SEJARAH SINGKAT GEREJA HKBP CIMAHI
RESSORT JL. SISINGAMANGARAJA
Gereja HKBP Cimahi dibentuk pada tanggal 25 Mei 1953 di awali dengan jumlah anggota jemaat kurang lebih 20 kepala keluarga. Mereka umumnya merupakan orang-orang Batak perantauan generasi pertama yang datang ke kota Cimahi dengan tokoh utama bapak Gr. R. Sitorus yang pada saat itu dipilih menjadi Guru Huria pertama yang di dampingi oleh tokoh lain yang sekaligus juga menjadi anggota Parhalado pertama yaitu St. Situmeang, St. Major B. Hutagalung, St. Tarihoran, St. J.M. Sinurat, St. D. Sinaga, St. PM Siregar, St. Marbun, Letnan Radjagukguk, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sebelum Gereja HKBP didirikan, orang-orang Batak yang ada di Cimahi, umumnya mengikuti kebaktian dan menjadi anggota jemaat Gereja Kristen Pasundan, yang didirikan pada tahun 1952 di Cimahi, tetapi setelah keluarga-keluarga Batak bertambah banyak dan merasa mampu, mereka memisahkan diri dan membentuk HKBP Cimahi, jemaat GKP pada saat itu merasa kehilangan karena jemaatnya berkurang, yang pada saat itu juga jumlahnya masih sedikit1.
Gereja HKBP Cimahi pada mulanya menjadi Huria pagaran dari Gereja HKBP Bandung (Sekarang ini HKBP Jl. Martadinata) yang pada saat itu dipimpin/dilayani oleh Bapak Pdt. M. Pakpahan, tetapi sering p**a dilayani oleh Bapak Pendeta Pattinasarani, Pdt. P. Lumban Toruan dan Pdt. Washinton Simanjuntak dari C.P.R.A.D. (Corps Pelayanan Rohani Angkatan Darat) dari Kodim, dimana mereka banyak menyemangati dan mendorong pembentukan Gereja ini.
KEBERADAAN GEREJA LAIN DI CIMAHI
Sebelumnya di daerah Cimahi disamping GKP telah berdiri beberapa Gereja seperti Gereja Katolik di Baros, Gereja Protestan di Pasir Komeli, Gereja Elim di Gg. Lurah, Gereja Pingster Beweging di jalan Babakan, dan Christelyke Militer Thuis khusus untuk militer yang berbahasa Belanda2. Pada akhir tahun 50 keberadaan sebuah Gereja yang patut di catat adalah keberadaan persekutuan (parmingguan) yang dilakukan oleh orang-orang Batak di Cimahi yang menjadi cikal bakal terbentuknya HKBP Jalan Lurah Cimahi, sebab keberadaan Gereja (parmingguon) ini memiliki keterkaitan dengan HKBP Cimahi.
Keberadaan dari persekutuan ini bermula dari anggota Batalyon 316 yang dikirim oleh pemerintah Indonesia sekitar tahun 1950 untuk bertugas di Jawa Barat sejumlah kurang lebih 1.000 anggota3. Sebagian dari para anggota ini pada saat yang hampir bersamaan dengan pembentukan HKBP Cimahi telah membentuk Gereja dalam bentuk persekutuan atau parmingguan di Daerah Garut dan Cililin dimana mereka bertugas dengan tokoh utama bapak St. L. Sianturi. Parmingguon ini sama seperti Gereja HKBP Cimahi menjadi bagian pelayanan Gereja HKBP Bandung.
