Upzisnu Kec Kebumen

Upzisnu Kec  Kebumen Sarana untuk mensejahterakan umat,lewat pemberdayaan ekonomi umat

23/11/2024

Tetap nderek Ulama Kyai NUsantara

23/11/2024

*"Ikuti Aqidah Yaman... Ajaran Habib Yahudi Ashkenazy Yang Mengaku Cucu Nabi Muhammad SAW Menyesatkan Umat Islam Nusantara"* 🤔

23/11/2024

KH.Said Aqil Siradj

22/11/2024

*Qori Cilik dari Amuntai HSU*🇮🇩🇮🇩😍😍

Begini ini gak banyak yang memviralkan....... kecuali orang-orang yang peduli pada kejayaan umat islam

22/11/2024

Kajian ilmiyyah itu perlu data External agar bisa di akui kebenaranya...😅👍

22/11/2024

KH. Said Aqil Siradj

"SYEKH ALI AL BANJARI (JURU TULIS KITAB I'ANAH THOLIBIN SYARAH FATHUL MUIN)" Kitab Fenomenal I'anah Atthalibin  juru tul...
22/11/2024

"SYEKH ALI AL BANJARI (JURU TULIS KITAB I'ANAH THOLIBIN SYARAH FATHUL MUIN)"

Kitab Fenomenal I'anah Atthalibin juru tulisnya adalah Ulama Banjar

Di kalangan santri di Indonesia kitab I’anah Ath-Thalibin sangat dikenal. Namun siapa sangka, penulisnya (juru tulis Syekh Bakri Satha) ternyata seorang syekh keturunan orang Banjar.

Syekh keturunan orang Banjar itu bernama Syekh Ali bin Abdullah bin Mahmud bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau dilahirkan di Makkah Al Mukarromah tahun 1285 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1868 Miladiyah (Masehi), dan tumbuh di dalam keluarga shaleh dan shalehah.

Ayahnya, Syekh Abdullah bin Mahmud Al Banjari merupakan ulama karismatik di Makkah Al Mukarromah. Beliau dijuluki dengan julukan Syekh Abdullah Wujud dikarenakan apabila beliau berdzikir, tubuhnya tidak lagi nampak terlihat, melainkan hanya pakaian dan sorbannya saja.

Di dalam keluarganya yang shaleh dan menjunjung tinggi ilmu agama itulah Syekh Ali tumbuh besar, hingga beliau mewarisi kecintaan pada ilmu agama sebagaimana ayah, kakek, dan datuknya yang lebih dulu menjadi ulama besar di zaman mereka.

Syekh Ali tak mau menjadi pemutus “nasab emas” keilmuan para leluhurnya, beliau pun dengan gigihnya menimba ilmu kepada banyak ulama, di antaranya kepada Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Syatha, Syekh Said Yamani, Syekh Yusuf Al Khaiyat, Sayyid Husein bin Muhammad Al Habsyi, Habib Ahmad bin Hasan As Saqaf (Assegaf), M***i Abid bin Husein bin Ibrahim Al Makki, Habib Ahmad bin Hasan Al Atthas, Habib Umar bin Salim Al Atthas, Syekh Mahfuz Termas, Syekh Ahmad Fathani, Syekh Zainuddin As Sumbawi dan lainnya.

Dalam ilmu nahwu, shorof, dan Fiqih Syekh Ali belajar kepada Syekh Abu Bakar Satha, Syekh Said Yamani, dan Syekh Mahfuz Termas (Ulama dari tanah Jawa). Dalam bidang hadits beliau berguru kepada Syekh Said Yamani, Sayyid Husein bin Muhammad Al Habsyi, Habib Ahmad bin Hasan As Saqaf (Assegaf), M***i Abid bin Husein bin Ibrahim Al Makki. Adapun dalam ilmu falaq, Syekh Ali belajar kepada Syekh Yusuf Al Khaiyat. Tafsir, kepada Sayyid Abu Bakar Satha. Dan, mengambil ijazah Thoriqoh Sammaniyah kepada Syekh Zainuddin As Sumbawi.

Menjadi Juru Tulis Gurunya
Guru dari Syekh Ali, Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha adalah salah satu ulama besar bermazhab Syafi’i yang hidup pada akhir abad ke-13 H dan permulaan abad ke-14 H. Kala itu, Sayyid Abu Bakar Satha mengajar kitab syarah Fath al Mu’in karya Al Allamah Zainuddin al-Malibari, di Masjidil Haram.

