13/09/2024
"KEPENTOK" DULU, BARU SADAR
Secara harfiah arti kata kepentok adalah kena pukul atau arti kiasnya sudah mentok atau tersudut. Kadang orang baru sadar setelah "kepentok" dulu. Kalau sudah mengalami sendiri dampak buruknya yang parah, baru ia sadar dan menyesal. Orang semacam ini biasanya susah dinasehati.
Di antara mereka ada yang menyesal tapi terlambat, seperti kisah Fir'aun yang baru bertaubat dalam keadaan sakaratul maut di Laut Merah. Sebagian lagi masih diterima taubatnya, tapi tidak bisa kembali normal dan harus memperbaikinya dalam waktu yang lama.
Saya mau cerita tentang kisah orang yang "kepentok" dulu baru sadar seperti berikut ini :
Suatu hari, selesai memberikan pengajian di sebuah masjid, seorang jamaah mendekati dan menyalami saya. Tampaknya ada sesuatu yang mau disampaikan. Tetapi, karena masih ada jamaah lain maka pembicaraan kami bersifat umum saja. Setelah jamaah lain pamit dan tinggal kami berdua, barulah dia mulai menyampaikan persoalannya. "Sekarang saya baru sadar Ustadz."
Sambil melihat sekeliling, memastikan tidak ada jamaah yang datang, dia melanjutkan. "Begitu pandainya saya menyembunyikan, sehingga tidak ada yang tahu." Saya mulai menduga-duga ke mana arah pembicaraan. Sepertinya dia mau memberikan sebuah pengakuan. Barangkali dia berselingkuh, istri, mertua, orang tua, dan teman-temannya tidak tahu. Sekarang betapa banyaknya laki-laki berselingkuh dan pandai menyembunyikan perselingkuhannya.
"Menyembunyikan apa, Pak?" tanya saya. Karena dia tidak segera menjawab, saya sampaikan dugaan yang ada dalam pikiran saya. "Maaf, apa Bapak berselingkuh?" Dia malah tertawa. "Bukan Ustadz, saya tidak punya potongan untuk berselingkuh. Saya dulu peminum Ustadz." Dia diam sebentar, sepertinya mengingat masa mudanya. "Sejak muda saya sudah peminum. Bermacam-macam minuman keras sudah saya coba. Mula-mula yang berkadar alkohol rendah, lalu meningkat dengan kadar alkohol yang lebih tinggi. Sampai kemudian saya menikah."
"Apakah setelah menikah Bapak masih minum?" Dia menjawab masih minum. "Apakah mertua, terutama istri Bapak tidak melarangnya?" selidik saya. "Di situlah masalahnya Ustadz. Saya pandai sekali menyembunyikannya. Tidak ada yang tahu," jawabnya sambil sesekali melihat kiri kanan khawatir ada yang datang.
"Hebat sekali Bapak menyembunyikannya. Bertahun-tahun jadi peminum kok tidak ada yang tahu." Mendengar pujian saya bernada sinis itu dia tersenyum, tapi senyumnya kecut. Rupanya bapak itu pandai mengatur kapan minum, di mana boleh minum, dan di mana tidak minum. Barangkali dia juga pandai mengatur di mana dan jam berapa boleh mabuk. Jarang peminum yang bisa menyembunyikan kebiasaan buruknya itu dalam waktu cukup lama dari keluarganya.
"Sekarang tentu Bapak sudah taubat kan?" tanya saya. Kalau orang sudah rajin shalat berjamaah di masjid dan mendengarkan pengajian, dapat dipastikan sudah bebas dari hal-hal semacam itu. Tidak mungkinlah peminum rajin ke masjid. Dengan anggukan dia menjawab, "Ya, Ustadz. Saya sudah taubat, tapi sudah terlambat." Segera saya yakinkan dia, bahwa tidak ada istilah terlambat untuk taubat. Selagi nyawa masih di kandung badan tetap dapat bertaubat. "Betul Ustaz," jawab dia.
"Kalau hubungannya dengan dosa, mudah-mudahan dosa saya diampuni oleh Alloh SWT. Tetapi dari kesehatan, saya sudah terlambat. Dokter menyatakan liver saya sudah berlobang akibat sering minum-minuman keras. Beberapa waktu lalu saya dirawat di rumah sakit, karena perut saya bengkak." Saya kemudian membesarkan hatinya, semoga penyakitnya segera disembuhkan oleh Alloh SWT.
Itulah pertemuan saya yang terakhir dengan jama'ah tersebut. Beberapa waktu kemudian ia meninggal dunia setelah kembali dirawat karena sakit livernya.
Sering orang baru sadar dan bertaubat dengan larangan Alloh SWT setelah "kepentok" dulu, setelah mengalami sendiri akibatnya y
Allah SWT berfirman :
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Qs. As Syuro ayat 30).
By. Satria hadi lubis