mila tersipu. "Ah, Mas, ini. Bisa aja, Mila 'kan jadi malu. Noh, banyak orang yang lihat." Dia celingak celinguk memperhatikan orang di sekitar.

"Biarin. Mereka pasti bakal ngerti. Kalo orang lagi kasmaran, dunia seakan milik berduaaa, yang lain ngontrak. Hahahahaha ....

Mila mencubit paha Dandy.

"Aduh ... sakit, Mila Sayang," erang Dandy. Dia mengelus paha bekas cubitan.

"Ya elah, Mas. Pelan juga. Dasar lebay." Mila tersenyum seraya menutup mulut.

"Ingat, ya, Mila. Jangan lama-lama mikirnya. Mumpung ada kesempatan. Kesempatan nggak datang dua kali looooo ...." Dandy masih terus mencoba meyakinkan.

"Entahlah, Mas?"

"Kok, entah!?" Dandy berkata dengan sedikit emosi. Dia sudah mulai kehilangan kesabaran.

Ternyata tidak mudah bagi Dandy untuk mempengaruhi gadis lugu tersebut. Sebelumnya, dia sangat yakin bakal mudah melakukan hal itu. Namun, lelaki berhidung mancung itu tidak patah arang. Dia terus berusaha meyakinkan sang kekasih.

"Kamu bener-bener nggak percaya ma aku, Mila Sayang? Kamu anggap aku apa sampai kamu berpikiran seperti itu? Kamu kira aku orang jahat, yang bakal nipu kamu? Heh?!" cecar Dandy seraya menahan emosi. Tanpa disadarinya, dia memegang erat tangan Mila.

"Mas ... sakiiit ...," desis Mila seraya meringis.

Dandy sadar dengan perbuatannya dan segera melepas tangan Mila lalu mengelusnya. "Maaf, Mila, mas nggak sengaja. Bukan maksud mas menyakitimu. Mas hanya refleks aja karena kamu mencurigai Mas," ucapnya penuh penyesalan. Dia raih jemari Mila lalu mengecupnya sesaat. "Maaf, ya, Sayang? Kamu nggak marah 'kan?"

Mila menggeleng. "Nggak papa, Mas. Mila ngerti, kok. Bukannya Mila nggak percaya tapi Mila takut karena itu perbuatan tercela dan nggak berkah buat ke depannya."

"Ya, nggaklah, Sayang. Anggep aja kamu nitip uang yang nantinya bakal balik lagi lewat gajimu tiap bulan, gimana?" Dandy memasang wajah memelas, berharap Mila akan berubah pikiran.

"Ya, bedalah, Mas," sanggah Mila. Dia menatap lekat wajah kekasihnya. Hatinya tidak tega melihat raut muka yang penuh harap itu. "Aku pikir-pikir dulu aja, ya, Mas, boleh 'kan?" Gadis berwajah oval itu mencoba menegosiasi.

Akhirnya, Dandy menyerah dan mengangguk lesu. Hanya sekilas, lalu senyum manis terukir di wajahnya. "Iya, Mila Sayang. Boleh, kok ... apa, sih, yang nggak buat Mila. Disuruh makan sekarang pun mas juga mau," rayunya. Dia mencoba menutupi rasa kecewa dan emosi dalam dada.

"Ih, Mas Dandy bisa aja bikin Mila klepek-klepek." Mila tersenyum sipu. "Ngomong-ngomong soal makan ... emang Mas lapar?" tanya Mila ketika teringat dengan kata-kata Dandy barusan.

"Eeehh, itu ... sebenernya tadi aku belum sempet sarapan. Buru-buru berangkat ke sini karena dah nggak sanggup lagi menahan rindu." Dandy tersenyum lebar, manampilkan gigi rapinya yang putih.

Mendengar pengakuan lelaki yang duduk di depannya, Mila menjadi semakin tersipu. Dia tidak menyangka kekasihnya akan bersikap konyol akibat menahan rindu. "Lah, Mas apa bangun kesiangan?"

Dandy tidak menjawab pertanyaan Mila. Dia hanya melengkungkan bibirnya yang tipis dan tampak seperti bulan sabit sehingga wajah tampannya terlihat semakin menawan. Melihat itu, Mila menjadi gemas lalu mencubit p**i lelaki tersebut.

"Aduuuh, sakiiit, Mila Sayang." Dandy berkata dengan nada manja lalu mengusap p**inya setelah bebas dari cubitan Mila.