Selama mengajar Kitab Fathul Mu’in, Sayyid Abu Bakar Satha menulis catatan sebagai penjelasan dari kalimat-kalimat yang terdapat dalam Kitab fathul Mu’in. Catatan-catatan inilah yang kemudian diminta untuk dikumpulkan oleh para sahabat beliau, guna dijadikan sebuah kitab (hasyiyah) untuk memahami Kitab Fathul Mu’in.

Saat itu, Syekh Ali menjadi perhatian di antara sekian banyak murid yang mengaji kepada Sayyid Abu Bakar Satha. Kecakapannya dalam bidang ilmu fiqih membuat Sayyid Abu Bakar menunjuk Syekh Ali sebagai katib (Juru tulis) kepercayaannya ketika mengarang kitab. Salah satu kitab yang diketahui merupakan hasil tulis dari Syekh Ali adalah Kitab ‘Ianah Ath-Thalibin, syarah dari Kitab Fathul Mu’in karya Al Allamah Zainuddin al-Malibari.

“Kitab asli tulisan tangan beliau itu ada di Sumatra,” kata Ustadz Muhammad bin Husin bin Ali Al Banjari.

Kitab ini merupakan tulisan bermodel hasyiyah, yaitu berbentuk perluasan penjelasan dari tulisan terdahulu yang lebih ringkas. Kitab I’anah Ath-Thalibin ini selesai ditulis pada Hari Rabu ba’da Ashar, 27 Jumadil al-Tsani Tahun 1298 H.

Kitab I’anah Ath-Thalibin memiliki kelebihan sebagai fiqh mutakhkhirin yang lebih aktual dan kontekstual karena memuat ragam pendapat yang diusung ulama mutaakhkhirin utamanya Al-Imam An-Nawawi, Ibnu Hajar dan banyak lainnya yang tentunya lebih mampu mengakomodir kebutuhan penelaah akan rujukan yang variatif dan efektif.

Rujukan penyusunan kitab ini adalah kitab-kitab fiqh Syafi’i mutaakhkhirin, yaitu Tuhfah al-Muhtaj, Fath al-Jawad Syarh al-Irsyad, al-Nihayah, Syarh al-Raudh, Syarh al-Manhaj, Hawasyi Ibnu al-Qasim, Hawasyi Syekh ‘Ali Syibran al-Malusi, Hawasyi al-Bujairumy dan lainnya.Mursyid Thoriqoh Sammaniyah

Dalam bidang tasawuf, Syekh Ali Al Banjari diketahui pernah mengambil ijazah Thoriqoh Sammaniyah kepada Syekh Zainuddin As Sumbawi, hingga menjadi mursyid dalam thoriqoh tersebut. Hal ini diketahui dengan adanya catatan silsilah masyaikh (keguruan) pada Thoriqoh Sammaniyah yang terdapat nama beliau di dalamnya.

Thoriqoh Sammaniyah adalah thoriqoh yang didirikan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Karim As Samman Al Madani. Di antara murid Syekh Muhammad Samman adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliaulah yang membawa thoriqoh ini ke tanah Banjar, dan mengijazahkannya kepada keluarga dan pengikut beliau. Dari keluarga dan pengikut beliau inilah kemudian thoriqoh tersebut terjaga hingga sekarang.

Mursyid Thoriqoh Sammaniyah yang masyhur dari keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Sekumpul). Di antara mata rantai sanad keguruan Syekh Muhammad Zaini dalam bidang Thoriqoh Sammaniyah ini, terdapat nama Syekh Ali bin Abdullah Al Banjari. Berikut perinciannya sanad keguruan dari Syekh Samman hingga Syekh Muhammad Zaini:

Syekh Muhammad bin Abdul Karim As Samman Al Madani, Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari, Syekh Syihabuddin Al Banjari, Syekh Nawawi bin Umar Al Bantani, Syekh Zainuddin bin Badawi As Sumbawi, Syekh Ali bin Abdullah Al Banjari, Syekh Muhammad Syarwani bin Haji Abdan Al Banjari, Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari.

Mengajar di Mesjidil Haram

Setelah dinilai guru-gurunya mumpuni dalam bidang keilmuan, Syekh Ali pun diizinkan mengajar di Mesjidil Haram dalam mata pelajaran Nahwu, Shorof, dan Fiqih Mazhab Syafi’ie.