Setelah tugas anggota Batalyon 316 selesai, kegiatan Gerejani yang sudah dilakukan di Garut dan Cililin dilanjutkan di Cimahi dengan membentuk parmingguon di Jalan Lurah Cimahi tepatnya di Kantor/balai desa Cimahi (sekarang Kantor Kelurahan Mekar), pada tahun 1958, kemudian pada tahun 1959 pindah ke sebuah bangunan bekas Gudang milik toko Ambarawa yang terletak di jalan lurah Cimahi yang sekarang menjadi Gereja HKBP Cimahi, yang berarti pada saat itu disamping keberadaan Gereja HKBP Cimahi ada sebuah parmingguon di jalan lurah (yang pada akhirnya ini menjadi Gereja HKBP Jl. Lurah) yang sebahagian besar anggotanya adalah mantan anggota batalyon 316. Tetapi tidak dapat dipungkiri ada beberapa dari anggota Batalyon 316 yang kemudian bergabung ke HKBP Cimahi. Beberapa diantaranya dan menjadi tokoh HKBP Cimahi Adalah Bapak St. L. Sianturi yang pada akhimya pemah menjadi wakil guru Huria di HKBP Cimahi sekitar tahun 1976 -1985, dan Bapak St. A. Siagian salah satu anggota Parhalado yang pensiun, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
USAHA PENGGABUNGAN
Mengingat dan mencermati keanggotaan kedua Gereja ini yang tidak begitu besar jumlah anggotanya. Dahulu tepatnya pada tahun 1960, pernah ada usaha untuk menggabungkan anggota kedua Gereja menjadi satu yang diprakarsai oleh Bapak St. T. Simangunsong, Bapak St. Simanungkalit dan Pendeta M. Marpaung, dan Parhalado yang lain yang dilakukan melalui sebuah pesta partangiangan untuk berjanji akan bersatu. Tetapi barangkali Tuhan menghendaki lain dimana harus terbentuk dua Gereja HKBP di Cimahi yang pada kenyataannya memang kedua Gereja sekarang ini cukup berkembang, paling tidak dilihat dari jumlah anggota dan sudah memiliki gedung Gereja sendiri yang pada akhimya menjadi satu Ressort.
PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA GEREJA
1. Pembelian Gedung Unasco
Pada saat berdirinya Gereja ini belum memiliki gedung Gereja, Baru pada tahun 1975 melalui usaha Panitia Dana Gereja yang dibentuk pada saat itu Gereja membeli sebuah gedung yaitu gedung kesenian Unasco seharga kurang lebih Rp. 7 juta yang terletak di jantung kota Cimahi tepatnya di daerah alun-alun, di depan sebuah mesjid yang pada saat ini telah menjadi sebuah mall yaitu Cimek (cimahi mekar).
Pada saat itu HKBP Cimahi masih satu ressort atau bagian dari ressort Bandung jalan Martadinata. Tetapi pada tahun 1976 HKBP Cimahi menjadi satu ressort dengan Jemaat Induk HKBP Jalan Lurah, bersama dengan HKBP Bandung Barat dengan Kantor Ressort di HKBPJl. Lurah.
Hingga sampai tahun 1982 dengan kondisinya yang sederhana, yang menyerupai sebuah gudang yang tentu saja tidak begitu rapi, gedung ini dipakai sebagai tempat kebaktian dan kegiatan-kegiatan Gereja lainnya.
2. Pembangungan Gereja Jl. Sisingamangaraja Cimahi (1982)
Sejalan dengan semakin banyaknya orang Batak yang datang ke Cimahi yang mengakibatkan semakin banyaknya anggota Gereja Cimahi dan pertumbuhan kota Cimahi yang semakin ramai, kemudian Walikota Cimahi menyarankan agar tidak memakai gedung Unasco sebagai tempat kebaktian (Gereja) dan mencari tempat lain, dengan alasan selain berada di pusat kota dan berdekatan dengan sebuah mesjid kurang begitu nyaman menjadi sebuah Gereja.
Pada saat itu kebetulan ada seorang anggota masyarakat yang berminat untuk membeli tanah dan gedung tersebut dengan rencana untuk membangun tempat pembelanjaan. Maka di juallah gedung tersebut dengan harga kurang lebih 40 juta. Hasil penjualan tanah dan gedung tersebut berdasarkan saran dari Walikota agar digunakan untuk membeli tanah di pojok Jl. Sisingamangaraja yang di atasnya kemudian didirikan bangunan Gereja yang proses pembangunannya dilakukan oleh pihak pembeli dan HKBP sebagai pemakai (tukar guling).
3. Peresmian Gereja Oleh Ephorus (1983)
Menyadari bahwa di dalam pembangunan gedung Gereja secara manusiawi merupakan proses yang sulit, dan keberhasilannya tidak akan di dapat tanpa adanya campur tangan Tuhan, maka selesainya pembangunan Gereja, dilakukanlah sebuah Pesta Peresmian/Pangompoion yang dipakai sebagai sarana untuk mengucap syukur pada Tuhan atas berkatnya terhadap semua jemaat yang berhasil membangun Gereja dan sekaligus untuk mengukuhkan eksistensinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Gereja HKBP secara keseluruhan.