"Eleh-eleh. Manja bener pacar Mila. Padahal cuman dibelai sayang aja," ledek Mila sambil cengar-cengir.

Dandy terkekeh mendengar gombalan Mila. "Gimana ... kalo kita cari sarapan dulu?"

"Eeehm, tapi Mila masih kenyang, Mas. Mila dah sarapan tadi." Mila memasang wajah tak enak pada kekasihnya.

"Yaaaah, gitu, ya?! Sayang banget, padahal aku pengen banget sarapan bareng kamu," ucap Dandy memelas.

"Gimana, ya ... lagip**a Mila juga takut, Mas?"

"Takut? Takut kenapa?" Dahi Dandy berkerut.

"Mila takut Kelvin nanti mengadu. Kemarin aja dia ngomong ke mamanya kalau Mila s**a ngobrol ma cowok di taman," jelas Mila.

"Terus kamu bilang apa?"

"Aku bilang aja kalau aku ngobrol ma mas-mas yang lagi nganterin ponakannya main ke taman," jawab Mila.

"Memang jika ketahuan kenapa, sih, Mil?" tanya Dandy heran.

"Ya, nggak dibolehin pacaran. Takutnya ntar ganggu pekerjaan Mila dan nggak fokus buat menjaga dan merawat anaknya," papar Mila.

Dandy hanya ber-oh ria mendengar pemaparan gadis berlesung p**it itu. Sesaat kemudian hening, menyergap lalu tarikan lemah di ujung baju Mila membuatnya kaget.

Mila menoleh. "Eh, Kelvin, dah mau p**ang?"

Bocah berusia tiga tahun itu hanya mengangguk.

"Baru juga sebentar dah mau balik aja. Mas 'kan masih kangen ...," keluh Dandy.

Mila mengangkat bahu. "Mo gimana lagi, Mas. Ni anak kalo dah kemauannya nggak bisa dibujuk dan ditahan lagi," jelasnya.

"Haaah, ya udahlah kalo gitu," pasrahnya, "eh, iya, Mila, jangan lupa pikirin secepatnya tawaranku tadi?!" Dandy kembali mengingatkan.

"Iya, iya, Mas," jawab Mila singkat lalu menggandeng tangan Kelvin. Mereka beranjak lalu Dandy mendekat untuk memeluk Mila sebelum berpisah. Setelah itu mereka melangkah berlawanan arah karena jalan yang dilalui berlawanan.

Baru beberapa langkah Dandy memutar badan kembali ke arah Mila lalu berseru, "Milaaaa, tungguuu!"


To be continued ....

KEWARASANKU DIH4NT*M MALARINDUPart 11"Apa yang ada di pikiran kamu, Mila Sayaaank? Sampai kaget begitu. Jangan mikir ane...
04/07/2024

KEWARASANKU DIH4NT*M MALARINDU

Part 11

"Apa yang ada di pikiran kamu, Mila Sayaaank? Sampai kaget begitu. Jangan mikir aneh-aneh, deh. Mas cuman mau ciuman lebih dari itu dan lebih mesra lagi, biar berasa. Kalo gitu doank nggak berasa, Mila Cantik ...." Dandy tersenyum simpul.

"Oh ... trus seperti apa yang Mas mau?"

"Harusnya gini d**g." Dandy mencium layar ponsel berkali-kali, hingga basah, sambil mengeluarkan kata emuah, emuah, emuah.

"Haruskah?" tanya Mila dengan tersipu. Dia geli sendiri membayangkan hal itu.

"Harus d**g, Mila Sayang. Biar mas bahagia." Dandy mengerling.

Mila pun pasrah dan mengikuti kemauan sang kekasih, sesuai arahan. Padahal, dalam hati dia juga senang melakukan itu.

"Nah, gitu d**g. Ini baru pacar Dandy. Kalau gini 'kan aku makin cinta ma Mila Sayang."

"Idih, gombal."

"Serius, Mila Sayang. Baru kali ini merasa seperti ini. Sebelumnya tidak pernah aku merasakan hal seperti dengan perempuan lain. Kamulah yang pertama dan satu-satunya. I love you so much, Honey. Muuuah."

Mendapat pernyataan itu, Mila menjadi diam seribu bahasa. Hatinya berdebar kencang dan wajahnya memancarkan haru sekaligus bahagia yang teramat. Tanpa terasa dia menangis.

"Kok malah nangis. Kamu tidak s**a mendengar hal itu?" tanya Dandy heran.