Sejak saat itu p**a, rumahnya di Daerah Syamiyah, Jabal Hindi, menjadi tempat tujuan para penimba ilmu. Terlebih, ketika umat Islam Seluruh dunia berdatangan untuk menunaikan ibadah haji. Momentum ibadah haji ini biasanya dimanfaatkan para muslimin untuk menimba ilmu dari ulama-ulama besar di tanah haram, tak terkecuali dengan Syekh Ali.Dari sekian banyak murid Syekh Ali Al Banjari yang datang dari tanah Banjar dan kemudian menjadi ulama besar, di antaranya: KH Zainal Ilmi (Dalam Pagar), Syekh Sya’rani bin Haji Arif (Kampung Melayu), Syekh Muhammad Syarwani bin Haji Abdan (Bangil, Surabaya), Syekh Seman bin Haji Mulya (Keraton), Syekh Hasyim Mukhtar, Syekh Nasrun Thohir, Syekh Nawawi Marfu’, Syekh Abdul Karim bin Muhammad Amin Al Banjari (wafat di Makkah).

Berhenti Mengajar di Masjidil Haram
Setelah sekian lama tanah haram hidup tenang, dan Syekh Ali tenang menjalani rutinitasnya sebagai pengajar di Masjidil Haram, Saudi Arabia dilanda perpecahan. Perang antara kubu Syarif Husein (Turki Usmani) dengan kubu Muhammad Su’ud bin Abdul Aziz.

Peperangan tersebut tidak hanya berkisar perebutan daerah, tapi juga keyakinan dalam beragama. Kubu Muhammad Su’ud yang membawa keyakinan Wahabi kemudian membuat “onar” di tanah haram. Para ulama Ahlussunnah di zaman itu dipanggil, tak terkecuali dengan Syekh Ali.

Sempat terjadi perdebatan sengit antara Syekh Ali dengan ulama wahabi tentang firman Allah Ta’la, “Yadullah fauqa aidihim”(Al Fath ayat 10). Ulama Wahabi berpandangan lafaz “Yad” disana adalah tangan, dan Syekh Ali dengan tegas tidak menerima pandangan Mujassimah (menyerupakan Tuhan dengan makhluk, red) tersebut. Beliau cenderung dengan pandapat tafsir tentang ayat tersebut yang menyatakan: Bermula kekuasaan itu atas segala kekuasaan mereka itu. Lafadz “Yad” dimaknai Qudrat. Dalam debat itu, beliau menang telak atas ulama Wahabi. Sehingga, Syekh Ali yang tadinya akan dipancung, urung dilaksanakan.

Dalam masa peperangan itu-lah, Syekh Ali Al Banjari menitipkan anaknya Husin Ali kepada Syekh Kasyful Anwar Al Banjari untuk dibawa ke tanah Banjar. Syekh Kasyful Anwar adalah sahabat Syekh Ali ketika mengaji kepada Sayyid Abu Bakar Satha, yang juga keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.Sejak perpecahan itu-lah Syekh Ali Al Banjari tak lagi mengajar di Masjidil Haram. Namun, beliau masih menerima orang-orang yang datang menemuinya. Baik yang menimba ilmu atau yang hanya meminta doa. Karena nama Syekh Ali tidak hanya besar disebabkan kedalaman ilmunya, tapi juga kemustajaban doanya. Sehingga, banyak orang yang datang menemuinya hanya untuk didoakan beliau.

Syekh Ali bin Abdullah Al Banjari wafat di Makkah Al Mukarromah, Kamis malam (Malam Jum’at) 12 Dzulhijjah 1307 Hijriyah dimakamkan di Mu’alla, Makkah.

Silakan copas, tapi sertakan nama penulisnya. Sebab, suatu saat mungkin ada yang menjadikan referensi penelitian. Tulisan ini bersumber dari wawancara penulis dengan Ustadz Muhammad Husein Ali bin KH Husin Ali bin Syekh Ali bin Abdullah Al Banjari (Cucu Syekh Ali di Martapura).

