MENUNDA BAYAR HUTANG ADALAH KEDZALIMAN
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Memperlampat pembayaran hutang untuk orang yang memiliki harta adalah kedzaliman.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan hadits:
1. Islam melindungi harta-harta manusia agar tidak diambil oleh orang lain dengan cara yang batil/haram.
2. Berhutang diperbolehkan. Akan tetapi, orang yang berhutang harus benar-benar meniatkan untuk mengembalikan hutang tersebut.
3. Orang yang berhutang, kemudian dia memiliki uang untuk membayar hutang tersebut dan dia tidak mau membayarnya, maka hal tersebut termasuk kedzaliman terhadap orang yang menghutanginya.
4. Maksud kedzaliman pada hadits di atas adalah dosa.
(Ust. Said Yai)
Suara: Tomy Sofyanto
#hadits #parenting #islam
DOA MEMINTA TAUFIQ DAN DIAMPUNI DOSA
Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kamu kepada Rabbmu,” maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. [Surat Ali 'Imran: 193]
Dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an oleh Ustadz Marwan Hadidi bin Musa di dalam ayat ini terdapat dalil bagi tawassul yang disyari'atkan, yaitu tawassul dengan iman atau amal salih yang dikerjakan.
Dalam doa ini terdapat permintaan taufiq agar dapat menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan, di mana yang demikian dapat menjadikannya tergolong sebagai orang-orang yang berbakti dan beristiqamah di atasnya sampai wafat.
Selain itu, hal yang paling utama dalam doa seorang hamba adalah permohonan pengampunan dosa dari Rabbnya.
#doa #ayatquran #parenting
TAHAPAN MENGINGKARI KEMUNGKARAN
Diriwayatkan dari Abu Sa’id, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hentikanlah kemungkaran itu dengan tangannya.Jika dia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya.Itulah selemah-lemah iman.”(HR. Muslim)
Penjelasan hadits:
1. Hadits ini menunjukkan tahapan-tahapan mengingkari suatu kemungkaran, yaitu dengan tangan, kemudian dengan lisan, kemudian dengan hati.
2. Menghentikan kemungkaran dengan tangan artinya menghentikan kemungkaran tersebut dengan kekuasaan dan kemampuan yang dimilikinya, contohnya: seseorang Bupati melihat perjudian terjadi di wilayahnya, kemudian dia membubarkan perjudian tersebut atau menyuruh bawahannya untuk membubarkannya.
3. Menghentikan kemungkaran dengan lisan artinya dengan perkataannya atau dengan sesuatu yang menyerupai perkataan, seperti: tulisan, poster dan lain-lain. Contohnya: seseorang melewati pemuda-pemuda yang sedang makan makanan haram, kemudian dia menasihatinya dengan mengatakan, “Wahai kawan! Berhentilah memakannya. Makanan itu haram.”
4. Menghentikan kemungkaran dengan hati artinya mengingkarinya dengan keyakinan hati bahwa hal tersebut adalah perbuatan mungkar dan untuk saat ini dia belum mampu untuk menghentikan kemungkaran dengan tangan dan lisannya.
5. Orang yang mengingkari kemungkaran hanya dengan hatinya, maka dianggap imannya lebih lemah dari pada yang lainnya.
6. Akan tetapi, ketika kita ingin mengingkari kemungkaran dengan tangan dan lisan, maka kita harus benar-benar mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dari pengingkaran dengan tangan dan lisan tersebut. Jika menghasilkan kebaikan atau mengurangi kemungkaran, maka kita teruskan hal tersebut. Tetapi jika malah menimbulkan kerusakan atau bertambahnya keburukan, maka hal tersebut tidak boleh kita lakukan.
(Ust Said Yai)
Suara: Tomy Sofyanto
#hadits #parenting #nasihat
DOA KETIKA MELIHAT KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH
“Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." [Surat Ali 'Imran: 191]
Allah Azza wa Jalla meminta kita untuk merenungi, memikirkan dan mencermati ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Dengan merenungi ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka akan menumbuhkan rasa keagungan terhadap Allah Azza wa Jalla dalam hati kita, kecintaan yang mendalam kepada-Nya, mengokohkan keimanan kepada-Nya, memantapkan keyakinan tentang keesaan-Nya. Sebaliknya, jika kita meninggalkan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka hati akan menjadi keras, mata menjadi buta, sehingga seakan tidak ada bedanya dengan binatang ternak yang hidup di muka bumi lalu mati menjadi tanah.