"Bu-bukan, bukan itu. Ini adalah tangis bahagia, Mas, bahagia. Aku bahagia, Mas, dan aku benar-benar beruntung bisa mengenal Mas Dandy," jawab Mila tulus. Derai air matanya semakin deras.

"Cup cup, Mila Sayang. Jangan nangis, ya? Aku jadi ikutan sedih. Aku paling nggak bisa liat cewek nangis." Dandy berusaha menghibur Mila agar tidak menangis terus.

"Iya, Mas, iya. Maaf, ya, Mas?" gadis berbaju tidur dengan motif doraemon itu membasuh air mata dan berusaha berhenti menangis.

"Jangan terlalu sering minta maaf. Aku nggak s**a. Lagian nggak ada yang perlu dimaafin Mila Sa–" Belum selesai Dandy berkata, terdengar suara wanita memanggilnya. "Bentar, Maaa!" serunya seraya berpaling dari layar, "dah dulu, ya, Yang? Mami manggil, nih."

Panggilan pun berakhir dan Mila bergegas tidur dengan wajah berseri bahagia. Tak henti-hentinya dia tersenyum.

***

"Mas, aku bosen," keluh Mila suatu ketika, saat mereka sedang duduk berdua di bangku taman kota, di minggu pagi.

"Bosen? Bosen kenapa? Apa kamu bosen dengan hubungan–"

"Bukan, bukan itu, Mas!" sergah Mila cepat, "Aku bosen dengan pekerjaanku. Selama kita jadian sebulan ini, kita hanya bisa berduaan lewat telepon. Aku 'kan juga pengen, Mas, seperti yang lain. Jalan bareng berdua, makan-makan bareng, dan juga diapeli tiap malam minggu."

Mila menarik napas dalam lalu menghelanya. "Pekerjaanku yang menuntut, membuatku tidak bisa menikmati masa muda dan tak bisa bersenang-senang. Masak tiap hari hanya ngurusin bocil mulu? Boring 'kan jadinya. Dan itu udah aku jalani selama satu tahun," jelas gadis beriris coklat gelap itu seraya cemberut dan menekan suara pada kata satu tahun.

"Oooh, gituuu. Gimana kalau kamu ganti pekerjaan aja?" usul Dandy.

Mata Mila membeliak mendengar usulan Dandy. "Ganti pekerjaan? Maksud, Mas, aku berhenti dari pekerjaan sekarang dan melamar pekerjaan baru gitu?" tanyanya memastikan.

"Iya, tapi sebelumnya kamu jangan resign dulu. Tunggu kepastian dari tempat kamu melamar pekerjaan. Kalau udah dipanggil dan pasti diterima kerja di sana, baru kamu resign dari pekerjaanmu sekarang. Gimana?"

Dahi Mila berkerut. "Pekerjaan apa, Mas? Pasti sulit di kota ini mencari pekerjaan yang sesuai dengan apa yang diinginkan."

"Emang kamu ingin pekerjaan yang kayak gimana?" tanya Dandy.

"Ya ... setidaknya ada waktu luanglah buat jalan bebas. Nggak kayak sekarang."

"Nah, kebetulan di tempat kerja temenku ada lowongan, posisinya lumayanlah. Pasti kamu s**a." Dandy berkata dengan mata berbinar.

"Benarkah? Di mana, Mas? Trus sebagai apa?"

Pria berbibir tipis itu berdehem, tidak langsung menjawab pertanyaan sang kekasih. "Di sebuah bank swasta besar, sebagai teller. Gimana, bagus 'kan? Kerjanya nggak seharian penuh, ada liburnya, gajinya juga lumayan gede meski ... masih gede gajimu yang sekarang. Setidaknya kamu bisa menikmati masa mudamu, juga bisa bertemu dengan orang-orang baru tiap harinya. Pokoknya asyik deh," papar Dandy penuh antusias.

Ya, meskipun hanya bekerja sebagai baby sitter, tetapi gaji yang Mila dapatkan terbilang besar. Lebih besar dari gaji orang kantoran. Itu karena majikannya orang yang kaya raya dan tidak pelit. Sang majikan juga sangat menghargai waktu dan pekerjaan yang didedikasikan oleh gadis itu. Makanya, Dandy sangat senang sekali ketika pertama kali tahu Mila bekerja di rumah mewah itu. Dia tahu persis seperti apa majikan Mila.

"Waaaah, benarkah itu, Mas?" Mata Mila berbinar. Dia membayangkan pekerjaan itu pastilah sangat menyenangkan. Namun, hanya sebentar saja kemudian mata itu mulai meredup dan menatap sendu wajah kekasihnya. "Tapi, Mas, Mila nggak yakin bakal bisa diterima di sana."