Jika ada salah dan khilaf, baik di sengaja maupun yang tidak disengaja, penulis menghaturkan ampun dan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah membukakan pintu tobat, ampunan, taufiq, hidayah, istiqomah, dan husnul khotiman pada kita sekalian baik bagi penulis maupun pembaca berkat Rasulullah SAW, Syaikhuna Sekumpul, berkat Syekh Ali Al Banjari, dan berkat orang-orang shaleh dulu-sekarang hingga akhir zaman, amin ya Robbal ‘alamin.

22/11/2024

Banser Papua

ini bukti otentik baklawi di tolak sebagai Sayyid Oleh Syarif Aun dan tidak boleh menggunakan gelar Sayyid. EMIR MEKKAH ...
22/11/2024

ini bukti otentik baklawi di tolak sebagai Sayyid Oleh Syarif Aun dan tidak boleh menggunakan gelar Sayyid.

EMIR MEKKAH MENOLAK NASAB BA’ALAWI (EMIR MEKKAH / SYARIF MEKKAH DARI TAHUN 1882 HINGGA 1905)
EMIR MEKKAH MENOLAK NASAB BA’ALAWI DAN MENGHUKUM OKNUM2 BA’ALAWI YANG BERANI MENIKAHI SYARIFAH
FIX MEREKA KELOMPOK BER Y’DNA HAPLOGROUP G (YAHUDI ASKENAZI)
( KINI MASYHUR SEBAGAI PARASIT NASAB )
Awn al-Rafīq Pāshā ibn Muḥammad ibn ‘Abd al-Mu’īn ibn Awn , Emir Mekkah / Syarif Mekkah dari tahun 1882 hingga 1905.
Dalam kitab Al-Istizaadah fii Akhbarissaadah, halaman 1093, disebutkan bahwa Syarif Mekkah bernama Syarif ‘Awn ar-Rafiiq, pernah menghukum beberapa orang bermarga Alathas, Assegaf, dan Bafaqih. Mereka semua ini berasal dari klan Ba’Alawy Hadramaut.
Secara spesifik disebutkan bahwa Syarif ‘Aun menghukum seorang baFaqih dengan tigaratus pukulan karena dia berani menikah dengan seorang syarifah.
Syarif ‘Awn ar-Rafiiq juga melarang orang-orang dari klan Ba’Alawy untuk menggunkan gelar Sayyid

Gus Baha': *_"Tidak Menyakiti Orang Lain itu Sudah Ibadah."_* Beribadah itu gratis tidak perlu mahal. Untuk itu, semua o...
22/11/2024

Gus Baha':
*_"Tidak Menyakiti Orang Lain itu Sudah Ibadah."_*

Beribadah itu gratis tidak perlu mahal. Untuk itu, semua orang harusnya bisa semakin rajin beribadah. Hal ini disampaikan KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim, atau akrab disapa Gus Baha'

Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an-Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Alquran (LP3iA) Narukan, Rembang, menjelaskan ada amal ibadah yang untuk mengerjakannya diperlukan biaya, tenaga atau pun kemampuan tertentu. Semisal berhaji yang tentunya memerlukan biaya.

Ibadah haji hanya untuk orang-orang yang diberi kelebihan harta, akan tetapi, untuk memperoleh kebaikan tidak serta merta harus mengeluarkan biaya.

Menurutnya, sejatinya dalam Islam menahan diri sehingga tidak merugikan orang lain, juga merupakan sebuah amal kebaikan ataupun bisa disebut ibadah.

"Kalau misalnya kebaikan yang butuh biaya tidak mampu, termasuk berhaji, berzakat, sedekah, kata Nabi, tolonglah ahli kreatif, pekerja rumahan atau apa saja, atau kamu membantu orang yang ngga punya pekerjaan," kata Gus Baha.

Selain itu, Gus baha menegaskan selain amalan menahan emosi yang paling penting adalah tidak boleh keburukan yang dialami, bisa merugikan orang lain. Oleh karenanya, dia mengajak semua masyarakat saling mengingatkan agar selalu hidup tentram dan damai.

"Jadi kamu berislam cukup menjaga supaya kejelekanmu tidak punya imbas pada orang lain. Jadi kalau tidak bisa berbuat baik, potensi keburukan kitab jangan sampai menimpa orang lain. Keburukan itu bisa kriminal kejahatan pidana atau merugikan orang lain, atau kejahatan yang tidak sampai kriminal tapi mengganggu orang lain," lanjut Gus Baha.

