01/02/2025
Owner Wardah, Nurhayati Subakat baru-baru ini banyak diperbincangkan publik.
Tak hanya produk-produk kecantikan yang berhasil ia ciptakan, namun sikapnya yang tak s**a pemer kekayaan barang mewah.
Nurhayati Subakat, lahir pada 27 Juli 1950 di Padang Panjang, Sumatera Barat, adalah sosok inspiratif di balik kesuksesan merek kosmetik halal terkemuka, Wardah. Sebagai anak keempat dari delapan bersaudara, ia tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai keagamaan dan etos kerja yang kuat. Ayahnya, Abdul Muin Saidi, seorang pedagang dan pimpinan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang, serta ibunya, Nurjanah, berperan besar dalam membentuk karakter dan semangat juangnya.
Sejak kecil, Nurhayati dikenal cerdas dan berprestasi. Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Diniyyah Puteri dan SMA Negeri 1 Padang, ia melanjutkan studi di Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB). Lulus sebagai sarjana terbaik pada tahun 1975, ia kemudian meraih gelar apoteker dengan predikat terbaik setahun kemudian.
Karier profesionalnya dimulai sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil, Padang. Setelah menikah dengan Subakat Hadi pada tahun 1978, ia pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai staf pengendalian mutu di perusahaan kosmetik Wella. Namun, semangat wirausaha mendorongnya untuk memulai usaha sendiri.
Pada tahun 1985, Nurhayati mendirikan PT Pusaka Tradisi Ibu, yang kemudian berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI). Produk pertamanya, merek perawatan rambut Putri, dipasarkan di salon-salon sekitar Tangerang. Pada tahun 1995, ia meluncurkan Wardah, pelopor kosmetik berlabel halal di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, PTI berkembang pesat dengan berbagai merek populer seperti Make Over dan Emina, menguasai sekitar 30% pangsa pasar kosmetik Indonesia.
Selain sukses dalam bisnis, Nurhayati juga dikenal sebagai filantropis. Ia aktif mendukung pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, dan lingkungan. Sebagai donatur dan anggota Majelis Wali Amanat ITB, ia menyerahkan dana abadi sebesar Rp52 miliar untuk pengembangan riset, beasiswa, dan infrastruktur. Selama pandemi COVID-19, melalui program CSR PTI, ia menyumbang Rp40 miliar untuk penanganan pandemi di Indonesia.
Kekayaan Nurhayati Subakat ditaksir mencapai US$1,5 miliar atau sekitar Rp24 triliun (Sc: Entrepreneur Bisnis).
Namun, ia tetap rendah hati dan jarang memamerkan kekayaannya. Ia menekankan lima karakter utama dalam kesuksesan bisnisnya: ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan, dan inovasi.