25/10/2020
๐บ๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐๐๐๐
Hallo teman".... Seperti janji saya kemarin ya, pembahasan kali ini tentang Perbedaan B2B dan B2C... Yuk disimak
๐ฃ๐ฒ๐ฟ๐ฏ๐ฒ๐ฑ๐ฎ๐ฎ๐ป ๐๐ฎ๐ ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐๐ฎ๐
Perbedaan antara B2B dan B2C tidak cukup untuk Anda ketahui. Anda perlu memahami perbedaan antara keduanya. Perbedaan inilah yang akan ikut mempengaruhi strategi marketing yang dijalankan, antara lain :
โฬ
๐ง๐ฎ๐ฟ๐ด๐ฒ๐ ๐ฎ๐๐ฑ๐ถ๐ฒ๐ป๐ ๐ฎ๐๐ฎ๐ ๐ฝ๐ฎ๐๐ฎ๐ฟ
โฬ
๐๐๐บ๐น๐ฎ๐ต ๐ฝ๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฒ๐น๐ถ๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ต๐ฎ๐ฟ๐ด๐ฎ
โฬ
๐ ๐ผ๐๐ถ๐๐ฎ๐๐ถ
โฬ
๐ฃ๐ฒ๐บ๐ฏ๐๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ธ๐ฒ๐ฝ๐๐๐๐๐ฎ๐ป
โฬ
๐๐๐ฏ๐๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐ฝ๐ฒ๐ป๐ท๐๐ฎ๐น ๐ฑ๐ฒ๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐ฝ๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฒ๐น๐ถ
โฬ
๐ฃ๐ฒ๐ฟ๐๐ฎ๐ถ๐ป๐ด๐ฎ๐ป
โฬ
๐ฆ๐๐ฟ๐ฎ๐๐ฒ๐ด๐ถ ๐บ๐ฎ๐ฟ๐ธ๐ฒ๐๐ถ๐ป๐ด
1. ๐ง๐ฎ๐ฟ๐ด๐ฒ๐ ๐ฎ๐๐ฑ๐ถ๐ฒ๐ป๐ ๐ฎ๐๐ฎ๐ ๐ฝ๐ฎ๐๐ฎ๐ฟ
Dilihat dari namanya, B2B dan B2C jelas memiliki target pasar yang berbeda.
B2B menyasar pelaku-pelaku bisnis, sedangkan B2C menargetkan pembelian oleh konsumen perorangan.
Dari sini saja terlihat bahwa perbedaan B2B dan B2C begitu besar.
Secara jumlah, prospek pasar B2B cenderung kecil. Bisa dibilang begitu karena jumlah pengusaha atau produsen pastinya lebih kecil dibandingkan konsumennya. Itu mengapa B2B memiliki potensi penjualan yang kecil dan spesifik.
Lain halnya dengan B2C yang menargetkan konsumen. Potensi pasar B2C sangat luas dan kemungkinannya hampir tak terbatas. Bayangkan apa saja barang yang bisa dijual ke 271 juta jiwa (menurut BPS Indonesia) penduduk Indonesia? Banyak sekali bukan? Inilah yang disebut sebagai kemungkinan yang tak terbatas.
2. ๐๐๐บ๐น๐ฎ๐ต ๐ฝ๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฒ๐น๐ถ๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ต๐ฎ๐ฟ๐ด๐ฎ
Dalam marketing, siapa yang membeli ikut mempengaruhi jumlah barang yang dibeli berikut juga harganya. Untuk B2B misalnya, tidak perlu menjual barang dalam jumlah besar untuk mendapatkan omzet tinggi. Karena pada dasarnya, harga per unit pada model B2B sudah sangat tinggi.
Berbeda halnya dengan marketing B2C. Model satu ini mengharuskan Anda menjual produk dalam jumlah besar untuk memaksimalkan omzet. Tak lain, ini karena harga barang per unitnya sudah sangat murah. Ditambah, tak banyak orang yang membeli barang-barang retail dalam jumlah besar.
3. ๐ ๐ผ๐๐ถ๐๐ฎ๐๐ถ
Anda perlu memahami motivasi pembeli.
Memaksimalkan keuntungan, efisiensi pekerjaan, dan investasi โ setidaknya itulah motivasi yang dimiliki pembeli B2B. Klien membeli barang bukan untuk memenuhi kebutuhan emosional. Justru sebaliknya, pertimbangan logis lah yang mendominasi alasan pembeli produk B2B. Prinsip utama pembeli B2B kira-kira begini, kenapa dibeli kalau itu tak menguntungkan?
Di sisi lain, motivasi pembeli barang-barang B2C sangatlah beragam. Bisa jadi pelanggan membeli karena ingin mencoba produk baru, memanfaatkan momen promo, menyukai produk yang dimaksud, membelikan barang untuk hadiah, alasan prestise, dan sebagainya. Apapun alasannya, bisa dikatakan kalau motivasi mereka didasarkan pada sisi emosi.
Kalau pun pembeli menggunakan pertimbangan logis โ membandingkan harga dan komposisi โ pembeli B2C hanya akan memakai produk untuk kebutuhannya sendiri. Mereka tidak akan terpikir untuk menjual produk itu kembali.