Pernahkan kita melihat alat yang kecil lagi rumit yang dibuat oleh manusia pada zaman sekarang, seperti handphone, laptop, dan lainnya? Seberapa besar kekaguman manusia terhadap alat-alat tersebut? Seberapa besar penghargaan manusia dengan penemuan itu? Padahal, itu hanya sebagian kecil dari ciptaan-ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala , karena penemuan itu bukan murni hasil karya manusia, tetapi masih termasuk ciptaan Allah Azza wa Jalla . Yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala mengilhamkan dan memberi ilmu kepada manusia, sehingga ia mampu menciptakan alat-alat itu.
Jika demikian, bagaimana mungkin manusia bisa terkagum-kagum dengan hasil karyanya, kemudian ia lupa dengan tanda-tanda kekusaan Allah Azza wa Jalla yang digelar di alam raya ini, bahkan tanda-tanda kebesaran-Nya di dalam diri manusia itu sendiri?
(Syaikh Shalih al-Fauzan)
#parenting #tadabbur #nasihat #ayatquran
ANJURAN UNTUK MELIHAT KE BAWAH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kalian!Dan janganlah kalian melihat kepada orang yang lebih tinggi dari kalian!”(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Penjelasan hadits:
1. Dalam masalah dunia kita diperintahkan untuk melihat orang-orang yang lebih rendah, lebih miskin dan lebih buruk keadaannya dari dan tidak melihat orang yang lebih tinggi, lebih kaya dan lebih baik keadaannya dari kita. Hal ini agar kita bisa dengan mudah bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
2. Kita diperintahkan untuk bersikap qana’ah (merasa rela, puas atas apa yang diberikan Allah dan bersyukur kepada-Nya).
(Ust Said Yai)
Suara: Tomy Sofyanto
#hadits #nasihat #parenting
DOA MEMINTA KETEGARAN DALAM MENOLONG AGAMA ALLAH
"Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian." [Surat Ali 'Imran: 53]
PENOLONG DAKWAH
Para Rasul membutuhkan orang-orang yang menolong mereka. Dasarnya adalah firman Allah tadi: “Siapa yang menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?”
Demikian juga sebagaimana Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ
“Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menguatkan engkau dengan pertolonganNya dan dengan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfal[8]: 62)
KEUTAMAAN HAWARIYYIN
Ayat yang mulia ini menjelaskan tentang keutamaan Hawariyyin Radhiyallahu ‘Anhum. Dimana mereka mengumkan bahwa mereka menjadi penolong-penolong Allah. Padahal semua kaumnya kufur.
Mereka berkata: “Kami adalah penolong-penolong Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Demikian juga hendaknya bagi seseorang untuk menyatakan dengan tegas bahwa dia adalah pengikut Rasul di antara orang-orang pengusung kekafiran. Hal ini supaya tidak mudahanah (berbasa-basi) dalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena mudahanah dalam agama Allah dan taqiyyah hakikatnya merupakan kemunafikan.
PERSAKSIAN MENGUATKAN YANG DIIKUTI
Persaksian seseorang atas dirinya dengan keimanan atau keislaman atau yang semisalnya, hal tersebut tidak masuk dalam kategori riya’, apalagi dalam ittiba’. Karena hal tersebut ada faedahnya. Faedahnya adalah menguatkan orang yang diikuti. Apabila seseorang mengatakan: “Ana muslim/mukmin” atau “Ana mengikuti engkau” atau yang semisalnya, tidak diragukan lagi bahwa disitu ada faedah. Yaitu menguatkan yang diikuti.
(Ust Abu Ya'la Kurnaedi)
#doa #ayatquran #quotes #parenting
BERNADZAR UNTUK TAAT PADA ALLAH
Diriwayatkan dari ‘Aisyah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa ber-nadzar untuk menaati Allah maka kerjakanlah. Barang siapa ber-nadzar untuk bermaksiat kepada Allah, maka jangan mengerjakannya.”(HR. Bukhari)
Penjelasan hadits:
1. Ber-nadzar artinya mewajibkan diri untuk beribadah dengan suatu ibadah yang tadinya tidak diwajibkan kepadanya, baik dengan mengharapkan ganjaran ataupun tidak. Seperti perkataan seseorang: “Jika saya lulus ujian atau mendapatkan perkerjaan, saya akan berpuasa sebanyak tiga hari berturut-turut”, “Ketika umur saya mencapai empat puluh tahun saya akan mewajibkan diri saya untuk shalat tiap malam 11 rakaat” dan semisalnya.
