09/11/2024
Seandainya B**g Tomo hidup di era ini, kiranya inilah Pidatonya:
"Bro dan Sis, khususnya kalian di Surabaya dan semua rakyat Indonesia, kalian pasti udah tau banget nih, hari ini tentara Inggris nge-drop ultimatum. Mereka pengen kita balikin semua senjata yang udah kita rampas dari tentara Jepang, terus disuruh nyerah angkat tangan gitu aja? Hell no!
Dengar ya, kemarin-kemarin kita udah ngasih bukti kok, bro dan sis dari berbagai daerah udah saling bahu-membahu buat pertahanin Surabaya. Kita punya darah merah yang ngga bakal pernah mau tunduk sama siapa pun!
Merdeka atau mati, bro! Kita yakin banget, ini tanah kita, Surabaya ini punya kita, dan kita bakal pertahankan sampai titik darah penghabisan.
Oh iya, buat kalian yang belum kenal, ini B**g Tomo yang pidatonya selalu bikin panas jiwa juang rakyat. Beliau ini patriot sejati, berdiri di garis depan dengan pidato dan aksi. Mari kita kenang semangat 10 November 1945 yang legendaris ini, semangat yang bikin Surabaya jadi medan pertempuran paling epik buat bangsa kita.
Di era digital seperti sekarang, media sosial menjadi sarana utama bagi Gen Z untuk mengekspresikan ide dan pendapat mereka. Jika B**g Tomo hidup di era ini, bisa jadi ia akan menggunakan platform seperti TikTok atau Instagram untuk menyampaikan pesannya. Gaya bicaranya mungkin akan lebih to the point, singkat, dan menggunakan bahasa gaul yang akrab bagi generasi muda. Misalnya, alih-alih mengucapkan kalimat panjang tentang kebangkitan nasional, ia bisa menggunakan istilah-istilah populer seperti 'Let's go!' atau 'Ayo beraksi!' dalam pidato-pidatonya.
Semangat yang dimiliki oleh B**g Tomo tentu tidak akan hilang meskipun dialihbahasakan. Pesannya tentang ketahanan dan keberanian tetap harus disampaikan, meskipun dengan gaya yang berbeda. Sebagai contoh, dalam pidato versi Gen Z, ia tetap bisa menekankan pentingnya solidaritas dan kolaborasi dengan menggunakan analogi kekuatan tim dalam permainan video game. Dengan kalimat seperti, 'Bareng-bareng kita bisa level up untuk Indonesia,' maka ia dapat menarik perhatian generasi muda yang sangat terbiasa dengan kultur bermain game.
Lebih lanjut, penggunaan istilah-istilah tren seperti 'gas terus' dan 'squad' dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Hal ini akan membuat pidatonya lebih relatable dan mudah dimengerti oleh generasi muda, yang cenderung mencari koneksi emosional dan pengertian dalam komunikasi.
Penting untuk diingat bahwa meskipun kita sedang membicarakan perubahan bahasa dan konteks, makna dari apa yang disampaikan oleh B**g Tomo tetap relevan. Dengan mengadaptasi pesannya ke dalam bahasa Gen Z, kita tidak hanya menjaga warisan sejarah, tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai penting tersebut terus hidup dan diterima oleh generasi sekarang. Mengubah pidato B**g Tomo dengan bahasa Gen Z adalah tentang membawa semangat juang untuk generasi yang berbeda, sambil tetap menghormati jejak sejarah yang telah ditinggalkannya.
Pokoknya jangan lupa, kita terus merdeka di jiwa, share semangat ini ke semua, like, dan subscribe, biar semangat ini terus hidup di semua generasi!
Disclaimer:
Tulisan ini adalah adaptasi pidato B**g Tomo dalam bahasa kekinian, seandainya beliau hidup di era digital saat ini. Tujuannya adalah untuk mengenang dan menyebarkan semangat juang serta patriotisme yang beliau kobarkan pada peristiwa 10 November 1945 kepada generasi masa kini. Gaya bahasa yang digunakan tidak bermaksud untuk merendahkan pesan asli B**g Tomo, melainkan untuk menghubungkan nilai-nilai kepahlawanan dengan cara yang relevan bagi anak muda zaman sekarang.
Kata kunci: Merdeka atau Mati, Gas Pol, Berani Tampil, Pertahankan Tanah Air, Semangat Juang, Bro dan Sis, Berkobar Bersama, Lawan Penjajahan, Pantang Menyerah, Cinta Indonesia