"Kenapa bisa begitu?" Dahi Dandy berkerut.

"Ijazahku 'kan hanya SMA, Mas. Mana bisa aku diterima di sana? Pasti yang dibutuhkan minimal lulusan D3 atau S1." Mila menunduk.

"Ya elah, kalo itu, sih, gampang. Serahkan saja pada kekasihmu yang tampan dan baik hati ini." Dandy menepuk dada dengan sedikit membusung.

"Caranya?" Mila mend**gak penuh antusias.

Dandy memutar bola mata, seolah memikirkan jalan keluar. "Adalah ... dijamin semuanya bakal lancar. Lagian, temanku yang bekerja di sana memiliki wewenang buat nerima karyawan tanpa melalui seleksi."

Mila menatap lekat wajah Dandy. Wajah gadis itu kembali semringah dan senyum ceria terukir di bibir tipisnya. "Benarkah itu, Mas? Waaaah, kalo gitu jangan tunggu lama lagi. Ayok! Kita segera mengajukan lamaran pekerjaan ke sana. Udah nggak sabar aku bisa lepas dari pekerjaan yang mengukung ini."

Saking bahagianya, Mila beranjak dari duduk lalu melompat-lompat kecil seraya tepuk tangan. Dia tidak peduli jika tingkahnya mengundang perhatian orang-orang dan bocah-bocah kecil yang ada di taman.

Dandy hanya tersenyum sambil geleng-geleng melihat tingkah gadis yang ada di depannya. Tak lama kemudian dia berkata, "Tapiii ...."

Mendengar itu, Mila segera menghentikan aksinya lalu gegas duduk kembali di samping lelaki itu. "Tapi kenapa, Mas?"

"Tapiii, ada syaratnya." Dandy berkata dengan lesu.

"Syarat? Memangnya syarat apa, sih, hingga Mas jadi lesu gitu? Padahal tadi semangat sekali." Mila menyentuh tangan sang pujaan hati.

"Yaaah, meskipun lewat teman sendiri yang memiliki jabatan tinggi di sana, tapi tetap saja butuh sesuatu biar licin," Dandy tidak langsung menjawab pada pointnya. Dia masih berbelit-belit, mencari kata yang tepat untuk disampaikan pada gadis berkuncir kuda yang ada di hadapan.

"Sesuatu? Licin? Maksud, Mas, apaan sih? Butuh disetrika gitu?" Mila menggoyang lengan Dandy karena lelaki tidak segera bersuara. "Ngomong yang jelas d**g, Mas. Nggak usah berbelit-belit. Mila 'kan jadi bingung dan pusing."

"Eehm, ituuu, sesuatu yang bikin licin itu maksudnya uang bukan setrika," ucap Dandy tak enak.

"Uang? Maksud, Mas, nyogok gitu?" Mila berkata dengan mata membulat, sangat kaget dengan apa yang dimaksud. Dia tidak menyangka sama sekali jika itulah yang menjadi syarat.


To be continued ....

SARANG LABA-LABA, ITULAH CINTAMUPart 10Ketika lelaki beralis tebal itu menoleh ke belakang, dia melihat gadis yang ditun...
03/07/2024

SARANG LABA-LABA, ITULAH CINTAMU

Part 10

Ketika lelaki beralis tebal itu menoleh ke belakang, dia melihat gadis yang ditunggunya berjalan mendekat, kemudian menyapa dan meminta maaf kepada Dandy karena sudah membuatnya menunggu.

"Maaf banget, ya, kamu jadi bosan gara-gara menungguku?" Mila kembali minta maaf setelah menurunkan Kelvin dari gend**gan dan bocah tampan itu berlari ke kolam pasir. Itu adalah tempat favorit Kelvin.

"Sudah gue bilang nggak papa, Mila cantik. Itu sih, belum apa-apa. Gue rela kok nglakuin apa aja demi gadis cantik seperti lu. Apalagi ...." Dandy menjeda perkataannya. Dia meraih tangan Mila dan gadis itu langsung menoleh karena kaget. Lelaki berbibir tipis itu menatap lekat kedua mata Mila.

Badan Mila bergetar mendapat perlakuan mendadak itu. Jantung gadis itu berdegup kencang, wajahnya mulai memanas, dan p**i pun memerah. Dia salah tingkah ditatap sendu oleh Dandy, lalu tertunduk memandang tangan yang ada dalam genggaman. "Apalagi ... apa?" tanyanya lirih.