4. ๐ฃ๐ฒ๐บ๐ฏ๐๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ธ๐ฒ๐ฝ๐๐๐๐๐ฎ๐ป
Klien bisnis B2B adalah klien bisnis yang logis. Klien ini perlu mempertimbangkan banyak hal serta keuntungan jangka panjang sebelum membeli produk. Maka tak jarang, ada banyak pihak yang dimintai pertimbangan.
Lain lagi dengan pembeli produk B2C. Karena produk yang akan dibeli digunakan dalam lingkup yang sempit dan personal, pembuatan keputusan dilakukan secara individu. Kalau pun ada pertimbangan dari orang lain, pertimbangan yang diberikan pun tidak akan serumit B2B. Hasilnya, pembeli produk retail lebih cepat dalam membuat keputusan sebelum pembelian.
5. ๐๐๐ฏ๐๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐ฝ๐ฒ๐ป๐ท๐๐ฎ๐น ๐ฑ๐ฒ๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐ฝ๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฒ๐น๐ถ
Praktik bisnis B2B dan B2C memiliki hubungan antara penjual dan pembeli yang berbeda. Sifat kontras ini sedikit banyak dipengaruhi oleh motivasi dan proses pembuatan keputusan.
Dalam kasus B2B, misalnya. Proses yang panjang dan rumit membuat klien B2B bisnis cenderung menjalin hubungan jangka panjang dengan supplier-nya. Sekali klien merasa puas dan cocok dengan kualitas produk serta pelayanan, klien B2B kemungkinan akan terus memakai supplier tersebut. Bisa dikatakan reputasi dan pengalaman menjadi faktor penting bagi kesuksesan bisnis B2B.
Hal di atas sangat berbeda dengan hubungan B2C. Motivasi personal dan pengambilan keputusan yang cepat membuat hubungan pembeli dan penjual berlangsung jangka pendek. Ditambah, ada banyak pilihan produk dan promo di pasaran. Ini menyebabkan pelanggan bisa dengan mudah berpindah ke satu produk ke produk lainnya. Tak aneh jika salah satu tantangan bisnis B2C adalah meningkatkan loyalitas pelanggan.
6. ๐ฃ๐ฒ๐ฟ๐๐ฎ๐ถ๐ป๐ด๐ฎ๐ป
Dilihat dari banyaknya pelaku bisnis, B2B memiliki tingkat persaingan yang sedikit rendah. Model B2B belum banyak diminati di Indonesia. Sehingga pelaku-pelakunya kebanyakan merupakan orang-orang lama.
Namun, persaingan sesungguhnya bagi B2B adalah soal reputasi dan koneksi. Untuk mendapatkan klien, pemilik bisnis B2B harus meningkatkan reputasinya. Entah itu dari pengetahuan dan keahlian maupun portofolio serta pengalaman melayani klien-klien lainnya.
Reputasi tidak akan meningkat jika tidak memiliki koneksi. Dari mana B2B bisa mendapatkan pengalaman jika belum pernah meng-handle klien? Tapi, tanpa reputasi B2B pun tidak akan memiliki tambahan koneksi. Sedikit rumit, bukan?
Berbeda halnya dengan B2C. Dilihat dari banyaknya pelaku bisnis, B2C tentu memiliki tingkat persaingan yang amat tinggi. Persaingan terjadi dalam berbagai sektor dan skala. Mulai dari perusahaan kelas kakap sampai industri rumahan.
Maka tak aneh jika banyak B2C mempromosikan produknya secara besar-besaran. Terkadang dengan merilis produk baru, memilih brand ambassador, dan bahkan membuat promo serta diskon. Semuanya dilakukan untuk mempengaruhi pelanggan agar membeli produk B2C.
7. ๐ฆ๐๐ฟ๐ฎ๐๐ฒ๐ด๐ถ ๐บ๐ฎ๐ฟ๐ธ๐ฒ๐๐ถ๐ป๐ด
B2B kerap menggunakan strategi marketing untuk meningkatkan reputasinya. Biasanya, B2B menggunakan media untuk menampilkan berbagai konten dan portofolionya. Cara ini akan meyakinkan calon klien bahwa sebuah bisnis memang memiliki keahlian di bidang tersebut. Bisnis semacam ini juga memiliki public relation khusus untuk melakukan lobi ke klien-klien yang diincar.
Strategi tersebut sedikit berbeda dengan B2C. Meski sama-sama membutuhkan reputasi, bisnis B2C mewujudkannya dengan cara berbeda. Bisnis yang langsung menyasar konsumen biasanya akan menggunakan strategi marketing yang bersifat emosional. Artinya, konsumen bisa saja dibuat merasa senang, sedih, atau bangga hingga akhirnya membeli produk yang diiklankan. Selain itu, banyak bisnis B2C yang gencar melakukan promosi dan diskon.
๐ฑ๐๐
๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐โ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ Dunia Digital ๐๐๐๐...
๐ณ๐๐๐, ๐ช๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐
๐บ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐...
Selanjutnya saya akan bahas tentang ๐๐๐๐ ๐ด๐๐๐ขโ ๐ต2๐ต ๐๐๐๐๐๐ก๐๐๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ต๐๐ ๐๐๐ ๐ด๐๐๐... Akhir kata saya ucapkan terima kasih ya temen", sampai ketemu di pembahasan selanjutnya...๐ค๐ค๐ค
Cari Hosting Murah ??? Yuk order disini aja --->>> https://panel.niagahoster.co.id/ref/374679?r=hosting-murah