Untuk tujuan di atas pada tahun 1983 dilakukanlah Pesta Peresmian/Pangompoion yang mengundang berbagai pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam. pembangunan Gereja, melalui pembentukan Panitia yang dipimpin oleh Bapak St. CH. Sitindaon. Ketika itu hadir Ephorus HKBP Ds. G. H. M. Siahaan, Bapak Praeses Jawa Kalimantan, para Pendeta HKBP yang ada di Jawa Barat, Perwakilan pemerintah Kotip Cimahi dan perwakilan dari Gubernur jawa Barat.
4. Perluasan Lahan Gereja (1992)
Sudah barang tentu prasarana (dalam bentuk lahan) Gereja menjadi hal yang penting untuk mengantisipasi perkembangan jemaat yang semakin besar pada masa yang akan datang. Untuk itu pada tahun 1992 Gereja membeli tanah yang terletak dibagian belakang Gereja seluas 35 tumbak dari penduduk setempat yang kebetulan pemiliknya pada saat itu menjualnya. Dana untuk pembelian lahan tersebut dilakukan melalui pengump**an dana dari anggota melalui pelaksanaan pesta Huria yang dimotori Parhalado bersama dengan panitia pembangunan yang pada saat itu dipegang oleh Bapak Mayor T. Simanungkalit, yang diatasnya saat ini berdiri gedung sekolah minggu.
5. Pembangunan Aula Gereja (1993)
Pada saat Gereja dibangun tahun 1982, disamping gedung utama Gereja disisi sebelah kanan (utara) Gereja dibuat p**a sebuah ruangan yang ukurannya relatif kecil yang pada saat itu dapat dipakai sebagai kantor dan tempat tinggal dimana ketika itu sempat dipakai sebagai tempat tinggal sementara dari seorang anggota Parhalado yang melayani sebagai Diakonis Ibu Iramin br. Siburian dan Bvr. Ibu Boru Siagian.
Kemudian pada tahun 1993 mengingat semakin banyaknya kegiatan seperti kegiatan NKHBP, Punguan Ina, Ama, Sekolah minggu, bangunan ini direnovasi dan diperluas dengan maksud agar penggunaannya dapat lebih luas yang digunakan untuk kantor Gereja sekaligus bilut parhobasan Parhalado, ruang pertemuan untuk rapat-rapat, kegiatan latihan paduan suara NHKBP, Punguan Ina, Punguan Ama dan lain-lain dan juga tempat kebaktian pada-waktu-waktu tertentu bilamana peserta kebaktian tidak muat di gedung utama Gereja seperti pada hari besar Kristen seperti hari Raya Natal, Hari Raya Paskah, dan disamping penggunaan seperti di atas sering p**a dipakai sebagai tempat acara pesta seperti pesta Natal Punguan Marga dari anggota Jemaat, Pesta adat dalam ukuran kecil oleh anggota jemaat
6. Perluasan Lahan dan Pembangunan Bilut Partangiangan Gereja (1994)
Pada tanggal 12 april 1994 dibawah koordinasi Ketua Pembangunan dilakukan pesta Huria untuk mengumpulkan dana membeli seluas tanah untuk meluruskan lahan milik Gereja disisi kiri (selatan) kearah belakang.
Melalui pesta ini terkump**ah dana yang dapat membeli lahan tambahan seluas kurang lebih 5 tumbak seharga Rp. 7 juta, sehingga lahan milik Gereja bertambah luas dalam bentuk persegi dan sekaligus dapat digunakan sebagai jalan kearah belakang yang dapat dipakai sebagai tempat parkir kenderaan
Selanjutnya mengingat anggota jemaat yang semakin banyak, kegiatan yang semakin meningkat yang terlihat dan semakin penuhnya Gereja sehingga gedung aula seringkali dipakai sebagai tempat kebaktian untuk menampung anggota jemaat yang tidak tertampung di gedung utama, rapat-rapat, acara-acara pesta kecil, dirasakan perlu memperluas Bilut Partangiangan maka pada bulan Desember tahun 1994 dilakukan perluasan bilut partangiangan yang hingga sampai saat ini masih digunakan, kearah belakang gedung utama Gereja yang ada saat ini.