"Apalagi buat orang yang gue cintai," ucap Dandy penuh mantap. Tak ada keraguan dalam suaranya.

Mata Mila membulat, mendengar pengakuan Dandy. Dia mend**gak lalu bertanya, "Maksud, Mas?" Gadis bermata bulat itu menatap lekat wajah Dandy dengan penuh tanya.

"Iya, Mila. Gue jatuh cinta pada lu dan gue sayang sama lu. Meskipun hubungan kita baru hitungan hari namun ... itulah adanya yang gue rasain dalam hati ini." Dandy mengangkat genggaman dan meletakkan di atas dadan.

Detak jantung lelaki itu, yang berpacu dengan cepat juga, dapat Mila rasakan dari tangannya yang ada dalam genggaman.

"Dalam setiap detak jantung gue, tersebut nama lu Mila," ucap Dandy kemudian, "apa yang selama ini gue katakan dan gue rasakan itu nyata dan tulus adanya, Mila."

Mila terdiam, dia shock dengan pernyataan Dandy. Gadis itu masih menatap lekat dan mencari kebenaran atas perkataan tersebut. Namun, tak ada kebohongan yang terpancar di mata coklat terang Dandy. Malah tampak wajah tulus dan senyum manis yang Mila dapatkan. Tatapan lelaki di hadapannya itu semakin sendu.

"Gue tahu lu pasti tidak percaya dengan semua perkataan gue karena–"

"Bu-Bukan begitu." Mila menyambar cepat perkataan Dandy. "Akuuu ...." Mila menghela napas seraya menunduk.

Memang, selama ini Mila juga merasakan hal yang sama sejak pertama kali bertemu. Meskipun hatinya berbunga-bunga, tetapi ini terlalu cepat bagi gadis itu dan dia masih sedikit ragu dengan perasaan Dandy. "Benarkah perasaannya benar-benar sama denganku?" batinnya

Seakan tahu apa yang Mila rasakan, Dandy meraih dan mengangkat dagu gadis pujaannya. "Percayalah, Mila, cinta gue suci dan tulus sama lu. Gue nggak pernah ngerasa kayak gini sebelumnya. Hanya sama lu gue jadi begini, sejak pertama kali bertemu." Lelaki berkaos abu-abu dengan logo orang bermain golf di sisi kiri dadanya itu terus meyakinkan Mila atas perasaannya. "Sungguh, Mila, aku benar-benar sayang ma lu."

Mila tak bergeming, dia larut dalam pikiran dan masih tidak percaya dengan kenyataan yang ada, hingga akhirnya sentuhan pelan di p**i menyadarkannya. Tubuhnya meremang. Kembali, suara berat dan lembut dari Dandy dia dengar.

"Mila Sayang, maukah lu jadi pacar gue?"

Mila masih tetap diam. Gadis berkulit coklat terang itu bingung harus berkata apa. Di satu sisi dia ingin segera menerima karena dia juga mencintai Dandy, tetapi di sisi lain hatinya masih ada ragu terhadap perasaan lelaki tampan itu. Mila menoleh, menatap Kelvin yang sedang asyik bermain pasir dengan anak-anak yang lain.

"Lu meragukan cinta gue, Mila?" Dandy mengelus tangan yang ada dalam genggaman.

Mila sontak menarik tangan karena tubuhnya semakin meremang. "A-aku ...." Mila tak sanggup meneruskan ucapan. Perasaannya sungguh dilema.

"Memang ini terlalu cepat, tapi gue benar-benar mencintai lu, Mila, dan tulus adanya. Gue bisa gila kalo lu tolak cinta gue." Dandy meraih kembali tangan Mila. "Gue mohon, Mila, terimalah cinta gue dan jadilah pacar gue. Gue janji lu bakal bahagia bareng gue." Dandy mengecup tangan sang pujaan hati.

Mila yang terenyuh oleh tindakan dan semua perkataan Dandy, mengangguk seraya tersenyum. Bulir bening menetes dari mata karena rasa bahagia yang teramat. Tak henti-hentinya gadis berseragam baby sitter dengan warna putih itu berucap syukur dalam hati karena lelaki yang dicintainya memiliki perasaan yang sama besar.

Lelaki bercelana Jean's hitam itu merengkuh Mila. Dia sangat bahagia cintanya diterima dan berkali-kali mengucap terima kasih pada gadis yang ada dalam pelukan. Setelah puas memeluk, Dandy melepas pelukan lalu mereka saling berbagi cerita dan tanpa terasa waktu cepat berlalu.

