18/11/2024
Hukum Ketertarikan (Law Of Attraction)
Bagian ke 2
Al-Qur'an Sumber Hukum Ketertarikan?
Mungkin Anda tercengang ketika membaca judul buku ini. Quranic Law of Attraction. Mungkin juga berbagai pertanyaan menari-nari di kepala Anda.
Benarkah Al-Qur'an telah menggali seluk-beluk Law of Attraction? Kalau memang benar, ayat-ayat apakah yang menguatkannya? Lalu, bagaimana mendayagunakan Al-Qur'an untuk menemukan kebahagiaan dan kesuksesan?
Apa yang Anda pikirkan juga terpikirkan dalam benak saya. Pada awalnya, saya menduga Al-Qur'an hanya berbicara mengenai surga dan neraka, landasan hukum fikih, kisah para nabi dan rasul beserta kaumnya, dan sebagainya.
Saya tak henti-hentinya menduga bahwa Al-Qur'an tidak mempunyai dampak yang luar biasa pada kehidupan seseorang. Buktinya, betapa banyak kita membaca Al-Qur'an tapi kita tak kunjung mengalami perubahan. Kalaupun ada, hanya segelintir orang.
Jarang sekali yang mengalami perubahan dengan hanya membaca Al-Qur'an.
Diam-diam, tanpa berpikir macam-macam, saya tersadar. Saya mulai penasaran mencari jawaban atas semua pertanyaan itu. Tanpa pikir panjang, saya berinisiatif mencari seluk-beluk Law of Attraction dalam Al-Qur'an. Di tengah malam saat ketenteraman hadir, saya membuka kembali file-file catatan harian saya, lalu saya ingat-ingat ajaran-ajaran Al-Qur'an yang terkait dengan jalan hidup saya. Saya sambungkan simpul-simpul catatan saya dengan mushaf Qurani.
Aha! Ternyata dugaan saya tepat. Hal-hal yang saya alami dalam kehidupan ini ternyata sesuai dengan hukum-hukum Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an. Saya merasakan apa yang saya jalani selama ini ternyata sudah tertulis dalam Al-Qur'an.
Sebagai contoh, ketika saya menjelek-jelekkan orang lain, eh, malah saya mendapatkan balasan dari Allah.
Saya pun dijelek-jelekkan oleh orang lain. Ketika saya memberikan sedekah pada peminta-minta, beberapa hari kemudian saya justru mendapatkan rezeki sepuluh kali lipatnya. Allah telah melipatgandakan rezeki yang kita syukuri.
Mungkin inilah sinyalemen Allah bahwa perbuatan buruk akan dibalas dengan keburukan p**a.
Begitupun, kebaikan akan berbalas kebaikan sesuai dengan prinsip Hukum Ketertarikan. Bahkan, Allah akan melipatgandakan ganjarannya dan meninggikan martabatnya.
Mengenai
Hukum
Ketertarikan, Al-Qur'an
telah memaparkannya dengan gamblang. Coba kita perhatikan salah satu ayat berikut ini.
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan, barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya," (Q.S. Az-Zalzalah [99]: 7-8).
Ayat di atas semakin memperkuat bahwa Hukum Ketertarikan telah ada sejak Al-Qur'an diwahyukan kepada Baginda Muhammad saw. Coba kita renungkan, selami, dan hayati maksud ayat di atas: kebaikan akan berbalas kebaikan, keburukan akan berbalas keburukan.
Betapa Allah telah mengingatkan kita untuk selalu berpikir positif (kebaikan) dan memancarkan kebaikan itu pada orang-orang di sekitar kita. Hasilnya, orang-orang sekitar kita atau alam semesta akan memberikan p**a kebaikannya pada diri kita. Kebaikan dibalas kebaikan.
Allah senantiasa memerintahkan kita untuk berlomba-lomba menebarkan kebaikan (fastabiqul-khairât). Allah sangat melarang kita berbuat keburukan (sayyiât) dan kerusakan (fasâd). Bahkan, kepada orang yang selalu berbuat jahat, kita pun harus bersikap baik padanya. Misalnya, kita diperintahkan melawan kejahatan "dengan cara yang lebih baik" (Q.S. Al-Mu'minun [23]: 96, Q.S. Fushshilat (41): 34), berdebat
"dengan cara yang baik" (Q.S. An-Nahl [16): 125).
Dalam setiap detik kehidupan, kita diarahkan untuk memancarkan cahaya kebaikan dan merembetkan getaran kebajikan ke alam semesta.
Dalam ayat lain, Allah telah mengukuhkan bahwa manusia seharusnya meyakini akan adanya Hukum Ketertarikan dalam kehidupan ini. Menarik bukan?
Masya Allah, mari kita simak firman Allah berikut ini.
"Dia-lah yang menjadikan bumi untukmu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (Q.S. Al-Mulk (67]: 15).
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Q.S. Al-Qashash [28]: 77).
Di manakah letak Hukum Ketertarikan kedua ayat
di atas? Mari kita telusuri...
Perhatikan penggalan ayatnya: Dia-lah yang menjadikan bumi untukmu yang mudah dijelajahi.
Pernyataan Allah ini didahului oleh pikiran positif.
Allah memberikan keyakinan pada kita bahwa hidup ini mudah, tidak susah. Kita tidak perlu memikirkan kesusahan dalam hidup. Rasakan bahwa hidup ini mudah. Dengan pernyataan tersebut, getaran positif telah terpancarkan ke alam sekitar.