7. Pembangunan Gedung Sikola Minggu (1996)
Menyadari anak-anak sekolah minggu sebagai generasi penerus yang perlu dibina agar kelak menjadi anak-anak yang sikap dan perilakunya sesuai dengan pesan Kristus, kemudian semakin banyaknya jumlah anak-anak yang berbeda usia, kelas, sejalan dengan pertumbuhan anggota ruas yang semakin besar dimana untuk pembinaan diperlukan pemisahan antara kelompok usia sesuai dengan kelasnya di sekolah formal, memerlukan sarana dan prasarana untuk pendidikan mereka, maka Parhalado huria bersama-sama dengan anggota ruas mengadakan perencanaan melalui suatu rapat dalam rangka pembangunan gedung sekolah minggu di lahan yang tersedia di belakang Gereja untuk mengumpulkan dana yang diperlukan dalam pembangunan Gedung Sekolah Minggu tersebut dilakukan melalui Dinner party ,tok-tok ripe, Pesta Kebangunan Sekolah Minggu, malam dana I dengan mengundang para artis di gedung Saparua, Malam Dana II di Ball Room Hotel Papandayan Bandung (4 Oktober 1997).
8. Perluasan Lahan (tahun 1998)
Kelebihan Dana yang diperoleh dari rangkaian kegiatan pencarian dana untuk gedung sekolah minggu selanjutnya sebagian digunakan untuk membeli lahan disebelah kiri gedung sekolah minggu pada tahun 1998 seluas 22 tumbak Lahan tambahan yang dibeli tahun l998 sedang dilakukan penembokan.
9. Renovasi Gereja (Tahun 2000)
Penyempurnaan gedung Gereja dipikirkan menjadi suatu keharusan untuk meningkatkan pelayanan terhadap umat maka pada tahun 2000 melalui mobilisasi dana dari ruas, pesta huria Gereja direnovasi dalam bentuk Flafon Gereja di naikkan atau ditinggikan dan diperluas kesamping sebagaimana dengan keadaan pada saat ini.
10. Perluasan Lahan (2003)
Dengan pertimbangan bahwa semakin luas sarana yang dimiliki Gereja akan semakin baik dalam upaya pengembangan umatnya. Untuk itu selanjutnya direncanakan akan membeli lahan yang terletak disamping sebelah kiri Gereja.
Untuk itu rencana pesta Jubileum tahun 2003 disamping bertujuan untuk melakukan pesta olop-olop dan mengucapkan terima kasih pada Tuhan atas berkatnya HKBP Cimahi telah berdiri selama 50 tahun adalah juga untuk membeli tanah sebelah kiri Gereja seluas kurang lebih 20 tumbak.
11. Perluasan Lahan dan Pembangunan Rumah Dinas Gereja (2005)
Pada akhir tahun 2004 Gereja membeli/memperluas lahan kearah samping sebelah selatan dan pada tahun 2005 menambah assetnya dengan membangun sebuah Rumah Gereja yang nantinya dapat digunakan oleh Pendeta dalam upaya meningkatkan pelayanannya terhadap umat.
PERKEMBANGAN ANGGOTA DAN ANGGOTA MAJELIS (PARHALADO)
A. KEADAAN DAN PERKEMBANGAN ANGGOTA.
Perkembangan anggota Gereja HKBP Cimahi dari tahun ke tahun dari sejak pendirian Gereja ini meningkat secara terus menerus. Perkembangan ini dapat dipastikan sejalan dengan pertumbuhan orang Batak yang berdomisili di Kota Cimahi dan sekitamya.
Pada saat ini anggota Gereja HKBP Cimahi sejumlah kurang lebih 450 KK (Oktober 2006) yang diawali pada saat pembentukan kurang lebih 20 KK. Kemudian berkembang tahun demi tahun sejalan dengan pertumbuhan penduduk orang Batak yang ada di Cimahi sebagaimana ditunjukan dalam tabel 1.
Tabel 1 : Perkembangan Anggota HKBP Cimahi
Tahun Jumlah
1953 20 KK
1960 50 KK
1965 70 KK
1970 90 KK
1975 130 KK
1980 160 KK
1990 200 KK
1995 275 KK
2000 310 KK
2003 340 KK
2004 375 KK
2005 412 KK
Oktober 2006 450 KK
B. KEADAAN DAN PERKEMBANGAN PARHALADO
Kepimimpinan dalam lingkungan Gereja HKBP kita kenal dengan Parhalado sebagai sebuah team yang di dalamnya adalah Bapak Pendeta, Guru jemaat ( guru huria), dan para Penatua (Sintua), dengan tugas memimpin kebaktian, mengurus asset Gereja, melakukan pembinaan pada anggota dan lain-lain yang pembagian tugas dilakukan secara fleksibel sebagaimana aturan HKBP. Kemudian kepemimpinan lainnya adalah para pengurus seksi-seksi yang sengaja dibentuk untuk membantu Parhalado dalam tugas-tugas khusus seperti ketua Pembangunan, ketua seksi Ama, ketua seksi Ina, Ketua NHKBP, dan guru-guru Sekolah Minggu.