"Mbak Mila, puuulaaang ...," rengek Kelvin seraya menarik ujung baju pengasuhnya.

Mila yang tidak mendengar langkah Kelvin saat mendekat karena asyik dengan Dandy sontak menoleh. "Eh, Kelvin cayang ... udah selesai mainnya?"

Bocah laki-laki itu mengangguk lalu menarik tangan Mila.

"Iya, iya. Bentar, ya, Kelvin," Mila menowel p**i temben balita tampan itu lalu menggenggam tangannya. "Ehm ... Mas, aku balik dulu, ya?"

"Iya, Mila Sayang .... Kamu jangan lupa entar malam kita video call'an! Aku nggak mau kalo cuman chat'an doank."

"Iya, Mas, insyaallah," ucapnya seraya tersenyum. Mila hendak memutar badan, tetapi urung karena teringat sesuatu lalu menatap Dandy penuh tanya. "Aku? Kamu?"

Dandy yang mengerti maksud Mila lalu tersenyum lebar. "Iya. Aku dan kamu karena kita udah resmi pacaran dan semoga aku kamu segera menjadi kita." Dandy kembali mendekap tubuh sang kekasih.

Mila tersenyum bahagia mendengar hal itu dan mengaminkan harapan Dandy dalam hati.

"Mbak Mila, ayooo cepetan!" Kelvin menarik tangannya yang digenggam Mila.

Bergegas Mila melepas pelukan Dandy lalu merunduk ke arah Kelvin. "Eh, iya Sayang. Maaf-maaf."

"Ya udah, buruan p**ang gih. Ntar kamu diomelin ma majikan kecil kamu ini." Dandy mengelus rambut Mila. "Jangan lupa ntar malam." Dandy mengedipkan mata.

Mila tersipu dengan perlakuan Dandy. Mereka pun berpisah di taman karena Mila kembali menolak saat kekasihnya menawarkan diri untuk mengantar p**ang. Tetap dengan alasan yang sama.

Hari-hari pun mereka lalui dengan canda tawa bahagia dengan penuh kemesraan meski hanya lewat ponsel. Dandy tidak bisa bebas bertemu dengan Mila. Mereka hanya bisa bertemu secara langsung ketika Mila ke taman bersama Kelvin.

Setiap malam sep**ang kerja, Dandy menyempatkan diri ke tempat kerja sang kekasih untuk memberikan hadiah yang dititipkannya kepada satpam rumah tersebut. Mang Amin, satpam rumah, tidak memberi izin dia untuk menemui Mila dengan alasan demi keamanan. Pria berusia 35 tahun itu tidak mau ambil resiko.

"Mas, makasih banyak, ya, atas semua pemberian Mas," ucap Mila penuh bahagia ketika mereka sedang video call di malam hari. Matanya berbinar tatkala mengingat hadiah-hadiah yang dikirim Dandy untuknya–berupa makanan kes**aan, baju, sepatu, bahkan perhiasan perak.

"No problem, Sayang. Apa pun buatmu asal Cintaku bahagia." Dandy mengecup layar ponsel.

Mila tertawa terbahak-bahak melihat aksi kekasihnya.

"Kok, malah ketawa!? Harusnya cium balik duonk," sewot Dandy.

"Ih, malu la, Mas," tolak Mila

"Malu ma siapa? Kan cuma ada kita. Ayolah Mila, please ... katanya sayang," bujuk Dandy.

"Iya, iya." Mila memajukan bibirnya lalu mengecup layar ponsel. Hanya sebentar. Segera dia tarik wajah dan p**inya tampak memerah.

"Kok cuman gitu doank. Nggak berasa Mila sayaaang. Aku ingin lebih dari itu," pinta Dandy dengan raut wajah manja.

"Apa?" Mata Mila membeliak.


To be continued ....

Pict by Bunda Kumala T

MANIS SIKAPMU, MEMERANGKAP JIWAKU YANG LUGUPart 9"Makasih, ya, Mas, udah mau nganterin Mila." Mila melepas helm dan memb...
02/07/2024

MANIS SIKAPMU, MEMERANGKAP JIWAKU YANG LUGU

Part 9

"Makasih, ya, Mas, udah mau nganterin Mila." Mila melepas helm dan memberikannya pada lelaki yang masih menatap takjub bangunan mewah itu. "Mas! Kok diem." Mila menepuk bahu Dandy.

