Haurgeulis kotaku tercinta

Haurgeulis kotaku tercinta bantu kreator dengan suport halaman ini agar berkembang . terima kasih...

11/01/2024

bismillah hujan

06/01/2024

Imam Malik dan muridnya, Imam Syafii, berbeda pandangan perihal rezeki.
Dalam Alquran, Allah menegaskan bahwa Dia berkuasa dalam melapangkan dan membatasi rezeki setiap makhluk-Nya. Bagi mereka yang pandai bersyukur, Allah akan menambahkan nikmat-Nya. Sebaliknya, orang-orang yang kufur nikmat akan memperoleh azab nan pedih.

Seluruh Muslimin, khususnya kalangan ulama, meyakini kemahakuasaan Allah dalam menentukan rezeki atas seluruh ciptaan-Nya. Bagaimanapun, terdapat perbedaan pandangan mengenai bagaimana rezeki itu sampai kepada penerimanya.

Di satu sisi, ada yang beranggapan bahwa rezeki datang kepada setiap makhluk tanpa sebab-akibat. Dalam arti, seseorang misalnya cukup berpasrah diri atau tawakal secara sungguh-sungguh kepada Allah. Dengan kehendak-Nya, Allah akan memberikan rezeki kepada orang tersebut. Di sisi lain, ada yang berpandangan bahwa upaya atau ikhtiar harus dilakukan terlebih dahulu untuk menjemput rezeki.


Yang satu mempercayai, rezeki datang “begitu saja". Adapun yang lain bersikukuh akan pentingnya usaha.

Selisih paham tentang itu, antara lain, direpresentasikan oleh debat antara Imam Malik bin Anas dan muridnya, Imam Syafii. Yang satu mempercayai, rezeki datang “begitu saja". Adapun yang lain bersikukuh akan pentingnya usaha.

Pendiri mazhab fikih Maliki itu mendasarkan pendapatnya pada sebuah hadis Nabi Muhammad SAW, “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki, sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang keluar pada pagi dalam keadaan lapar, dan kembali pada sore dalam keadaan kenyang” (HR Tirmidzi).

“Bertawakal-lah kepada Allah, lakukan apa yang menjadi bagian kita,” kata Imam Malik dalam sebuah majelis.

Sementara itu, Imam Syafii memiliki pandangan yang berbeda. Murid Imam Malik itu menilai, ikhtiar atau upaya jangan sampai dinafikan. Saat sang guru menjelaskan perihal hadis tersebut, ia menimpali, “Wahai syekh, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan memperoleh rezeki dari Allah?”

Manusia lebih mulia daripada burung ataupun hewan lainnya. Sebab, Allah menganugerahkan kepadanya akal dan pikiran. Maka dari itu, lanjut sang pendiri mazhab fikih Syafii itu, untuk mendapatkan rezeki pun seseorang memerlukan kerja keras.

Singkatnya, rezeki tidak datang sendiri. Manusia harus mencarinya melalui suatu usaha.
Dialog di majelis itu berlalu.

Beberapa hari kemudian, di suatu daerah Imam Syafii melihat rombongan kafilah petani. Mereka bergerak ke sebuah kebun anggur. Rupanya, musim panen sudah tiba.

Imam Syafii tak hanya mengamati. Ia lantas mendekati seseorang dari rombongan tersebut untuk menawarkan jasanya. Setelah bernegosiasi dengan pemilik kebun, disepakatilah bahwa dirinya mendapatkan seikat anggur sebagai upah pekerjaannya.

Dalam hatinya, Imam Syafii bersyukur kepada Allah SWT. Utamanya bukan karena mendapatkan pekerjaan “dadakan” itu. Sebab, dengan upah yang nanti didapatkannya ia dapat membuktikan kebenaran argumentasinya di hadapan sang syekh, Imam Malik.

Beberapa jam berlalu, proses panen pun tuntas dikerjakan. Sesuai yang dijanjikan, Imam Syafii memperoleh seikat anggur dari si pemilik kebun. Setelah menghaturkan terima kasih, ia pun berjalan pulang ke kotanya.

Ia segera menjumpai Imam Malik yang kelihatannya baru saja keluar dari majelis ilmu. Gurunya itu tampak sedang duduk santai, menikmati udara sore. Setelah mengucapkan salam, Imam Syafii pun menuturkan pengalamannya.

Ia lalu memberikan seikat anggur itu kepada sang guru, seraya mengatakan, “Wahai syekh, seandainya saya tidak keluar rumah, berjalan ke daerah itu, dan ikut membantu para pekerja memanen kebun anggur, tentu saja seikat anggur ini tidak akan pernah sampai di tangan saya.”

Sambil menerima buah nan segar itu, Imam Malik pun berkata pelan, “Seharian ini aku di dalam madrasah saja, tidak ke mana-mana. Sesudah mengajar, pikir-pikir ‘Ah, alangkah nikmatnya jika di hari yang terik ini aku bisa memakan anggur.’ Tiba-tiba, engkau datang ke mari sambil memberikan seikat anggur ini untukku.”

“Bukankah ini berarti rezeki yang datang tanpa sebab? Aku cukup bertawakal kepada Allah, selanjutnya biar Allah yang membukakan jalan untukku,” sambung Imam Malik.
Mendengar itu, Imam Sya

Send a message to learn more

06/01/2024

Address

Haurgeulis
46264

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Haurgeulis kotaku tercinta posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share