Kemudian, Allah melanjutkan firmannya: jelajahilah!
Maksudnya, kita diperintahkan untuk berusaha dengan penuh hasrat atau keceriaan (bahwa hidup itu mudah).
Nah, dengan mengaktifkan hasrat atau rasa ceria ketika berusaha (mencari rezeki), sesungguhnya kita telah mengizinkan limpahan rezeki memasuki hidup kita. Ini sangat sesuai dengan Hukum Ketertarikan.
Setelah kita berusaha dengan penuh hasrat, Allah menutup ayat tersebut dengan sikap pasrah atau penyerahan diri pada Allah (tawakkal). Saat itu, kita semakin optimistis bahwa kita akan mendapatkan banyak rezeki dalam hidup. Mungkin, hari ini kita belum memperoleh rezeki sesuai harapan kita.
Namun, kita berserah pada-Nya bahwa Dia akan selalu melancarkan rezeki dalam hidup. Kita hanya membutuhkan keyakinan kuat dengan berpikir positif, berusaha, dan memasrahkan hasil akhir kepada-Nya.
Pada gilirannya, di suatu titik tertentu, kita akan mendapatkan banyak nikmat kekayaan. Bahkan, kita pun menjadi lebih bahagia dengan kekayaan itu.
Perhatikan ayat berikutnya, berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sangat jelas sekali, bukan? Ada hubungan sebab akibat: kebaikan dibalas kebaikan. Dari pernyataan tersebut, sudah jelas ayat ini menguatkan Hukum Ketertarikan di alam semesta.
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan manakala seluruh kehidupan kita telah tergambar di dalam Al-Qur'an. Tinggal bagaimana cara kita menemukan kehidupan kita itu dalam Al-Qur'an. Boleh jadi kehidupan Anda pun demikian: tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah tertulis dalam Al-Qur an.
Jangan-jangan, setiap derap dan pola kehidupan yang Anda lalui sudah tertulis dengan jelas di dalamnya. Maka, jika Anda mau mengkaji Al-Qur an, besar kemungkinan Anda akan mendapatkan rumusan kebahagiaan untuk hidup yang akan datang. Anda akan lebih memahami bagaimana menjalani kehidupan ini. Anda pun akan mengerti bagaimana menggunakan Hukum Ketertarikan yang terkandung dalam Al-Qur' an.
Al-Qur'an memberikan banyak informasi untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Al-Qur'an bukan sekadar omong kosong belaka. Saya sendiri, alhamdulillah, telah merasakan cahaya Al-Qur'an dalam kehidupan ini. Saya pun ingin membagikannya kepada Anda melalui buku ini.
Selama ini, saya merasakan bahwa Al-Qur'an memberikan energi dalam kehidupan. Setiap kali selepas membaca Al-Qur'an, hati nurani saya bertambah cerah. Kehidupan saya yang carut-marut, tidak keruan, mulai membaik. Rezeki saya yang pas-pasan mulai tercukupi. Keadaan keluarga saya pun menjadi harmonis. Al-Qur'an seolah-olah menarik jiwa saya menuju kebahagiaan dalam kehidupan ini. Saya seperti dihujani kebahagiaan yang berlimpah.
Sebelum saya mengakrabi Al-Qur'an, hidup saya tidak punya arah. Hari demi hari yang terus berganti, seakan-akan membuat saya seperti robot kehidupan.
Makan, kerja, dan tidur secara kaku. Kekayaan yang saya miliki terasa tidak ada artinya. Hidup punya banyak harta, tapi kebahagiaan tak kunjung menyelinap dalam hati ini. Saya mengalami krisis kebahagiaan.
Gaji yang saya peroleh tiba-tiba habis entah ke mana.
Bahkan, sering kali saya merasa sangat kekurangan.
Dalam keadaan seperti itu, hati nurani saya menjerit-jerit.
Alhamdulillâh, setelah memaknai hidup dengan Al-Qur'an, saya mulai menyuntikkan energi dan kekuatannya ke dalam jiwa saya. Alhasil, sekarang ini, saya bertambah bahagia. Bahkan, ketika permasalahan datang bertubi-tubi, ketenangan saya tak terusik.
Tumakninah bersemayam dalam hati saya. Apa yang mesti ditakutkan? Bukankah Al-Qur'an menyediakan segala jawaban problematika hidup ini? So, mengapa mesti stres? Mengapa mesti takut menjalani hidup?
Enjoy aja lagi!
Terus terang, jika kita benar-benar menyuntikkan energi Al-Qur'an ke dalam jiwa, semua permasalahan dalam hidup niscaya punya jalan keluar. Kita, rasa-rasanya, sangat mudah menghadapi hidup ini.
Anehnya, ada-ada saja keajaiban yang kita peroleh.
Tidak disangka-sangka, eh, dapat hadiah mobil. Atau, kita tak pernah menyangka, eh, tetangga dekat kita memberikan pinjaman saat kita merasakan himpitan ekonomi. Justru dengan dekatnya diri Anda pada Al-Qur'an, insya Allah, jalan keluar pasti Anda dapatkan.
Pesan Allah teramat jelas, yakni bertakwalah niscaya kita akan memperoleh solusi dalam hidup.
Tak perlu khawatir, Anda yang selama ini belum mendapatkan kekayaan, kesuksesan, dan kebahagiaan, sekaranglah saatnya Anda untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an, kemudian Anda manfaatkan energinya untuk menghidupkan kebahagiaan Anda.