"Eh, iya, maaf maaf," ucapnya seraya menerima helm yang diulurkan Mila. Benda itu diletakkan di depannya. "Gue balik, ya? Udah malam, nggak enak dilihat satpam," pamitnya.

Mila mengangguk dan tersenyum manis. "Sekali lagi, terima kasih banyak, Mas," ucapnya kemudian.

"No problem. Senang bisa mengantar gadis secantik lu."

Mila tersenyum sipu mendengar ucapan Dandy.

Lelaki bersuara berat itu memutar kunci motor dan menstater motornya, lalu menginjak persneling.

Motor sport itupun melaju cepat meninggalkan Mila, yang tersenyum-senyum sendirian seraya menatap kepergian Dandy. Bunga-bunga asmara tampak bermekaran dalam hatinya. Gadis manis berlesung p**it itu sedang dilanda cinta pada pandangan pertama.

"Aduh." Mila menepuk dahi ketika teringat bahwa dirinya belum berkenalan dengan lelaki itu. "Kok bisa nggak inget, sih, sama hal sepenting itu? Dasar bodoh," keluhnya seraya memukul pelan kepala.

"Semoga saja ada jodoh buat ketemu lagi," doanya dalam hati. Mila memutar badan lalu melangkah dengan tergesa menuju gerbang.

Lima hari kemudian, mereka bertemu lagi di taman dekat rumah majikan Mila. Saat itu, Mila sedang duduk di bangku taman menunggui balita asuhnya yang sedang bermain.

Dandy yang sengaja datang ke taman itu segera menghampirinya. Pasalnya, setelah pertemuan malam itu, Dandy mencoba menemui Mila dengan mendatangi tempat kerjanya. Akan tetapi, gadis itu tidak nampak ke luar rumah. Hingga akhirnya, hari ini di minggu pagi dia melihat Mila ke luar rumah bersama majikan kecilnya dan membuntuti gadis itu. Lelaki tinggi itu tidak langsung menemuinya, dia menunggu waktu yang tepat.

"Hay, Mila ...," sapanya lalu duduk di samping Mila.

"Loh, kamu?" ucapnya kaget. Hatinya sangat senang sekaligus deg-degan melihat lelaki itu. "Kok, bisa ada si sini?" tanyanya kemudian seraya menoleh dan menatap Dandy.

"Aku memang sengaja menemui lu. Taukah lu, sejak pertemuan kita malam itu, gue nggak bisa berhenti mikirin lu. Bayangan wajah manis dan cantik lu selalu menghantui tidur gue." Dandy menatap lekat wajah Mila.

Mila menunduk, wajahnya terasa panas dan saat ini wajah gadis itu memerah karena sanjungan Dandy. Tak lama kemudian dia teringat sesuatu. "Oh, iya, kita belum kenalan," ucapnya seraya mengulurkan tangan.

Dandy antusias menerima uluran itu lalu menyebutkan nama. "Dandy, Dandy Ardiansyah, itu nama gue. Dan gue udah tau nama lu dari awal ketemu." Dandy tersenyum dengan manis.

Mila yang mendengar pernyataan Dandy dan melihat senyum lelaki itu kembali tersipu. Dia merasakan kupu-kupu beterbangan dalam hati. Debar jantungnya berdetak cepat. Dia tak berkata-kata, lidahnya tiba-tiba terasa kelu.

"Kok, bengong sih. Mikirin apa hayoo?" Dandy menggoda Mila dan gadis itu semakin malu.

"Ah, i-itu ...." Tiba-tiba saja Mila menjadi gagap karena gugup.

Mila tak lagi melanjutkan perkataan karena mendengar suara tangisan Kelvin, anak asuhnya. Dia bergegas berdiri dan beranjak mendekati Kelvin yang ada di kolam pasir. Balita berusia tiga tahun itu ternyata kakinya digigit semut. Mila meraih Kelvin dan menngend**gnya untuk dibawa p**ang. Karena rasa khawatir, gadis berkuncir kuda itu lupa bahwa Dandy masih ada di sana.

Melihat Mila akan pergi meninggalkannya, Dandy beranjak dari bangku taman dan mengejar Mila. Ada sedikit d**gkol dalam hati, tetapi dia tekan rasa itu. "Lu mau balik?" tanyanya setelah sejajar dengan Mila.

Mila sedikit kaget dan menghentikan langkah, lalu menoleh. "Eh, iya ... maaf, saking cemasnya aku sampe lupa ma kamu. Maaf banget, ya?" pintanya memelas, penuh rasa sesal.

