![Sabtu, 14 Oktober 2023Kapal Selam ‘Scorpene Evolved’ Untuk TNI AL Ditawarkan Dengan Rudal Jelajah SM39 Exocet Dan Torped...](https://img3.medioq.com/793/778/708868637937784.jpg)
14/10/2023
Sabtu, 14 Oktober 2023
Kapal Selam ‘Scorpene Evolved’ Untuk TNI AL Ditawarkan Dengan Rudal Jelajah SM39 Exocet Dan Torpedo F21
Masih terkait dengan penawaran Scorpene Evolved untuk TNI AL, Naval Group juga memberikan solusi sistem senjata mutakhir untuk kapal selam dengan teknologi full Lithium-Ion Batteries (LIB), di antaranya adalah kapal selam untuk Indonesia ini akan dapat dipersenjatai dengan heavy torpedo Leonardo Black Shark dan F21 yang lebih modern. Tidak itu saja, Scorpene Evolved akan terintegrasi penuh dengan rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam, MBDA Exocet SM39.
Jika akuisisi Scorpene Evolved kelak direalisasikan, dan TNI AL memilih membeli torpedo F21 dan rudal Exocet SM39, maka tidak diperlukan penyesuaian atau upgrade tambahan, termasuk dari segi software pada combat management system.
Torpedo F21 yang juga produksi Naval Group. ditenagai silver oxide-aluminium (AgO-Al) seawater primary battery. Sistem propulsi listrik juga mengintegrasikan dua baling-baling yang berputar berlawanan. Tumpukan elektrokimia primer yang diaktifkan air laut AgO-Al membantu mencapai kecepatan maksimum dalam rentang yang lebih luas.
Sistem propulsi memungkinkan torpedo F21 bergerak dengan kecepatan antara 25 knots dan 50 knots. Torpedo F21 memiliki endurance maksimum satu jam dan jangkauan lebih dari 50 km. Untuk misi “Hunter Killer”, torpedo ini memiliki kemampuan untuk menyerang target pada kedalaman lebih dari 500 meter.
Sebagai catatan, sejak menjadi operator kapal selam pada tahun 1959, TNI AL sangat terbatas dalam mengoperasikan kapal selam berkemampuan rudal sehingga membatasi kemampuan serangannya. TNI AL (d/h ALRI) memang pernah meluncurkan rudal jelajah dari kapal selam KRI (RI) Alugoro 406 – Whiskey class buatan Soviet. Namun, rudal jelajah yang disebut SS-N-3c Shaddock, diluncurkan dalam posisi kapal selam berlayar di permukaan.
Mengingat adanya gagasan di kalangan perencana TNI AL untuk melengkapi/mengintegrasikan kapal selam dengan drone bawah laut- Unmanned Underwater Vehicles (UUV), maka menarik untuk dicermati apakah diskusi Scorpene Evolved antara Jakarta dan Paris mencakup kemungkinan pengadaan UUV multirole D-19.
Naval Group menyebut D-19 dibangun dari platform torpedo F21, ini bisa dibuktikan dari diameter drone ini yang identik dengan heavy weight torpedo berstandar NATO, 533 mm. Lantaran mengusung kaliber yang sama dengan torpedo, maka mobilitas D-19 dapat diluncurkan secara senyap dari tabung peluncur torpedo kapal selam.
D-19 dirancang untuk menjalankan misi intelligence, surveillance, reconnaissance (ISR), electronic warfare, anti-submarine warfare (ASW), ASW training, underwater mobile target, mine countermeasures, rapid environmental assessment dan mine and mine laying. Merujuk ke dimensi, panjang D-19 ada di rentang 5 sampai 8 meter serta berat di bawah 1 ton.
Meski memiliki performa lebih tinggi dibandingkan varian dasar kapal selam Scorpene, Scorpene Evolved tetap ditawarkan dalam skema produksi lokal, integrasi, dan pengujian penuh untuk dua kapal selam yang akan berlangsung di fasilitas pembangunan kapal selam PT PAL yang ada di Surabaya. Skema ini akan menghasilkan 30 persen dari total nilai kontrak yang dikembalikan ke Indonesia dalam bentuk transfer teknologi, pengalaman, dan pembukaan ribuan pekerjaan berketerampilan tinggi.
Jika terealisasi, Scorpene Evolved akan menempatkan TNI AL di antara semakin banyak angkatan laut di seluruh dunia yang mulai mencari solusi LIB dan membuat Indonesia mengikuti keputusan Jepang untuk memilih LIB daripada AIP untuk kapal selam terbarunya (Soryu class).