Gus Baha juga mencontohkan berkunjung pada orang lain untuk menghilangkan kesumpekan dalam diri merupakan hal yang keliru, terlebih bila tuan rumah yang dikunjungi tengah dalam keadaan sibuk dan akan mempersulit bila harus menemui tamunya.

"Jadi kaidah dalam Islam itu kalau tidak bisa berbuat baik, potensi keburukan kita jangan sampai menimpa orang lain. Sehingga Islam menyarankan menyepi ketika kita penat bawaannya emosi itu sebaiknya tidak jalan jalan," ujar Gus Baha.

Menurutnya, ketika seseorang mempunyai masalah atau pun emosi dan memutuskan untuk berdiam diri juga adalah merupakan kebaikan. Dengan begitu potensi keburukan bisa dicegah.

"Jika kalian dalam kondisi penat emosi itu sebaiknya menutup diri. Kata Rasul pada zaman akhir di antara kebaikan itu kamu meninggalkan manusia aktivitasnya, supaya tidak kena keburukan kamu," pungkas Gus Baha

Pewarta: Edy Junaedi Ds dalam live Streaming YouTube resmi LP3iA dan dikutip oleh TIMES Indonesia di Jakarta.

______o0o__________

21/11/2024
21/11/2024

*Dalil terputusnya ba'alwi sebagai dzuriah Ahmad bin Isa, sudah sangat jelas..*

Diframming bagaimanapun Rungkadnya ba'alwi tak akan tertolong..

Kita tetap menghormati sesama muslim, sesama hamba Allah, dengan tidak berlebihan..

Jaga ukhuwwah..
Jaga sejarah..
Jaga NKRI..
❤‍🩹🇲🇨❤‍🩹

BIOGRAFI TENTANG GUS BAHA ATAUKH. AHMAD BAHAUDIN NURSALIM K. H. Ahmad Bahauddin Nursalim, lebih dikenal sebagai Gus Baha...
20/11/2024

BIOGRAFI TENTANG GUS BAHA ATAU
KH. AHMAD BAHAUDIN NURSALIM

K. H. Ahmad Bahauddin Nursalim, lebih dikenal sebagai Gus Baha (lahir 29 September 1970), merupakan ulama yang berasal dari Rembang. Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur'an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.

Gus Baha’ merupakan putra dari seorang ulama pakar al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA yang bernama KH. Nursalim al-Hafizh dari Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dan Kiai Nursalim yang notabene asli Tuban adalah satu-satunya santri yang selesai menghafalkan al-Qur'an di tempat KH Abdullah Afif bin Zubaidi tuban PP Al Ishlah Lebak
https://maps.app.goo.gl/1oSvFf23UwU1bXZY7
beliau terkenal sebagai ulama khash, ahlul hikmah ketika saat muda dulu pernah mengajar di sebuah madrasah di Sarang menurut ceritanya Kyai Haji Zubaidi masih sepupu dari Almarhum KH Maimoen Zubair.

Sedangkan Kiai Nursalim merupakan murid dari Kiai Arwani Kudus yang mengajarkan Thariqat Naqsabandiyah Kholidiah dengan pusat kegiatannya bertempat di mesjid Kwanaran sedangkan makam beliau ada di komplek Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus.
https://g.page/yanbukudus?share

Selain itu Kiai Nursalim juga berguru kepada Kiai Abdullah Salam, Kajen, Mergoyoso, Pati.
https://g.co/kgs/9cmqzx Nasabnya beliau Kyai Abdullah salam bersambung kepada para ulama besar selain itu dari cerita yang beredar Kiai Abdullah Salam merupakan satu dari tiga kiai pesantren yang amat dihormati Gus Dur. Sosok beliau yang akrab di sapa mbah dulah ini pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Mathali’ul Huda, Kajen, Margoyoso, Pati https://g.co/kgs/N8q8PC makam beliau ada di https://g.co/kgs/JV1uV9

Bersama Kiai Nursalim, KH Hamim Jazuli (Gus Miek) memulai gerakan Jantiko kemudian hari berganti nama menjadi Mantab
https://www.facebook.com/JantikoMantab45 yang menyelenggarakan kajian Al-Qur’an secara keliling dan Jantiko kemudian hari berganti nama menjadi Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto), lalu berubah jadi Dzikrul Ghafilin. Kadang ketiganya disebut bersamaan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.