2. Hukum asal dari ber-nadzar adalah makruh (lebih baik ditinggalkan).
3. Akan tetapi, seandainya nadzar tersebut telah terucap dan apa yang diinginkannya telah tercapai maka menunaikan nadzar tersebut hukumnya wajib. Dan menunaikan kewajiban tentunya akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
4. Orang yang sudah ber-nadzar, apabila nadzar-nya baik, maka dia diperintahkan untuk mengerjakannya dan apabila nadzar-nya buruk, seperti perkataan seseorang: “seandainya saya lulus ujian, maka saya akan menyembunyikan sepatu teman-teman sampai hilang”, “seandainya saya mendapatkan pekerjaan, saya akan membagikan minuman keras kepada teman-teman saya” dan semisalnya, maka nadzar yang seperti ini tidak boleh dilakukan dan harus dibatalkan.
5. Begitu pula ber-nadzar untuk melakukan sesuatu yang sangat berat sekali, seperti: “akan shalat seratus rakaat tiap malam”, “akan berpuasa tiap hari” dan semisalnya, maka tidak mengapa membatalkan nadzar tersebut.
6. Cara membatalkan nadzar adalah dengan cara memberi makan 10 orang miskin atau memberi 10 pakaian untuk orang miskin atau memerdekakan budak. Apabila tidak sanggup untuk melakukan hal tersebut, maka dengan cara berpuasa 3 hari berturut-turut. (Ust Said Yai)
Suara : Tomy Sofyanto
#hadits #parenting
DOA AGAR TERLEPAS DARI KESULITAN
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang dzalim.” [Surat Al-Anbiya': 87]
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits, “Doa Nabi Yunus ‘alaihissalam tatkala beliau terperangkap di perut ikan adalah “laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadz dzaalimiin”. Sungguh, tidaklah seorang muslim membacanya terus menerus, kecuali Allah akan kabulkan keinginannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 3505)
Doa ini menyimpan kandungan yang begitu luar biasa, yaitu pengakuan seorang hamba akan kesempurnaan uluhiyah Allah ‘Azza Wajalla. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu,
فأقر لله تعالى بكمال الألوهية، ونزهه عن كل نقص، وعيب وآفة، واعترف بظلم نفسه وجنايته
“Di dalam doa ini, Nabi Yunus ‘alaihissalam mengakui kesempurnaan dan keesaan Allah dalam hal peribadahan yang khusus untuk-Nya, menyucikan-Nya dari segala macam bentuk kekurangan, aib, dan cacat. Serta mengakui diri sendiri sebagai seorang yang berlaku zalim (berbuat salah).” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 529)
Tidak ada hal yang lebih agung dibandingkan pengakuan seorang hamba akan keesaan Allah ‘Azza Wajalla atau tauhidnya. Karena itulah tujuan diciptakan manusia. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Al-Hakim At-Tirmidzi rahimahullahu menyebutkan keutamaan doa ini,
العَبْد إِذا وَحده وَنفى عَنهُ الشّرك ثمَّ نزهه عَمَّا رَآهُ عَلَيْهِ من السوء واعترف بِأَنَّهُ من الظَّالِمين تكرم عَلَيْهِ ربه وتفضل على العَبْد فَلم يخيبه
BEBERAPA ORANG YANG DILAKNAT
Diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mudahan Allah melaknat orang yang melaknat orang tuanya. Mudahan Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Mudahan Allah melaknat orang yang melindungi orang yang suka berbuat kerusakan (di bumi). Mudahan Allah melaknat orang yang merubah patok-patok tanah.”(HR. Muslim)
Penjelasan hadits:
1. Dilaknat artinya dijauhkan dari rahmat/kasih sayang Allah. Orang yang dilaknat oleh Allah hidupnya tidak akan tenang di dunia dan akhirat.