PENDETA.
Sejauh ini para Pendeta yang pemah bertugas memimpin dan melayani di Gereja HKBP Cimahi dari sejak pembentukan hingga sampai saat ini, diantaranya adalah:
1. Pendeta M. Pakpahan,
2. Pendeta M. Marpaung,
3. Pendeta F. Simatupang,
4. Pendeta R. Sihombing, Bapak Pdt. M.Pakpahan, Pdt. M. Marpaung, Pdt. F. Simatupang, Pdt. RSihombing, melayani di HKBP Cimahi, ketika HKBP Cimahi masih bagian dari ressort Bandung, sampai sekitar tahun 1976,
5. Pendeta P. Sirait STh, SH. Pendeta resort pertama HKBP Cimahi yang meliputi HKBP Cimahi jalan Lurah, HKBP Jalan Sisingamangaraja, dan HKBP Bandung Barat,
6. Pendeta W.D. Sipahutar. Pendeta Resort yang kedua meliputi HKBP Jalan Lurah, HKBP Jalan Sisingamngaraja dan HKBP Bandung Barat,
7. Pendeta R. Lumban Raja. Pembantu pendeta ressort HKBP Cimahi dan Bandung Barat, Pendeta E. Simbolon . Pendeta Ressort yang ke tiga HKBP Jalan Lurah, HKBP Jl. Singamangaraja, dan HKBP Bandung Barat,
8. Pendeta ASP. Hutauruk. Pembantu pendeta ressort HKBP Cimahi dan Bandung Barat,
9. Pendeta D.P Panjaitan. Pendeta ressort yang ke empat yang meliputi HKBP Jalan Lurah dan Jalan Singamangaraja (HKBP Bandung Barat menjadi satu resort),
10. Pendeta J. B. H. Sianipar. Pendeta resort HKBP Cimahi pada saat ini yang meliputi HKBP Jalan Lurah dan HKBP Jalan Sisingamangaraja,
11. Pendeta N. A. Silalahi, STh. Secara khusus memimpin Gereja HKBP Cimahi yang merupakan pimpinan Jemaat pada saat ini.
Guru Huria.
Dari awal pembentukan Gereja HKBP Cimahi Guru Huria yang merupakan penugasan dari kantor pusat yang memiliki pendidikan khusus sebagai Guru Huria HKBP belum pernah memimpin dan melayani di Gereja ini. Selama ini Guru Huria dipegang oleh seorang wakil Guru Huria.
Selama 50 tahun ini wakil Guru Huria yang yang pemah bertugas di HKBP Cimahi jalan Sisingamangaraja hingga sampai sekarang adalah :
1. Bapak Gr. R. Sitorus.
2. Bapak St. Simanungkatit.
3. Bapak St. A Simanungkatit.
4. Bapak St. Nababan.
5. Bapak St. L. Sianturi.
6. Bapak St. IM. Sitorus (1995-1999).
7. Bapak St. Dj. Radjagukguk. (1999-2004).
8. Bapak St. N. Sinaga (2004)
SINTUA (PENATUA).