Pada peringatan Haul ke-16 KH Nursalim ayahanda gus baha 11 Februari 2022 digelar tahlil di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Alquran (LP3IA) Narukan, Kragan, Rembang. https://g.co/kgs/bHR8hx

Dalam acara tahlil tampak KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha). Beliau duduk di depan makam ayah handanya itu. Selain itu, juga ada adiknya Zaimul Umam (Gus Umam) yang duduk di sebelah Gus Baha.

Selain haul KH Nursalim, juga memeringati haul kedua Hj Yuhanidz Nursalim (istri KH Nursalim) dan haul ke-4 KH Abdul Rouf Nursalim (putra KH Nursalim atau kakak Gus Baha).

Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur'an. Sedangkan dari silsilah keluarga
Hj Yuhanidz Nursalim ibunda Gus Baha adalah keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sarang, Gus Baha’ menikah dengan seorang anak Kiai yang bernama Ning Winda pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Ada cerita menarik dengan pernikahan beliau. Jadi sebelum lamaran, Gus Baha’ menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu.

Beliau mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, melainkan kehidupan yang sangat sederhana. Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berpikir ulang atas rencana pernikahan tersebut. Tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewa di kemudian hari. Namun mertuanya hanya tersenyum dan mertuanya hanya mengatakan "klop" alias sami mawon kalih kulo (sama saja dengan saya).

Kesederhanaan Gus Baha’ dibuktikan saat beliau berangkat ke Pondok Pesantren Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Gus Baha’ berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus kelas ekonomi. Kesederhanaan beliau bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil. Setelah menikah, Gus Baha’ mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya. Gus Baha’ menetap di Yogyakarta. Selama di Jogja, beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecilnya.

Semenjak Gus Baha’ menetap di Yogyakarta, banyak santri-santri beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan. Hingga pada akhirnya mereka menyusul Gus Baha’ ke Yogya dan urunan atau patungan untuk menyewa rumah di dekat rumah beliau. Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepada beliau. Ada sekitar 5 atau 7 santri mutakhorijin al-Anwar maupun MGS yang ikut ke Yogya. Saat di Yogya inilah kemudian banyak masyarakat sekitar rumah Gus Baha’ yang akhirnya minta ikut ngaji kepada beliau.

Gus Baha' kecil dididik belajar dan menghafalkan al-Qur'an secara langsung oleh ayahnya dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf secara disiplin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diajarkan oleh guru ayahnya, yaitu KH. Arwani Kudus. Kedisiplinan tersebut membuat Gus Baha’ di usianya yang masih muda, mampu menghafalkan Al-Qur'an 30 Juz beserta Qira'ahnya. Menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha' untuk mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang.
https://m.facebook.com/ponpesalanwarsarang/ Pondok al-Anwar tepat berada sekitar 10 km arah timur dari rumahnya.

Di Pondok Pesantren al-Anwar inilah keilmuan Gus Baha’ mulai menonjol seperti ilmu hadis, fikih, dan tafsir. Dalam ilmu hadis, Gus Baha’ mampu mengkhatamkan hafalan Sahih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Selain Sahih Muslim beliau juga mengkhatamkan dan hafal isi kitab Fathul Mu'in dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti 'Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik. Bahkan menurut sebuah cerita, dengan banyaknya hafalan yang dimiliki oleh Gus Baha’, menjadikan beliau sebagai santri pertama al-Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak. Selain itu, menurut cerita lain juga menyebutkan bahwa, ketika akan mengadakan forum musyawarah atau batsul masa’il di pondok banyak teman-teman Gus Baha’ yang menolak kalau Gus Baha’ untuk ikut dalam forum tersebut, sebab beliau dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan yang dimiliki oleh beliau. Maka, atas dasar kedalaman keilmuan yang dimiliki Gus Baha’, hal ini yang kemudian membuat Gus Baha’ diberi kepercayaan untuk menjadi Rois Fathul Mu'in dan Ketua Ma'arif di jajaran kepengurusan Pesantren al-Anwar.

Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga merupakan sosok santri yang dekat dengan kyiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau Syaikhina KH. Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan. Mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta'bir dan menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke al-Anwar. Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina KH. Maimoen Zubair. Dalam sebuah cerita, beliau pernah dipanggil untuk mencarikan ta'bir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina. Karena saking cepatnya ta'bir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu dan berkata "Iyo Ha'... Koe pancen cerdas tenan" (Betul Ha'... Kamu memang benar-benar cerdas).

