26/06/2024
Omong-omong, unggahan ini terasa seperti mengulas ulasan orang.
Beberapa waktu lalu saya ditanya, selain membaca menulis juga nggak? Bukan untuk pertama kali, sih, ditanya begitu. Cuma yang ini dikejar lagi, kalau menulis apa yang akan ditulis? Lalu terpikir, sepertinya menuliskan pengalaman membaca seru juga. Seperti beberapa esai Abinaya di "Mengapa Aku Harus Membaca" atau "My Life with Bob: Flawed Heroine Keeps Book of Books, Plot Ensues" karya Pamela Paul. Sebagai orang yang enggan mendapat spoiler, ternyata saya tidak keberatan membaca genre ini.
Kemudian, saya membaca buku ini. Saya ingin menulis seenak dibaca ini.
Berayun di Antara Keberpihakan & Autokritik berisikan satu pengantar dan delapan tulisan tentang sastra Indonesia. Esai dan kritik sastra Dewi Anggraeni di buku ini begitu menyenangkan untuk dibaca. Diawali dengan bagaimana kritik sastra menurut pandangannya, metode yang digunakan, lalu tentang karya-karya sastra yang dikritik, ritmenya mengalir lancar.
Menariknya, membaca tentang buku yang sudah saya baca (Kokokan Mencari Arumbawangi - Cyntha Hariadi, Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi - Yusi Avianto Pareanom, dan beberapa puisi Chairil Anwar) bikin saya manggut-manggut sedikit paham. Analisis tentang pembacaan dari genre novel anjak dewasa Raden Mandasia membuat saya terbukakan, "Wah, ternyata bisa dilihat dari sisi situ." Lalu, membaca tentang buku yang belum saya baca (buku-buku tentang Papua) bikin saya ingin mencari bukunya segera. Aduh, saya ingin baca lebih banyak pembacaan-pembacaan Dewi Anggraeni terhadap buku-buku yang lain.
Karena lulus dari sekolah teknik, tentu saya tidak punya ilmu kritik sastra. Namun tetap rasanya ingin mengarsipkan pengalaman membaca saya dengan lebih baik lagi. Meski isi akun ini, kan, isinya kurang lebih begitu. Wkwkwk.
Ah, manusia banyak mau. Senang bisa membaca buku ini. Mau cari Seri Kritik dari yang pertama. Dengar-dengar sedang disiapkan yang selanjutnya.
Posting ulang dari