2. “Melaknat orang tua” bisa berarti seorang anak melaknat orang tuanya sendiri atau seorang anak menjadi sebab orang lain melaknat orang tuanya, seperti dengan mengatakan kepada musuhnya, “Mudah-mudahan Allah melaknat bapakmu!” Kemudian musuhnya membalas dengan perkataan serupa.
3. Menyembelih harus diniatkan hanya untuk Allah dan tidak boleh diniatkan untuk selain Allah, seperti: menyembelih untuk membuka lahan kebun baru, menyembelih untuk persembahan/sesajen kepada sungai atau orang yang telah mati, menyembelih untuk mendapatkan ilmu kebal/tenaga dalam dll.
4. Tidak boleh melindungi orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, seperti: melindungi orang yang suka membunuh, mengebom, mencuri dan semisalnya, memalsukan identitasnya, membantunya melarikan diri dan lain-lain.
5. Tidak boleh mengubah patok-patok tanah sehingga mengambil tanah orang lain meskipun sedikit dengan cara yang batil.
6. Seluruh apa yang disebutkan di atas termasuk dosa besar yang harus dijauhi.
(Ust Said Yai)
Suara: Tomy Sofyanto
#hadits #nasihat #quotes
DOA MEMINTA AGAR DITAMBAH ILMU
"Ya Rabbku, tambahkanlah ilmu kepadaku." (QS Thaha: 114)
Kemudian Allah menutup ayat 114 surah Thaha dengan firman-Nya,
﴿وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا﴾
“dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.”
Ayat ini jelas sekali menunjukkan kemuliaan ilmu. Setelah Allah menegur Nabi Muhammad yang tergesa-gesa dalam mengikuti pengucapan Jibril, Allah pun memberikan petunjuk tentang apa yang harus beliau lakukan, yaitu berdoa dengan mengucapkan, “Rabbi zidnii ilmaa”.
Di antara doa-doa yang juga Nabi Muhammad ajarkan kepada kita terkait hal ini adalah,
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا
“Ya Allah, jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah aku ilmu.” (HR. Ibnu Majah)
Begitu juga doa yang sering beliau ucapkan setelah shalat Subuh,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)
Dan ketahuilah saudaraku, Nabi Muhammad tidaklah pernah diperintahkan oleh Allah untuk meminta tambahan atas sesuatu, kecuali ilmu, sebagaimana yang Allah firmankan dalam ayat ini,
﴿وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا﴾
“dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.
Sebagian ahli tafsir mengatakan, bahwasanya setelah Allah ﷻ memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengatakan Rabbii zidnii ilmaa, Allah pun menambahkan lagi ilmu kepada beliau, yaitu kisah tentang nenek moyang manusia, yaitu Nabi Adam ‘Alaihissalam, serta nenek moyang setan, yaitu Iblis la’natullaah alaih. (Us
LARANGAN MENYAMPAIKAN SEMUA YANG DIDENGAR
Diriwayatkan dari Hafsh bin ‘Ashim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta, apabila dia menyampaikan seluruh yang didengarnya.”(HR. Muslim)
Penjelasan hadits:
1. Hadits ini menjelaskan bahwa seluruh kabar yang diterima seseorang harus “disaring” terlebih dahulu dengan mengecek kebenarannya.
2. Seandainya dia tidak melakukannya dan di dalam berita yang disebarkannya terdapat kedustaan, maka dia telah dianggap sebagai pendusta dan mendapatkan dosa.
(Ust. Said Yai)
Suara : Tomy Sofyanto
#hadits #nasihat #parenting #islam
DOA AGAR DIBERIKAN ILMU DAN DIJADIKAN ORANG SHALIH
“Ya Rabbku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih, [Surat Asy-Syu'ara: 83]
Dijelaskan dalam Tafsir as-Sa'di bahwa ini adalah doa Nabi Ibrahim 'alaihissalam
..dan Ibrahim berdoa kepada Rabbnya, seraya mengatakan, “ya Rabbku, berikanlah kepadaku hikmah,” maksudnya, ilmu yang cukup yang dengannya aku dapat mengetahui hukum-hukum, halal dan haram, dan yang dengannya aku dapat memberikan keputusan di antara manusia, “dan masukanlah aku kedalam golongan orang-orang yang shalih,” termasuk saudara-saudaranya, para nabi dan para rasul.
#doa #ayatquran #parenting #quran #nasihat