"Iya, nggak papa. Gue ngerti, kok." Dandy tersenyum meskipun dalam hati ingin mengumpat. "Gue antar, ya?"

"Nggak usah, Mas. Nggak enak, soalnya ada Tuan dan Nyonya di rumah," tolak Mila.

Wajah Dandy menjadi muram mendengar penolakan Mila, tetapi hanya sesaat. Kemudian dia berkata, "Tapi, minggu depan kita ketemuan di sini, ya? Please ...?" Dandy menangkupkan kedua tangan di depan dada sambil mengedipkan-ngedipkan mata.

Melihat tingkah lucu dan manis Dandy, ingin sekali Mila tertawa kencang, tetapi ditahannya. Dia hanya tersenyum simpul sambil mengangguk.

Dandy melompat girang. "Thank's Mila. Kalo gitu gue balik, ya? Inget, minggu depan! Okey!?" Dandy kembali menegaskan.

Sekali lagi, Mila hanya mengangguk seraya tersenyum tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir. Rasa senang dalam hati dan detak jantung yang berpacu dengan cepat membuat gadis itu tak bisa berkata-kata. Akhirnya, mereka berdua pun berpisah di taman itu setelah bertukar nomor ponsel.

Sesampainya di rumah sang majikan setelah berjalan kaki selama lima menit, Mila langsung disambut pertanyaan oleh Nyonyanya. "Kok, tumben cuma sebentar, Mil?"

Mila menunduk dan kesulitan untuk menjawab. Dia takut jika sang Nyonya akan marah mengetahui keadaan anaknya. "A-Anu ... i-itu ...." Gadis berbaju pink itu bingung bagaimana cara menjelaskannya.

"Kenapa, Mila? Yang jelas ngomongnya." Raut wajah sang nyonya berubah cemas. "Kelvin baik-baik aja, kan?"

Diraihnya bocah yang ada dalam gend**gan Mila. Dia periksa seluruh badan sang anak. Namun, tidak ditemukannya apa yang wanita itu takutkan. "Kelvin baik-baik aja tapi kok kamu ketakutan gitu? Ada apa, sih?" tanya sang nyonya penasaran. Dia mulai curiga dengan tingkah laku baby sitter anaknya.

Biasanya, ketika Kelvin mengajak bermain di taman dia akan betah berjam-jam di sana dan tidak akan mau diajak p**ang sebelum balita itu bosan bermain.

"Anu, Nyonya, sebenarnya tadi Den Kelvin Mila ajak p**ang karena dia menangis. Kakinya digigit semut, Nyonya, " jelas Mila dengan suara sedikit bergetar.

"Astaga ... kirain ada apa," ucap sang nyonya lega, "ya udah, kalo gitu, kamu ajak masuk Kelvin dan baluri kakinya dengan minyak. Habis itu kamu mandiin lagi dia." Wanita cantik bergaun putih dengan panjang di bawah lutut itu menyerahkan kembali Kelvin ke dalam gend**gan Mila.

Satu minggu pun berlalu. Hubungan mereka semakin akrab meskipun hanya lewat chat. Mila hanya bisa ke luar rumah tanpa sang majikan di hari minggu, ketika mengantar majikan kecilnya bermain di taman. Itu adalah rutinitas yang dilakukan oleh Kelvin, dan kini adalah waktu di mana Mila janjian dengan Dandy.

Pagi itu Kelvin agak rewel. Dia tidak mau makan, maunya langsung pergi bermain ke taman. Mila harus membujuknya perlahan agar mau makan dan menghabiskannya, sehingga gadis itu agak kesiangan datang ke taman.

Di sana sudah ada Dandy yang duduk dengan gelisah sambil tengak tengok. Hampir setengah jam dia menunggu kedatangan Mila. Berkali-kali dia melirik arlojinya, dan berkali-kali p**a dia mengumpat kesal dalam hati.

"Kemana, sih, Mila? Masak dia lupa janjian ma gue di sini? Ah, itu tidak mungkin." Dandy mencoba menghibur diri. "Gue yakin dia tidak akan lupa dan menunggu-nunggu datangnya hari ini. Gue juga yakin kalo dia jatuh cinta pada gue." Bibirnya tersungging membayangkan wajah Mila yang tersipu dan merona.

"Gue harus melancarkannya sekarang," batin Dandy.


To be continued ....

Address

Kediri

Website

https://www.youtube.com/@ZazaSolehaChannel, https://read.kbm.id/profile/pe

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Serpihan Aksara Ary posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share