Sampai saat ini para Sintua yang pernah melayani di Gereja HKBP Cimahi baik yang masih aktif dan yang sudah pensiun serta sebagian telah meninggal dunia adalah :
1. Gr. Sitorus. Melayani sejak tahun limah puluhan hingga sampai tahun tujuh puluhan,
2. St. Situmeang. Melayani sejak tahun lima puluhan sampai tahun enampuluhan,
3. St. J.M Sinurat. Melayani sejak tahun lima puluhan sampai tahun enampuluhan,
4. St. Mayor. B. Hutagalung. Melayani sejak tahun limah puluhan sampai tahun enam puluhan,
5. St. Tarihoran. Melayani sejak tahun lima puluhan sampai tahun enampuluhan,
6. St. D. Sinaga. Melayai sejak tahun lima puluhan sampai enampuluhan,
7. St. P.M. Siregar. Melayani sejak tahun lima puluhan sampai tahun enampuluhan,
8. St. Marbun. Melayani sejak tahun lima puluhan sampai tahun enampuluhan,
9. St. Nababan. Melayani sejak tahun lima puluhan sampai tahun tujuh puluhan,
10. St. Simanungkalit. Melayani sejak tahun limah puluhan hingga sampai tahun tujuh puluhan,
11. St. Napitupulu. Melayani sejak tahun lima puluhan hingga sampai tahun tujuh puluhan,
12. St. Siringo-ringo. Melayani sejak tahun lima puluhan hingga tahun tujuh puluhan,
13. St. S.B. Pasaribu. Melayani sejak tahun lima puluhan hingga tahun tujuh puluhan,
14. St. A. Simanungkalit. Melayani sejak tahun lima puluhan hingga sampai tahun tujuh puluhan,
15. St. P. Sianturi. Melayani sejak tahun enam puluhan sampai tahun tujuh puluhan,
16. St. Dj. Sitorus. Melayani sejak tahun enam puluhan hingga tahun tujuh puluhan,
17. St. P. Silalahi. Melayani sejak tahun enam puluhan hingga sampai tahun tujuh puluhan,
18. St. L. Sianturi. Melayani sejak tahun enam puluhan sampai tahun sembilan puluhan,
19. St. I.M. Sitorus. Melayani sejak tahun tujuh puluhan hingga sampai tahun 1999,
20. St. Dj. Harianja. Melayani sejak tahun tujuh puluhan hingga sampai tahun 1987,
21. St. L. Sinaga. Melayani sejak tahun tujuh puluhan hingga tahun delapan puluhan,
22. St. CH. Sitindaon. Melayani sejak tahun 1976 hingga sampai sekarang,
23. St. A. Siagian. Melayani sejak tahun 1976 hingga sampai sekarang,
24. St. Dj. Radjagukguk. Melayani sejak tahun 1982 hingga sampai sekarang,
25. St.V. Limbong. Melayani sebagai sintua sejak tahun 1978 di resort Limbong —Sagala dan di HKBP Cimahi sejak tahun 1985 sampai sekarang.
26. St. R. Pardede. Melayani sejak tahun 1988 sampai sekarang,
27. St. M. Sitohang. Melayani sejak tahun 1988 hingga sampai sekarang,
28. St. Ny. E. R. N. br. Siboro. Melayani sejak tahun 1988 hingga sampai sekarang,
29. St. Ny.J. br. Aritonang. Melayani sejak tahun 1988 hingga sampai sekarang,
30. St. N.M. Sinaga, Melayani sejak 1990 hingga sampai sekarang,
31. St. PD. Nababan. Melayani mulai tahun 1992 sampai dengan sekarang,
32. St. P. Silalahi. Melayani sejak tahun 1997 hingga sampai sekarang,
33. St. Y.M. Nainggolan. Melayani sejak tahun 1997 hingga sampai sekarang,
34. St. A. Simanjuntak. Melayani sejak tahun 1997 hingga sampai sekarang,
35. St. Ir. F. Hutauruk. Melayani sejak tahun 1997 hingga sampai sekarang,
36. St. C. Manullang. Melayani sejak tahun 2003 hingga sampai sekarang,
37. St. Manosor Simanjuntak. Melayani sejak tahun 2003 hingga sampai sekarang,
38.
PENUTUP
Mencermati sejarah perkembangan Gereja ini sejak pendirian terlihat dengan jelas bahwa sejak tahun 1953 sampai dengan tahun 1975 merupakan masa-masa yang sulit, sebab selama kurang lebih 25 tahun, Gereja ini masih menumpang di Gereja GKP. Selanjutnya selama kurang lebih 7 tahun memakai gedung Kesenian Unasco yang sangat sederhana. Tetapi sejak pindah ke Jalan Sisingamangaraja tahun 1982 hingga sampai sekarang perkembangan Gereja ini dilihat dan perkembangan fisik cukup pesat, teristimewa sejak tahun 1992 dimana terjadi perluasan lahan beberapa kali, pembangunan Aula Gereja tahun 1993, pembangunan bilut partangiangan tahun 1994, pembangunan gedung sekolah minggu tahun 1996.
Sumber: https://haumanarata.wordpress.com/2014/09/04/sejarah-singkat-hkbp-cimahi-jl-sisingamangaraja/