Gus Baha' juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawa'izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. "Santri tenan iku yo koyo Baha' iku...." (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha' itu....) begitu kurang lebih ngendikan Syaikhina. Selain mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren al-Anwar Rembang, pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada Gus Baha’ untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun, Gus Baha’ menolaknya dan lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah PP. al-Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA. Setelah ayahnya wafat pada tahun 2005, Gus Baha' melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di pondoknya, pondok pesantren LP3IA Narukan.

Saat menjadi pengasuh di pondoknya, banyak santri yang ada di Yogyakarta merasa kehilangan atas kep**angan beliau ke Narukan. Akhirnya para santri pergi sowan dan memintanya mau kembali ke Yogyakarta, hingga pada akhirnya Gus Baha bersedia, tetapi hanya satu bulan sekali. Selain menjadi pengasuh di pondoknya dan mengisi pengajian di Yogyakarta, Gus Baha juga diminta untuk mengisi pengajian tafsir al-Qur'an di Bojonegoro, Jawa Timur. Adapun untuk waktunya dibagi-bagi, di Yogya minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro minggu kedua setiap bulannya. Hal tersebut, Gus Baha’ lakukan secara rutin sejak 2006 hingga sekarang.

Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha' diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
https://m.facebook.com/Universitas.Islam.Indonesia/ Gus Baha' duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari seluruh Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.

Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Quraisy bahwa kedudukan Gus Baha' di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai mufassir, juga sebagai mufassir faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Qur'an. Setiap kali lajnah menggarap tafsir dan mushaf al-Qur'an menurut Prof. Quraisy, posisi Gus Baha’ selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai Faqihul Qur'an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur'an

HASIL KARYA GUS BAHA

حفظنا لهذا المصحف لبهاء الدين بن نور سالم

Kitab ini adalah kitab yang ditulis oleh Gus Baha’ yang menjelaskan tentang rasm Usmani yang dilengkapi dengan contoh dan penjelasan yang disandarkan pada kitab al-Muqni' karya Abu 'Amr Usman bin Sa'id ad-Dani (w. 444 H.). Kitab ini berguna bagi siapapun untuk mengetahui bagaimana memahami karakteristik penulisan al-Qur’an di dalam mushaf rasm Usmani.

kemudian karya yang kedua Gus baha adalah Tafsir al-Qur an versi UII dan al-Qur’an terjemahan versi UII Gus Baha' (2020). Salah satu ciri khas tafsir dan terjemahan UII yang ditulis oleh Gus Baha' dan timnya adalah tafsir ini dikontekstualisasikan untuk membaca Indonesia dan dengan rasa Indonesia. Tafsir dan terjemahan UII ini sama sekali tidak mengubah dari keaslian al-Qur’an itu sendiri.

★★★★★ · School

20/11/2024

*PEMBACAAN HASIL KEPUTUSAN RAPAT PLENO PBNU*
*Oleh Katib Am KH. Ahmad Said Asrori Pada Tanggal 16 November 2024*

Tentang dasar:
*1. Pembekuan Idaroh Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2018-2023*

*2. Pengangkatan Caretaker KH. Haris Shodaqah*

19/11/2024

الانفاق في السراء والضراء
قال الله تعالى: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ.
(آل عمران: 133-134)

Berinfak di Kala Lapang dan Sempit
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.
(QS Ali Imran 133-134).

Walau sedikit, tetap sedekah ya. Karena yang penting niat dan ikhtiar kita untuk membantu yang membutuhkan serta menggapai ridho Allah. Mari sedekah di nucare.id!

Kunjungi: https://nucare.id
Instagram: nucare_lazisnu
Facebook: NU Care - LAZISNU
Tiktok: nucare.lazisnu
Twitter: nucare_lazisnu
Subscribe juga Youtube Channel kami: NU CARE

Address

Jln. Kertinegara No. 01 Surupan Wonosari Kebumen
Kebumen

Opening Hours

Monday 08:00 - 17:00
Tuesday 09:00 - 17:00
Wednesday 09:00 - 17:00
Thursday 09:00 - 17:00
Friday 09:00 - 17:00
Saturday 09:00 - 17:00

Telephone

+6281806936332

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Upzisnu Kec Kebumen posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share

Category


Other Media in Kebumen

Show All